1,168 research outputs found

    Analisis Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan R/c USAhatani Cabe Merah (Capsicum Annum L.) Varietas Hot Beauty (suatu Kasus di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis)

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Besarnya rata-rata biaya dan rata-rata penerimaan pada USAhatani cabe merah varietas hot beauty per satu kali musim tanam di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis, (2) Besarnya rata-rata pendapatan pada USAhatani cabe merah varietas hot beauty per satu kali musim tanam di Desa CibeureumKecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis, (3) Besarnya R/C pada USAhatani cabe merah varietas hot beauty per satu kali musim tanam di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai yang dilakukan di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling, dimana jumlah petani yang mengusahakan cabe merah 205 petani, maka untuk keperluan penelitian 15 % dari jumlah petani cabe merah varietas hot beauty yang ada di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis, sehingga jumlah petani sampel sebanyak 31 petani.Hasil penelitian menunjukkan bahwa:a) Besarnya rata-rata biaya pada USAhatani cabe merah varietas hot beauty di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis sebesar Rp 14.671.958,4 per satu kali musim tanam. Penerimaannya sebesar Rp 45.980.419,35 per satu kali musim tanam, diperoleh dari hasil panen cabe merah sebesar 5.108,93 kg per hektar dengan harga Rp 9.000/Kg.b) Besarnya rata-rata pendapatan pada USAhatani cabe merah varietas hot beauty di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis adalah sebesar Rp 31.308.460,72 per satu kali musim tanam.c) Besarnya rata-rata R/C pada USAhatani cabe merah varietas hot beauty di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis adalah sebesar 3,05. Dengan demikian USAhatani cabe merah varietas hot beauty di Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis sangat layak untuk diusahakan

    Pembangunan Perekonomian Perdesaan Berbasis Agribisnis Jagung Di Provinsi Gorontalo

    Full text link
    Berbagai upaya ke arah pembangunan pertanian dan perdesaan senantiasa terus dilakukan oleh pemerintah maupun berbagai pihak terkait, dengan tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di perdesaan Mencermati keberhasilan pembangunan pertanian yang dilakukan oleh propinsi Gorontalo, ternyata tidak hanya cukup dengan melimpahnya sumberdaya pertanian yang dapat dijadikan modal pembangunan, tetapi sangat tergantung pada kondisi sumberdaya manusia dan manajemen kepemimpinan dari suatu wilayah. Kebijakan yang senantiasa berpihak pada pembangunan sektor pertanian sebagai sumber perekonomian potensial, memegang peranan cukup penting untuk mewujudkan tujuan pembangunan di wilayahnya. Kebijakan pembangunan pertanian berbasis agribisnis jagung di Gorontalo didasari oleh konsep dan pemikiran dari kepemimpinan daerah bahwa : (1) pembangunan harus fokus ; (2) pembangunan yang berorientasi pasar ; dan (3) membangun branding. Implementasi dari pemikiran tersebut dilakukan dengan membuka peluang pasar komoditas jagung melalui perdagangan ekspor maupun domestik, memberikan fasilitas regulasi pada upaya-upaya pengembangan jagung, melakukan pengawasan pengaturan sistem agribisnis jagung dari hulu sampai dengan hilir, menegakkan komitmen aparatur serta melakukan kebijakan pengembangan secara terintegrasi melalui pola kerjasama dengan seluruh stakeholders dan pelaku yang terkait dengan komoditas jagung. Konsep sederhana yang dibangun oleh pemerintah provinsi Gororntalo dalam kaitan pengembangan komoditas jagung menjadi komoditas potensial, terbukti telah menjadi penggerak perekonomian wilayah dan simbol keberhasilan Perubahan menuju kesejahteraan petani. Komoditas jagung telah menjadi penciri kebanggaan daerah dan secara langsung memberikan multiplier effect bagi pembangunan sektor perekonomian lainnya maupun terhadap peningkatan kinerja pembangunan wilayah secara keseluruhan

    Mendudukkan Komoditas Mangga Sebagai Unggulan Daerah Dalam Suatu Kebijakan Sistem Agribisnis: Upaya Menyatukan Dukungan Kelembagaan Bagi Eksistensi Petani

