30 research outputs found

    Komponen Kimia Sepuluh Jenis Kayu Kurang Dikenal : Kemungkinan Penggunaan Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol

    Get PDF
    Jenis kayu kurang dikenal andalan setempat mengacu pada kayu yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat, tetapi terbatas hanya satu atau dua penggunaan seperti sebagai kayu gergajian dan kayu perdagangan. Upaya diversifikasi diperlukan untuk memberikan nilai tambah pada jenis kayu tersebut. Salah satu kemungkinan penggunaan tersebut adalah sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Penelitian ini dilakukan untuk menelaah kemungkinan pemanfaatan 10 spesies kayu kurang dikenal andalan setempat, yang terdiri pangsor (Ficus Callosa Willd.), Jengkol (Pithecellobium rosulatum Kosterm.), Petai (Parkia speciosa Hasak), manii (Maesopsis eminii Engl.), balsa (Ochroma grandiflora Rowlee), ki cauk (Pisonia umbellifera (Forst) Seem.), Huru manuk (Litsea monopelata Pers.), ki renghas (Buchanania arborescens Blume), ki Bonen (Crypteronia paniculata Blume) dan ki hampelas (Ficus Ampelas Burm f.), sebagai bahan baku bioetanol. Penilaian awal terhadap bahan baku pembuatan bioethanol memerlukan data / informasi tentang sifat dasar dari setiap jenis kayu, terutama komposisi kimia, yang dilihat melalui analisis kimia kayu sesuai dengan standar, yaitu Norman Jenkin, Indonesia National Standart (SNI) dan TAPPI. Hasil analisis pada 10 jenis kayu menunjukkan bahwa kandungan selulosa bervariasi 42,03-54,95% , lignin 22,66-35,20% , pentosan 15,36-17,15% , kadar air 3,95 -10,99% , kadar abu 0,56-2,89%, kadar silika 0,12-0,84% . Kelarutan dalam air dingin 1,29-5,55% , kelarutan dalam air panas 4,41-11,19% , kelarutan dalam alkohol - benzena 2,95-4,60% dan kelarutan dalam NaOH 1% 10,35 - 22,89%. Untuk pembuatan bioetanol, diharapkan kayu memiliki kandungan selulosa, pentosan, dan kelarutan dalam NaOH 1% yang tinggi , dan secara bersamaan memiliki kandungan lignin, abu dan silika, kelarutan dalam air dingin, air panas dan alkohol benzene yang rendah. Dilihat dari kriteria tersebut dan dibantu oleh interpretasi statistik, menunjukkan bahwa 8 dari 10 jenis kayu mempunyai prospek yang bagus sebagai bahan baku bioetanol, yaitu dari yang paling berprospek adalah berturut-turut ki rengas, manii, petai, jering, balsa, ki hampelas, ki cauk, dan hurumanuk. Sementara itu, ki bonen dan pangsor tidak cocok untuk bioetanol sebagai bahan baku pembuatan bioetanol

    The Role of Gold Dinar And Silver Dirham User Entrepreneurship Community in Dinar-Dirham Replacement Equipment As a Medium of Exchange

    Get PDF
    The issue of going back to use gold dinar and silver dirham as currency has become warmly discussion since the ASEAN currency depreciation crisis in 1997/998 and the global economic crisis going on nowadays. Until now, there is still no one ideal mechanism implemented globally the use of gold dinar and silver dirham. Even has still not implemented globally yet but there are efforts for some of communities to implemented them in daily life, transaction, like the community of the entrepreneurs community of dinar dirham users. The question arose: will gold dinar and silver dirham can be used back as mediumof exchange in current economy? So, this study aims to examine the role of the entrepreneurs community of dinar-dirham users in effort implementation of dinar dirham as medium of exchange. This is quantitative study going by the strategy of the field research and by using the variables, economic aspects and religious aspects. This study also used library research approach. The result of this research with purposive sampling method at user community gold dinars and silver dirhams as medium of exchange effort religion aspects is dominant factor than economical factor and the research shows that the role of the entrepreneurs community of dinar dirham users in effort implementation of them as currency are quite suitable, because of inadequate awareness reforms and lack political will (consensus from other nations to use gold dinar and silver dirham as money) and the ignorance of people about the function of gold dinar and silver dirham as medium of Exchange.     Keywords: Gold dinar, Silver dirham, Entrepreneurs Community of Dinar Dirham Users, Economic Crisi

    Pengukuran Resistivitas Bahan Organik Superkonduktor β'-(BEDT-TTF)2ICl2 Dengan Metode Four Point Probe

