73 research outputs found

    Street Vendors Hypergrowth: Consequence of Uncontrolled Urbanization In Semarang City

    Get PDF
    This paper aims to understand the role of urbanization to street vendors emerging. In the case of Semarang, more than 54% Semarang’s street vendors come from its hinterlands. These sectors turn to development dichotomy that have a positive and negative impact. Positively, this area becomes resilience economy people. In the negative side, more than 60% vendors make their stall in the public space. This research used a mix-method approach taking 271 samples, Focus Group Discussion (FGD) and in deep interviews. From this study, it can be concluded that urbanization had led to the outbreak of street vendors through (1) rural-urban migration, and (2) the social change as a result of gentrification. Working as street vendors turned out to be an alternative way of life to adapt to global economic uncertainty. Also, there are 71.6% of street vendors open their stalls in 2003-2009, or about 6-7 years after the monetary crisis (1997). It shows that the financial crisis is not the primary trigger for the outbreak of street vendors. Another interesting finding is that there is a new phenomenon in the form of the intervention of the middle class who took part in this business

    POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK DI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Berkembangnya wilayah pinggiran karena menampung luapan tumbuhnya kota inti, pada akhirnya membentuk struktur wilayah kota yang membentuk keterkaitan sosial ekonomi antar kawasan pusat dan kawasan pinggiran sebagai wilayah pengaruh. Pada umumnya kawasan pinggiran bukanlah kawasan yang mandiri karena belum mampu menyediakan berbagai kebutuhan penduduknya. Ketergantungan ini menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah pergerakan dan juga peningkatan jarak perjalanan yang dilakukan yang dilakukan oleh penduduk di kawasan pinggiran kota-kota besar di Indonesia. Perkembangan pinggiran Kota Semarang tidak dapat dipisahkan dari pengaruh Semarang Metropolitan Area (SMA) atau sering juga dikenal dengan istilah Kedungsepur (Kendal-Demak-Ungaran-Salatiga-Semarang-Purwodadi). Saat ini, pertumbuhan penduduk Kota Semarang mencapai 1,4% jauh lebih tinggi dibandingkan Metropilitan Semarang Area mencapai 0,7% (Mulyana et al., 2013). Salah satu daerah pinggiran Kota Semarang yang mengalami perkembangan pesat adalah Banyumanik. Salah satu akibat dari perluasan kawasan perkotaaan yaitu perdangangan yang merupakan salah satu aspek penting dalam pemenuhan kebutuhan. Pergerakan lokal yang terjadi di pinggiran Kota Semarang disebabkan pertumbuhan penduduk dari kota-kota sekitarnya yang dipengaruhi sebagai perluasan ukuran kota yang tentunya akan mengakibatkan semakin panjangnya atau lamanya perjalanan komuting

    PENGARUH KEGIATAN PARIWISATA GOA PINDUL TERHADAP PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DI DESA BEJIHARJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

    Get PDF
    Pariwisata merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.Pariwisata saat ini telah menjadi sebuah industri yang menjadi salah satu sumber pendapatan terbesar sebuah negara.Pariwisata berkembang dengan cepat seiring berjalannya waktu.Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai sumber daya yang dimiliki dan meningkatnya minat masyarakat untuk berwisata.Salah satu bentuk pariwisata yang dibuat oleh masyarakat desa adalah desa wisata.Desa wisata terbentuk dan berkembang dikarenakan adanya kemauan dari masyarakat dan didukung oleh sumber daya yang tersedia.Aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam mengembangkan desa wisata dapat bermanfaat bagi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat desa itu sendiri

    Strengthening Community-Based Capacity through Ecosettlement Concept in Kelurahan

