127 research outputs found

    PENGARUH DOSIS FRUKTOSA TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH, PROFIL GLUKOSA DARAH DAN KADAR TRIGLISERID (Studi pada Tikus Wistar yang Diinduksi High Fat Fructose Diet )

    Get PDF
    Fructose or often called fruit sugar is one part of simple carbohydrates calledmonosaccharides (Almatsir 2009). Currently, many food and beverage industries usefructose sugar as a sweetener. (Prahstuti 2011). Consumption of high-fructose productsof more than 85 grams per day or more than 25% of caloric needs can lead to increasedtriglyceride levels and insulin resistance (Prahastuti 2011). The purpose of this study wasto evaluate changes in obesity status, fasting blood glucose levels and triglyceride levelsin wistar rats induced with a high fat fructose diet, by giving different doses. Research methods.The design in this study was a Randomized Control Trial(RCT), double bline pre post control design using male wistar rats, aged 6-7 weeksweighing 90-150 grams, totaling 15 individuals divided into 3 groups. Group 1 is a groupof rats fed HFFD with 1% fructose, group 2 is rats fed HFFD with 2% fructose, group 3is rats fed standard feed. Before the treatment, adaptation was carried out for 1 week, afterthat a pre-test was carried out which included measurements of body weight, body length,fasting data glucose levels, and triglyceride levels. The treatment was given for 60 days,in the middle the measurements of body weight, length, fasting data glucose levels, andtriglyceride levels were also carried out. The research location was in the clinicalpathology laboratory, Faculty of Pharmacy, Muhammadiyah University, Surakarta. The results of the study The administration of fructose at a dose of 2% / kg BWincreased fasting blood glucose and triglyceride levels higher than the administration of1%. kgBB. Upgrade has started since day 30 Keywords: Fructose dose, Body Mass Index, fasting blood glucose level, Triglyceride level,Wistar rats, induced High fat fructose die

    Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen (Survei Pada Konsumen the Little a Coffee Shop Sidoarjo)

    Full text link
    This study aims to clarify and determine the influce of service quality on customer satisfaction together and partial as well as to determine which variable are dominant influence on customer satisfaction at The Little A Coffee Shop. The independent variables used in this study are tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy and dependent variable in this study is the customer satisfaction. This research was conducted at The Little A Coffee Shop Sidoarjo. The population sample used is a The Little A Coffee Shop customers. The sampling technique use Accidental Sampling. The sample used in this study amounted to 100 people respondents.Based on the F test results was showed that F Sig. 0,000<0,005, which means the Service Quality which consists of tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy have a significant influence on customer satisfaction. Based on the t results showed that the variables of tangible, reliability, responsiveness, assurance and empathy significantly influence customer satisfaction. T test results also showed that the Responsiveness (X3) variable have had the most powerfull effect compared with other variables, so the Responsiveness (X3) variable have the dominant influence on the customer satisfaction. Keyword: Service Quality, Customer Satisfaction АBSTRАK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen secara bersama-sama maupun parsial serta untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen di The Little A Coffee Shop. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bukti Fisik, Keandalan, Daya Tanggap, Jaminan, dan Empati dan variable terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan konsumen. Penelitian ini dilaksanakan di The Little A Coffee Shop Sidoarjo. Populasi sampel yang digunakan adalah konsumen The Little A Coffee Shop. Teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang responden. Berdasarkan hasil Uji F pada penelitian ini menunjukkan sig. F 0,000<0,05 yang berarti Kualitas Pelayanan yang terdiri dari bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa variabel bkti fisik, keandalan, daya tanggap dan empati secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen. Hasil uji t juga menunjukkan bahwa variabel Daya Tanggap (X3) memiliki pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan variabel lainnya maka variabel Daya Tanggap (X3) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kepuasan konsumen

    Kesejahteraan dan Metode Penelitian Tingkah Laku Unggas

    Get PDF

    Emping Garut (Maranta Arundinacea Linn) sebagai Makanan Ringan dan Kadar Glukosa Darah, Angiotensin II Plasma Serta Tekanan Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2)