    Full text link
    Telah dilakukan pembuatan kristal β'-(BEDT-TTF)2ICl2 dengan proses elektro sintesis kimia selama 8 hari. Proses elektrolisis ini dilakukan di dalam incubator dengan arus 1.5 μA. Kristal yang dihasilkan berwarana hitam memanjang . Kristal ini bersifat bahan organik metal dimana BEDT-TTF sebagai kation dan ICl2 sebagai anion. Selanjutnya kristal ini dilakukan pengukuran resistivitas dengan menggunakan metode four point probe. Metode ini menggunakan kawat emas (Au) sebagai probe, dua probe sebagai sumber arus dan 2 probe lainya sebagai pengukur beda potensial. Hasil karakterisasi menunjukan penambahan resistivitas sesuai dengan penurunan temperatur. Hal ini dikibatkan pengaruh dari β', sehingga kristal ini memiliki bentuk satu dimensi. Oleh sebab itu kristal β'-(BEDT-TTF)2ICl2 ini bersifat antiferromagnetik insulator (Mott Insulator)

    Detailed seismic imaging of Merapi volcano, Indonesia, from local earthquake travel-time tomography

    Get PDF
    © 2019 Elsevier Ltd Mt. Merapi, located in central Java, Indonesia, is one of the most active volcanoes in the world. It has been subjected to numerous studies using a variety of methods, including tomographic imaging, in an attempt to understand the structure and dynamics of its magmatic plumbing system. Results of previous seismic tomographic studies that include Mt. Merapi poorly constrain the location of its underlying magma source due to limited data coverage. In order to comprehensively understand the internal structure and magmatism of Mt. Merapi, a project called DOMERAPI was conducted, in which 53 broadband seismic stations were deployed around Mt. Merapi and its neighbourhood for approximately 18 months, from October 2013 to April 2015. In this study, we compare Vp, Vs, and Vp/Vs tomograms constructed using data obtained from local (DOMERAPI) and regional seismic networks with those obtained without DOMERAPI data. We demonstrate that the data from the DOMERAPI seismic network are crucial for resolving key features beneath the volcano, such as high Vp/Vs ratios beneath the Merapi summit at ∼5 km and ∼15 km depths, which we interpret as shallow and intermediate magma bodies, respectively. Furthermore, west-east vertical sections across Mt. Merapi, and a “dormant” (less active) volcano, Mt. Merbabu, exhibit high Vp/Vs and low Vp/Vs ratios, respectively, directly beneath their summits. This observation likely reflects the presence (for Mt. Merapi) and absence (for Mt. Merbabu) of shallow magma bodies near the surface

    Karakteristik Morfologi dan Morfometrik Lebah Madu Tak Bersengat (Apidae; Melliponinae) pada Koloni di Daerah Pesisir Pulau Ambon

    Get PDF
    This study aimed to describe the morphological characters and morphometric measurements of worker level from the genus and species of stingless bee colonies in coastal areas. Observation of morphological characters and morphometric measurements used a microscope (stereo model Nikon C-LEEDS equipped with obtilab viewers software camera and image raster). The stingless bee species found in coastal areas belonged to the genus Tetragonula which consisted of Tetragonula sapiens and T. clypearis. T. sapiens was found in two locations, namely the coast of Airlow Hamlet and Negeri Rutong. T. clypearis was found in four locations, i.e., on the coast of Dusun Airlow, Negeri Rutong, Negeri Hukurila and Dusun Seri. Morphological identification was done by identifying ten morphological characters, and morphometric identification was done by measuring fourteen body parts. The results of this study indicated that the morphological and morphometric characters of T. sapiens workers were dominantly black in color with a body size of 3.74-4.25 mm. The first through the sixth abdomen tergites were black. The morphological and morphometric characters T. clypearis had a brownish black body color with a body size of 2.81-3.38 mm, a black thorax covered by six longitudinal hair bands and each separated by five conspicuous glabrous, the first and second abdomen tergites were brownish whereas the third through the sixth were black. Keywords: Ambon Island, morphology, morphometric, stingless bees.   ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakter morfologi dan pengukuran morfometrik strata pekerja dari genus dan spesies lebah tak bersengat koloni daerah pesisir. Pengamatan karakter morfologi dan pengukuran morfometrik menggunakan mikroskop (stereo model Nikon C-LEEDS yang dilengkapi kamera software obtilab viewers dan image raster). Spesies lebah tak bersengat yang ditemukan di daerah pesisir pantai tergolong dalam genus Tetragonula yang terdiri dari Tetragonula sapiens dan T. clypearis. T. sapiens ditemukan di dua lokasi yaitu pesisir pantai Dusun Airlow dan Negeri Rutong. T. clypearis ditemukan di empat lokasi, yaitu di pesisir pantai Dusun Airlow, Negeri Rutong, Negeri Hukurila dan Dusun Seri. Identifikasi morfologi dilakukan dengan mengidentifikasi sepuluh karakter morfologi dan identifikasi morfometrik dilakukan dengan cara mengukur empat belas bagian tubuh. Hasil penelitian ini menunjukan karakter morfologi dan morfometrik tubuh pekerja T. sapiens dominan berwarna hitam dengan ukuran tubuh 3.74-4.25 mm. Abdomen dan tergite satu sampai enam berwarna hitam. Karakter morfologi dan morfometrik T. clypearis memiliki warna tubuh hitam kecoklatan dengan ukuran tubuh 2.81-3.38 mm, thorax berwarna hitam yang ditutupi oleh enam hair bands longitudinal dan masing-masing dipisahkan oleh lima glabrous yang mencolok, abdomen dan tergite pertama sampai kedua berwarna kecoklatan sedangkan tergite ketiga sampai enam berwarna hitam. Kata kunci: Lebah tak bersengat, morfologi, morfometrik, Pulau Ambon