    Get PDF
    A Semarang City Plan 2021 was prepared to ensure that the planning for Semarang will strike a balance between physical, economic, social and environmental development. There is crucial significance in meeting needs of the people that are vital for the development of Semarang city because it reflects upon an inclusive society for the Semarang city. Therefore, understanding the environmental, economic and social aspects of Kelurahan or district is considered a practical perspective to build the collaborative partnership among the stakeholders. This paper aims to identify strengths environmentally friendly based on the role of institutions and community character. Green techniques implemented in these communities will be analyzed while using eco-settlement as illustrative examples. After that, interviews that conducted in the visited communities will be analyzed while making use of communities of practice approach. There are some environmental issues in many kelurahan in Semarang. In the factual issues, garbage is one of the fundamental problems of the area, followed by the landscape. In the case of perception of environmental problems, people have different thinking on the problem. The policy tools can divide into two components: community-based eco-settlement and strengthen the capacity for institutional development. Community-based eco-settlement incorporates promotion of environmental conservation and strengthening the sense of community among the residents. On the other hand, increasing the capacity for institutional includes enhancing the capacity of the local community and collaboration between the local communities

    PENILAIAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT UNTUK MENDUKUNG PERMUKIMAN BERKELANJUTAN DI KELURAHAN TERBOYO WETAN, SEMARANG

    Get PDF
    Hakikat pembangunan berkelanjutan merupakan peningkatan kualitas hidup manusia dan menjamin keberlanjutannya. Dewasa ini, pembangunan kota hanya menitikberatkan perubahan lingkungan dan tidak membangun manusia yang menempatinya. Bahkan, perkembangan kota-kota Indonesia cenderung mengikuti mekanisme pasar, seperti permukiman di Kelurahan Terboyo Wetan Kecamatan Genuk, Semarang. Permukiman ini berkembang sejak beroperasinya zona industri Genuk pada tahun 1980-an. Awalnya, permukiman ini merupakan perkampungan nelayan yang masyarakatnya menggantungkan hidupnya pada laut. Industrialisasi besar-besaran telah mengubah kondisi kehidupan masyarakat. Untuk menelusuri lebih mendalam, penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu (1) memahami kesejahteraan masyarakat, (2) memahami preferensi masyarakat terhadap kesejahteraan, dan (3) memahami seberapa besar kemampuan kesejahteraan masyarakat untuk mendukung permukiman yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan membuktikan hipotesis dengan realitas di lapangan. Temuan studi menunjukkan permukiman Terboyo Wetan rawan tidak berlanjut. Menurut penilaian objektif, dari 5 aspek kualitas hidup menurut pemahaman human settlement hanya satu aspek yang mendukung, yaitu society. Keempat aspek lainnya (man, nature, shells, dan network) tidak mendukungnya. Begitupula cara pandang warga yang bersifat antroposentris berdampak pada perilaku kurang ramah lingkungan. Ini tercermin dari makna kesejahteraan menurut warga, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar dalam lingkup ekonomi dan belum memikirkan aspek lingkungan hidup. Bahkan, beberapa warga menganggap kondisi lingkungan yang terpuruk merupakan konsekuensi permukiman pesisir

    TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI PERUMNAS TLOGOSARI, KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Perumnas Tlogosari merupakan salah satu perumahan skala besar di Kota Semarang yang terdampak persoalan ekologi kota, yaitu banjir. Persoalan ekologi ini terjadi bersamaan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk sekitar 1,4% pertahunnya, yang menjadikan pertumbuhan Kota Semarang mengarah pada kondisi rentan. Oleh sebab itu sangat perlu untuk mewujudkan Kota Semarang sebagai kota tangguh dengan melakukan penilaian tingkat kerentanan, karena hasil dari penilaian kerentanan tersebut dapat menjadi tolak ukur pencapaian sebuah kota tangguh. Penelitian ini dilakukan untuk menilai tingkat kerentanan masyarakat di Perumnas Tlogosari dalam menghadapi banjir pada saat siang dan malam. Penilaian kerentanan ini dibedakan berdasarkan waktu, karena ada perbedaan jumlah masyarakat yang berada di rumah pada saat siang dan malam. Penilaian kerentanan dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis skoring pembobotan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kerentanan siang masyarakat lebih tinggi, dibandingkan kerentanan malam. Hal ini dibuktikan dengan penurunan jumlah masyarakat di kuadran 3 dan 5 pada saat malam, diikuti dengan kenaikan jumlah masyarakat di kuadran 1 dan 2 sebesar 2-3%. Banyaknya masyarakat yang berada di kuadran 1, 2 dan 3 mengartikan bahwa masyarakat berada pada selang toleransi dari kemampuan mereka dalam menghadapi banjir. Oleh karena itu, masing-masing rumah tangga telah berketahanan dalam menghadapi banjir