    Full text link
    Consumption of crispy arrowroot (Maranta arundinacea Linn), blood glucose and angiotensin II level, and blood pressure in type 2 diabetesBackground: The mortality of DM caused by cardiovascular complication is about 75% can be reduce by using food with lowglycemic index. The level of fiber consumption on DM sufferers is low (12.08±3.80 gr/day). Crispy arrowroot has 14 glycemic index. The purpose of this study is to know the influence of crispy arrowroot giving to the fasting plasma glucose, angiotensin II rate and blood pressure and also to study the correlation between angiotensin II and blood pressure before and after the giving of crispy arrowroot.Method: This research used quasi-experimental design of pre and post test one group design, the subjects were 14 DMT2 female sufferers (35 to 60 years old), the length of suffering from DM was 1 year, and used insulin therapy. The giving of crispy arrowroot was 20 gr/day for four weeks. The determination of fasting blood glucose rate used colorimetry, angiotensin II rate used ELISA sandwich method and blood pressure used spignomanometer. The data analysis used paired t test and regression test.Results: Consumption of crispy arrowroot does not increase fasting blood sugar (p=0.551), or decrease angiotensin II (p=0.550), and systolic-diastolic blood pressure (psystolic=0.518; pdiastolic=0.216). Conclusion: Crispy arrowroot of 20 g/day for 4 weeks does not give any benefit to DM type 2 patients

    Peptide Identification and Expression Analysis of Genes Involved in Inulin Metabolism in Lactobacillus casei AP

    Get PDF
    Background and objective: Lactobacillus casei AP are probiotic bacteria found in the gastrointestinal tracts of Indonesian breast-fed infants. Lactobacillus casei AP can degrade inulin through metabolic pathways that involve certain proteins. However, detailed information on how inulin is metabolized by this strain is limited. The aim of this study was to identify intracellular proteins that play roles in metabolism of inulin.Material and methods: Bacteria were cultured on media containing commercial inulin or inulin extracted from dahlia tubers as the sole carbon source and protein identification was carried out using intracellular extraction. The bacterial intracellular proteins were isolated and separated using sodium dodecyl sulphate-polyacrylamide gel electrophoresis and then peptides were identified using electrospray ionization-liquid chromatography-mass spectrometry. Based on the identified proteins, corresponding genes involved in inulin metabolism were identified and their expression levels were quantified using quantitative real time-polymerase chain reactions.Results and conclusion: Comparisons of intracellular proteins from Lactobacillus casei AP cultured in inulin and MRS control media showed a different protein band at 70 kDa in bacterial cells cultured in inulin or inulin extract. This protein was identified as a glycoside hydrolase (α-2,1 glycosidic) with a gene expression value of 1.55 or a fructan hydrolase (β-2,1 fructo-furanosidic) with a gene expression value of 2.68, compared to controls.Conflict of interest: The authors declare no conflict of interest

    Senjata tradisional Daerah Khusus Ibukota Jakarta

    Get PDF
    Untuk melestarikan nilai-nilai budaya dilakukan penerbitan hasil-hasil penelitian yang kemudian disebarluaskan kepada masyarakat umum. Pencetakan naskah yang berjudul Senjata Tradisional Daerah Khusus Ibukota Jakarta, adalah usaha untuk mencapai tujuan yang dimaksud

    KORELASI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL (PEL ) DENGAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH (Studi Kasus: Kampung Tematik Batik Dan Sentra Bandeng KotaSemarang )