    Full text link
    Pengembangan komoditas hortikultura sebagai alternatif sumber perekonomian masyarakat dari sektor pertanian, senantiasa terus mendapat perhatian dari berbagai fihak. Salahsatu komoditas hortikultura yang berkembang diusahakan oleh masyarakat di Kabupaten Majalengka, adalah komoditas mangga. Pengembangan komoditas mangga di beberapa daerah di wilayah Kabupaten Majalengka, telah banyak dilakukan baik secara individu maupun dalam kaitan dengan program pengembangan komoditas unggulan daerah melalui suatu sistem agribisnis. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah andalan pengembangan mangga di Indonesia yang memberikan kontribusi tertinggi kedua setelah Provinsi Jawa Timur. Luas panen mangga di Jawa Barat tahun 2003 mencapai 7.424 ha dengan total produksi 141.064 ton, atau setara dengan produktivitas 190 kwintal per ha. Lima jenis mangga utama yang dikembangkan di sentra mangga Jawa Barat yang meliputi kabupaten Majalengka, Cirebon dan Indramayu, adalah mangga harumanis, gedong, gedong gincu, dermayu dan golek. Diantara jenis mangga tersebut, gedong gincu merupakan jenis unggulan daerah yang mempunyai nilai kompetitif. Namun demikian USAha pengembangan produksi mangga secara umum masih dihadapkan pada permasalahan; (1) sangat dipengaruhi oleh musim dan curah hujan, (2) skala USAhatani, (3) pemasaran dengan sistem tebasan, ijon dan kontrak yang mengarah kepada eksploitasi produksi, akibat adanya desakan kebutuhan ekonomi, menghindari resiko gagal produksi serta menghindari biaya pemeliharaan yang besar; dan (4) Secara umum profit pemasaran lebih banyak dinikmati oleh para pelaku pasar, bukan petani mangga. Dengan kondisi tersebut, perlu upaya konkret dari berbagai fihak terkait untuk menyatukan dukungan kelembagaan bagi eksistensi petani dalam suatu sistem agribisnis mangga yang dijalankan. Dukungan pemikiran serta kebijakan pemerintah daerah dalam upaya mencari solusi kearah itu sangat dinantikan sehingga komoditas mangga sebagai salahsatu komoditas unggulan daerah, tidak hanya menjadi ”maskot” daerah semata tetapi juga harus menjadi sumber pendapatan yang menguntungkan bagi para petani yang mengusahakannya. Pemerintah Kabupaten Majalengka telah mencoba merintis kelembagaan kearah itu dengan pola kerjasama kemitraan, sekaligus sebagai bentuk dukungan nyata untuk mendorong eksistensi petani dalam sistem agribisnis mangga yang saling menguntungkan

    Pencemaran Udara Dalam Antisipasi Teknis Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan

    Full text link
    Di dalam lingkungan hidup terdapat manusia dan sumberdaya lingkungan yang merupakan satu kesatuan. Sumberdaya lingkungan sebagai kebutuhan memiliki keterbatasan maka dalam pemanfaatannya perlu dikelola secara berkesinambungan dan tepat sehingga dapat juga dinikmati generasi masa datang. Tulisan ini adalah studi literatur dengan tema pencemaran udara dalam antisipasi teknis pengelolaan sumberdaya lingkungan. Metode yang digunakan adalah diskripsi dengan menguarai secara sistematik dari berbagai sumberBerdasarkan studi ini terdapat lima unsur kimia berbahaya pencemar udara, yaitu : (1) Ozone (O3) , (2) Oksida Karbon (CO dan CO2), (3) Oksida Belerang (SO2 dan SO3), (4) Oksida Nitrogen (NO, NO2, dan N2O), serta (5) Partikel Mokuler (debu, asam, pestisida, dll). Diperlukan pendekatan yang berbeda dalam pengelolaan pencemaran udara, namun yang terpenting selalu dimulai dari perencanaan, pengendalian dan pemantauan serta evaluas

    Reducing the Negative Impact of High Risk of Pregnant Women Through Training of Village Midwives

    Full text link
    Background : According to Riskesdas, 2010, complications of pregnancy were suffered by about 6.5% of pregnant women. Various efforts have been made in order to reduce maternal mortality rate and achieve the Millennium Development Goals (MDGs) by 2015, the decline in MMR to 102 per 100,000 live births, including the training of midwives. Method : This study is a literature study that proposed the necessity for midwife training in order to reduce high-risk pregnancy for the mother, and to understand the training process and the obstacles . Result : There are several obstacles in order to conduct training midwives including; regional policy, the fragmentation in planning and budgeting, organizing and mobilizing in an effort to reduce maternal and child mortality rate. Conclusion : The need stewership efforts and leadership, the need for planning and budgeting priorities in health, and the need for cooperation with other parties (hospital) to perform on the job training in the field of obstetrics
    • …
    corecore