    Aktivitas Pengguna Taman Tirto Agung sebagai Ruang Publik

    Full text link
    City is an area that has its high mobility. Urban area as central of political, economic, social as well as culture activity with itself also has certain color over these activities. The growth of city is influenced by the presence of population growth that support for urban life. Public space is a space that serves activities related to social interaction, increasing income, and art performance (Darmawan, 2009:48). An attractive public space would always be visited by community with different levels of social, economic, ethnic, educational, age difference, and motivations or other interests. The public space which is visited by many communities is downtown park. This park is usually located in the central city that form of green field with shade trees surounding it, or in the form of an urban forest with traditional patterns, or could be with new development designs (Darmawan, 2009:49). Public spaces are complemented with infrastructures for community to interact, increase quality of life, increase income, and perform art performances. This research purpose to determine the activities of visitor at Taman Tirta Agung as a public space. By knowing visitor activities, it could be seen how the role of park as a public space and the attractiveness on the other activities. This research uses crosstab analysis. Based on the results of field observation has shown that visiting time and age influenced the activity and motivation to visit park. This research has shown that the recreation and do exercise are dominant to visitor activities at Taman Tirta Agung. Seeing the high community\u27s interest toward park that expected for government would be able to improve the facilities and numbers of city park at Semarang

    PENILAIAN KINERJA OBJEK WISATA TAMAN MARGASATWA MANGKANG BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG

    Get PDF
    Mangkang Zoo is one of main tourism object in Semarang developed with the primary functions of conservation and education through animal breeding attractions, and recreation as a supporting function. There are some problems of Mangkang Zoo on the development, management, and implementation that affect its performance and makes fluctuations number of visitors every year. This research aims to assess the performance of Mangkang Zoo tourism object according to the visitor's perception. The analytical method used in this study is a quantitative method and using accidental sampling with a sample of 100 respondents. Collecting data will be analyzed using descriptive statistical, IPA, Gap, and CSI. The performance assessment of Mangkang Zoo has good criteria with overall satisfaction value 0.66 or satisfied criteria, but the criteria are not exactly can be seen from the result of the performance assessment towards the variation and completeness of animals because most visitors are dissatisfied with the attractions of breeding animals that have poor performance. So most visitors prefer using visits to recreation because demand for the main attractions not be fulfilled

    STRATEGI PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR INFORMAL KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Penelitian ini membahas sektor informal (pedagang kaki lima/PKL) dari sudut pandang pendekatan perencanaan kota untuk menentukan strategi penataan dan pengembangan PKL di Kota Semarang. Penelitian ini mencakup 8 Kecamatan di Kota Semarang dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 271 di seluruh PKL dan pengunjung (konsumen) yang kemudian diolah menggunakan statistik deskriptif. Focus Group Discussion FGD) dilakukan pada tahun 2012 untuk memverifikasi hasil penelitian ke perwakilan asosiasi PKL, LSM dan pemerintah daerah Kota Semarang. Responden (PKL) dalam penelitian ini adalah PKL yang menetap (street vendor) sedangkan PKL yang tidak menetap (hawker) tidak menjadi obyek penelitian

    MENGATUR DESA WISATA: PERAN TOKOH MASYARAKAT MEMBANGUN INISIATIF KOLEKTIF DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS KOMUNITAS

    Get PDF
    The phenomenon of the continuous development of rural tourism in Indonesia is not balanced by skill capacity and professional knowledge on the managers. By self-taught and learning by doing they proceed to realize the rural tourism to capitalize local resources in order to improve their welfare. Community leaders as key figures in village development have an important role in mobilizing people to marketing (the village). The importance of community leaders is the goal of this article, focusing on the role of community leaders in the management of community-based tourism. The case study was taken from the management of Kaligono Tourism Village in Purworejo Regency which is one of the best national rural tourisms according to the Ministry of Tourism and Creative Economy in 2014. Using qualitative methods by selecting interviewees as the informants through snowballing, this article provides information on the role of community leaders in managing the rural tourism, learning and building collective initiatives for rural tourism management. Despite the the low skill and professional knowledge, the community is able to manage the rural tourism by relying on the power of social cohesion to create collective initiatives
    • …
    corecore