    Get PDF
    Aktivitas Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan proses produksi, diawali dengan pengadaan bahan baku, proses produksi dan pemasaran produk. Dalam aktivitas PEL secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada lingkungan. Dampak dari akses distribusi produk PEL adalah kerusakan jalan dan sirkulasi kendaraan yang makin padat, sedangkan dari sisa hasil produksi diantaranya limbah dan sampah. Dampak dari aktivitas PEL jika tidak ditangani secara baik, maka dapat menurunkan kualitas permukiman. Penelitian ini bertujuan membuat rumusan penanganan permukiman kumuh melalui korelasi dengan aktivitas PEL. Lokasi penelitian di kampung tematik Kampung Batik Rejomulyo dan Kampung Sentra Bandeng Tambakrejo. Lingkup aktivitas PEL meliputi lama usaha dan pendapatan usaha PEL. Penanganan permukiman kumuh difokuskan pada aspek jalan, limbah dan sampah dari aktivitas PEL. Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif, dengan teknik kuesioner pertanyaan tertutup. Proses penelitian diawali dari penentuan populasi melalui nonprobability sampling dengan teknik sampling jenuh. Jumlah responden di Kampung Batik berjumlah 33 dan Kampung Sentra Bandeng sebesar 31. Tahapan kedua adalah input data melalui teknik pengisian kuesioner dengan bertatap muka dan mengisi langsung. Kelengkapan data didukung hasil observasi dan wawancara. Tahapan ketiga analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan aktivitas PEL dan penanganan permukiman kumuh, sedangkan uji Chi-Square untuk menguji hubungan antara aktivitas PEL dengan penanganan permukiman kumuh. Tahapan akhir adalah hasil penelitian dengan membuat konsep penanganan permukiman kumuh melalui aktivitas PEL dan membuat kesimpulan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penghasilan usaha PEL di Kampung Batik berkorelasi sedang dengan aspek jalan (iuran) dan lama usaha PEL berkorelasi kuat dengan aspek jalan (iuran). Hubungan terjadi dikarenakan jalan merupakan kebutuhan penting dalam mendukung aktivitas PEL, diantaranya untuk distribusi produk dan mendatangkan wisatawan. Lokasi Kampung Sentra Bandeng korelasi kuat terjadi pada pendapatan PEL dengan aspek jalan (bentuk dan iuran), lama usaha PEL berkorelasi kuat pada aspek jalan (bentuk dan iuran). Korelasi sedang sampai kuat terjadi pada pendapatan PEL dengan bentuk penanganan limbah dan iuran limbah, sedangkan dengan aspek sampah terjadi dengan bentuk penanganan sampah. Pada klasifikasi lama usaha PEL terjadi korelasi sedang dengan iuran limbah, sedangkan aspek sampah terjadi korelasi rendah dengan bentuk penanganan dan iuran sampah. Hubungan terjadi aspek jalan dikarenakan aktivitas distribusi menggunakan moda angkut kendaraan. Korelasi lemah terjadi pada aspek limbah dan sampah dikarenakan adanya keterlibatan yang masih sedikit dari pelaku PEL. Adanya korelasi positif diperlukan peningkatan kepedulian pelaku usaha melalui cost sharing dengan menyisihkan anggaran dari keuntungan usaha yang digunakan untuk lingkungan dan kegiatan pengurangan limbah pada tiap proses usaha. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk pemerintah kota dan pelaku usaha dalam meningkatkan kepeduliannnya terhadap penanganan permukiman kumuh yang diakibatkan adanya aktivitas PEL

    Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan dan Periode Pemberian Pakan terhadap Performa Ayam Buras Super.