    Isolation and Characterization of C-C Chemokine Ligand 7 (CCL7) in Cynomolgus Macaques

    Get PDF
    Cynomolgus macaques (Macaca fascicularis) are an established animal model of asthma, which exhibit different responses to allergen exposure that are clinically relevant. The chemokine ligand gene (CCL7) encodes Monocyte Chemotactic Protein-3, which has an important role in asthma pathogenesis. While CCL7 polymorphism in humans is associated with asthma phenotype, very little is known about CCL7 in nonhuman primate models of respiratory disease. The objective of this study was to isolate and characterize CCL7 gene in cynomolgus macaques of Indonesian origin. In this study, we used sequencing and bioinformatics technique for gene isolation, characterization, and protein 3D structure prediction. We isolated a 2253 base-pair (bp) sequence of CCL7 in cynomolgus macaques, which exhibited 95% similarity in coding sequence to human CCL7. The amino acid sequence was more closely clustered with human CCL7 than with that of rodents. Importantly, the predictive protein structure of CCL7 was similar to that in humans. These similarities in CCL7 suggests the potential of cynomolgus macaque as a translational model to study asthma, particularly in the context of genetics and role of chemokines such as CCL7

    Studi Evaluatif Pembelajaran Mata Kuliah ke-Islaman di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa implementasi kurikulum pendidikan Islami mendapatkan porsi yang strategis dalam melengkapi kurikulum pendidikan umum artinya proses pembelajaran antara pendidikan umum dan agama menjadi poros utama dalam menciptakan sumber daya manusia yang berwawasan imtak dan iptek, sehingga nilai tambah yang didapatkan siswa dengan diterapkannya pembelajaran yang berwawasan Islami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan evaluasi pembelajaran mata kuliah keIslaman di Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang telah diperoleh. Hal ini digunakan untuk menjelaskan pokok permasalahan, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang diinginkan. Berdasarkan kajian dan dan analilsis, pembahasan terhadap temuan hasil penelitian tentang “Studi Evaluatif Pembelajaran Mata Kuliah KeIslaman Di Fakultas Sains Dan Teknologi UIN SGD Bandung”. Dapat ditarik keesimpulan sbagai berikut: (1) Kedudukan dan Pengembangan Mata Kuliah KeIslaman di Fakultas Sains dan Teknologi. adalah tergolong pada kelompok Matakuliah Kompetensi Dasar, dengan jumlah 16 sks dari 24 sks seluruh MKD. (2) Tujuan pembelajaran Ke Islaman pada Fakultas Sains dan Teknologi; Sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Sains dan Teknologi, untuk menyiapkan generasi ulul Albab yang mampu: (a) Memadukan dzikir dan fakir; (b) Memiliki kecerdasan spiritual, emosional dan intelektual; (c) Menemukan, mengembangkan dan menerapkan Sains dan teknologi. (3) Silabus dan Pokus Kajian Mata Kuliah Ke-Islaman di Fakultas Sains dan Teknologi, meliputi: (a) Deskripsi Mata Kuliah; (b) Standar Kompetensi; (c) Kompetensi Dasar; (d) Indikator; (e) Pengalaman Belajar; (f) Materi Pokok; (g) Waktu; (h) Alat/Sumber Belajar; (i) Penilaian. (4) Strategi Pembelajaran Mata Kuliah Ke-Islaman di Fakultas Sains dan Teknologi. (a) strategi Pembelajaran dengan menerapkan metode berbasis praktis, maka untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa terhadap teknologi komputer dan sains, ada beberapa mata kuliah yang perkuliahannya dilakukan pada kedua fasilitas tersebut (b) Media pembelajaran yang digunakan saat ini menggunakan alat bantu seperti papan tulis dan LCD Proyektor. (c) Proses monitoring dan evaluasi terhadap penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran sudah terdokumentasi sehingga dalam menentukan baseline terhadap efektivitas ketersediaan media pembelajaran sudah tertata sangat baik.(4) Sistem evaluasi pembelajaran diatur dalam pedoman Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung, ada 3 komponen penilaian mata kuliah, yaitu, (a) tugas, quiz, praktikum untuk matakuliah berpraktikum, ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Saran/Rekomendasi, secara substansial empat hal utama yang perlu dicermati, antara lain: (1) Penguatan status matakuliah Ke-Islaman, (2) Pemantapan Silabus (3) Penajaman Fokus Tujuan Pembelajaran Mata Kuliah KeIslaman (4) Langkah-langkah Strategis untuk efektifitas pembelajaran mata dan (5) pemantapan evaluasi pembelajaran mata kuliah
    corecore