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kombinasi perlakuan frekuensi pemberian pakan dan periode pemberian pakan yang optimal dalam pemeliharaan ayam buras super. Penelitian ini dilaksanakan pada September 2016 sampai dengan November 2016 di Desa Purwosari, Kecamatan Mijen, Semarang. Materi yang digunakan yaitu 252 ekor anak ayam buras super unsex umur 1 hari dengan rata-rata bobot badan awal 37,88 ± 1,89 g (CV = 5,02%). Ransum yang digunakan adalah ransum komersial yang terdiri dari ransum starter (0 – 4 minggu) dan finisher (4 – 12 minggu). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (Split Plot Design) dengan main plot yaitu 3 taraf frekuensi pemberian pakan (F1 = frekuensi pemberian pakan 1 kali, F2 = frekuensi pemberian pakan 2 kali, F3 = frekuensi pemberian pakan 3 kali) dan sub plot yaitu 3 taraf periode pemberian pakan (P1 = periode pemberian pakan 14 jam pukul 08:00 – 22:00, P2 = periode pemberian pakan 16 jam pukul 06:00 – 22:00, P3 = periode pemberian pakan 18 jam pukul 04:00 – 22:00) dalam 4 ulangan sehingga terdapat 36 unit percobaan, tiap unit percobaan terdiri dari 7 ekor ayam. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan uji F pada taraf 5%. Parameter yang diamati adalah konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara frekuensi pemberian pakan dengan periode pemberian pakan tidak nyata (p>0,05), demikian pula masing-masing perlakuan tidak menimbulkan pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap performa ayam buras super, tetapi jika dilihat dari keuntungan ekonomis berdasarkan selisih antara total penjualan dan biaya pakan, kombinasi perlakuan F3P3 (frekuensi pemberian pakan 3 kali dengan periode pemberian pakan 18 jam pukul 04:00 – 22:00) menunjukkan hasil terbaik. Simpulan dari penelitian ini adalah frekuensi dan periode pemberian pakan memberikan performa yang sama pada ayam buras super

    Tingkah Laku Makan Itik Peking yang Diberi Ransum Kering dan Basah dengan Level Probiotik Berbeda

    Get PDF
    Itik Peking merupakan itik yang potensial dikembangkan di Indonesia. Pemberian ransum itik secara umum adalah secara basah dan masih jarang pemberian kering. Pemberian ransum basah dapat memicu tumbuhnya jamur yang mengganggu pencernaan, sehingga perlu tambahan aditif untuk meningkatkan pencernaan yaitu dengan penambahan probiotik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkah laku makan itik Peking yang diberi ransum kering dan basah dengan level probiotik berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2015 di Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. Materi yang digunakan adalah 120 ekor itik Peking (unsex) umur 3 minggu dengan bobot badan 750,564 ± 15,283 g (CV=4,072%). Komposisi ransum berupa jagung, bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan dan mineral mix. Level probiotik yang diberikan sebanyak 0 , 9 dan 12 g/kg ransum dengan kandungan protein kasar 14,872% dan energi metabolis 3.088 kkal/kg. Ransum basah merupakan ransum kering ditambahkan air dengan bobot perbandingan 1 : 2. Perlakuan yang dicobakan yaitu T1A1: ransum kering tanpa probioitk, T1A2: ransum kering + probiotik 9 g/kg, T1A3: ransum kering + probiotik 12 g/kg, T2A1: ransum basah tanpa probiotik, T2A2: ransum basah + probiotik 9 g/kg dan T2A3: ransum basah + probiotik 12 g/kg ransum. Parameter yang diamati yaitu tingkah laku makan, minum dan istirahat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 2 x 3 dengan 4 ulangan. Analisis data yang digunakan adalah analisis ragam dengan taraf ketelitian 5%. F hitung ≥ F tabel, maka dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan untuk melihat pengaruh antara percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara ransum dengan penambahan probiotik terhadap tingkah laku makan, minum dan istirahat. Ransum tidak berpengaruh nyata terhadap tingkah laku makan dan istirahat (P>0,05), tetapi berpengaruh nyata menurunkan tingkah laku minum (P<0,05). Tingkah laku minum itik yang mendapat ransum basah (T2) sebesar 39,083 dan pada ransum kering (T1) sebesar 42,167 kali/hari. Penambahan level probiotik tidak mempengaruhi tingkah laku makan, minum dan istirahat (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ransum basah menurunkan tingkah laku minum, namun tidak pada tingkah laku makan dan istirahat. Penambahan probiotik sampai 12 g/kg ransum tidak mengubah tingkah laku makan, minum dan istirahat itik Peking
    corecore