15 research outputs found
HOTEL BINTANG 4 DENGAN MALL DI SEMARANG
Semarang sebagai ibukota provinsi tentunya menjadikan Semarang sebagai salah satu dari pusat perekonomian, industri, dan pariwisata sehingga hal ini akan menarik wisatawan untuk datang ke Semarang, baik wisatawan yang datang untuk berwisata maupun untuk melakukan bisnis. Banyaknya wisatawan yang datang ke Semarang ini memicu dibangunnya bangunan akomodasi seperti perhotelan, baik yang tidak berbintang sampai yang berbintang. Di Semarang sendiri masih diperlukan sarana akomodasi berupa hotel berbintang.
Hotel berbintang sendiri sudah mulai banyak berkembang di Semarang. Bahkan hotel-hotel budget, yaitu hotel bintang satu, dua, dan tiga, sudah banyak menjamur di seluruh wilayah Semarang. Hal ini menimbulkan persaingan tidak sehat antar pemilik hotel. Untuk itu di wilayah Semarang ini dibutuhkan sarana akomodasi hotel berbintang yang memiliki fasilitas yang berbeda sehingga wisatawan pun dapat memiliki opsi yang lebih banyak dalam memilih akomodasi yang sesuai dengan kriterianya, misalnya saja hotel berbintang yang memiliki fasilitas tempat perbelanjaan.
Hotel bintang 4 dengan fasilitas mall menjadi salah satu solusi dari masalah di atas. Adanya mall sebagai daya tarik dapat meningkatkan occupancy rate dari hotel. Pengunjung hotel pun mendapatkan kepuasan dari fasilitas-fasilitas yang ditawarkan mall. Pembangunan mall ini juga dapat melengkapi keinginan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan lifestyle penduduk Semarang, sehingga pembangunan hotel berbintang ini juga dapat dirasakan manfaatnya oleh penduduk sekitarnya
ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DI KAWASAN KAMPUNG KAPITAN PALEMBANG
Kampung kapitan merupakan sebuah kampung etnis tionghoa yang ada di kota Palembang. Kampung ini berdiri setelah berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Palembang dikarenakan penjajahan Belanda pada tahun 1821. Disini dibangunlah rumah-rumah yang menjadi kediaman masyarakat Cina. Hal ini menciptakan sebuah kawasan permukiman yang dimana dipengaruhi oleh tiga budaya yaitu budaya Cina, Belanda, dan Palembang. Pencampuran budaya ini membuat kawasan ini memiliki ciri khas rumah tradisional yang unik jika dibandingkan dengan rumah limas tradisonal Palembang pada umumnya. Akan tetapi identitas rumah tradisional ini terancam semakin menghilang karena kurangnya perawatan rumah dari pemilik rumah. Walau beberapa rumah sudah terdaftar sebagai bangunan cagar budaya nasional, masih kurangnya tindakan dari pemerintah daerah untuk mengkonservasi rumah-rumah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi arsitektur rumah tradisional di kawasan Kampung Kapitan sebagai dokumentasi yang bermanfaat untuk kajian koservasi bangunan bersejarah. Metode penelitian yang digunakan adalah diskriptif kualitatif yang dimana dilakukannya survei lapangan lalu didukung dengan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya pencampuran langgam budaya pada elemen bangunan pola ruang, fasad, bahan bangunan, sistem konstruksi, dan ornamen di rumah tradisional Kampung Kapita
Kualitas Pakan Fermentatif Berbahan Kulit Ubi Kayu Dengan Inokulan Mep+ Untuk Kultur Ikan Nila Gesit (Oreochromis Niloticus L.)
Feed is a major component in fish farming. However, the relatively high price of feed is very burdensome for fish farmers. Therefore a relatively low-cost solution is needed to address that problem. The use of local materials such as bran, waste mushroom, tofu, onggok starch, and skin cassava can be utilized as an alternative to reduce the needs of imported materials. However, the local materials have constraints regarding nutrition and digestibility, so an appropriate technology is required to overcome this. Improving the quality of the feed can be done by fermentation. Fermentation works by breaking macromolecules such as carbohydrates and amino acids into micromolecules, so the absorption of feed nutrients in the fish intestines become more efficient. The use of inoculants MEP+ aimed to improve the digestibility of feed, detoxification and increased the productivity of tilapia GESIT (Oreochromis niloticus). This study aimed to determine the effect of fermentation on enhancing the quality of feed nutrients made from cassava skin chips by the application of inoculant MEP+. The study was carried out experimentally using a complete randomized design. The independent variable in this study was the type of feed. Observed dependent variable was feed quality. The main parameter measured was the proximate level. Supporting parameter was the growth of tilapia GESIT. The results showed a progressive increase in the levels of nutrients of feed fermented in each treatment. The increments were recorded in treatment A from 16.15 became 21.64, in B from 13.21 became 15.46, in C from 9.66 became 11.53, and in D from 8.34 became 9.87. This result implies that the use of MEP+ fermentation inoculants could boost the nutritional content of food, with an average of the increment value of 11-15%. The increment of nutrient contents in each treatment was also affected the weight gain of fish although no significant difference were observed
Pembelajaran Konsep Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Nilai Peduli Lingkungan dengan Metode Permainan Lingkungan (MEPELING)
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai peduli lingkungan melalui penerapan games method of environment pada siswa kelas V SDN Dukuh 01 Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01 Mojolaban Sukoharjo yang berjumlah 30 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah hasil angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif dan diskriptif komparatif.
Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa skor rata-rata kelas nilai peduli lingkungan siswa pada pratindakan adalah 85,76 dengan persentase ketercapaian kelas sebesar 20% siswa yang memiliki nilai peduli lingkungan tinggi. Pada siklus I, skor rata-rata kelas meningkat menjadi 96,85 dengan persentase ketercapaian kelas sebesar 53,3%. Pada siklus II, skor rata-rata kelas meningkat lagi menjadi 106,7 dengan persentase ketercapaian kelas sebesar 80%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa melalui penerapan games method of environment dapat meningkatkan nilai peduli lingkungan siswa pada siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01 Mojolaban, Sukoharjo. Sedangkan kendalakendala yang terjadi selama penerapan games method of environment dalam meningkatkan nilai peduli lingkungan siswa meliputi : (1) Siswa kurang proaktif karena belum menganal peneliti yang berperan sebagai guru (2) Siswa tidak terbiasa dengan metode permainan dalam pembelajaran di sekolah (3) Siswa susah untuk dikondisikan pada kelompok dan siswa laki-laki dan perempuan tidak mau untuk bergandengan tangan atau masih malu-malu
An Analysis Ma'rimpa Salo as a Traditional Culture in Sinjai Regency (a Cultural Approach)
The purpose of this study is to know the local culture in Sinjai. As we see today is the technology and foreign cultures that keep us from the life and culture of our ancestors gradually been worn. The method used in this research is qualitative descriptive method that given images or facts. The writer needed library research, field research, observation, interview, and documentation to support the data. Marimpa Salo is dispels activities from upstream to the mouth of the fish is done in two villages namely Sanjai Village and Bua Village, both of which are mediated by Appareng River. This tradition has been carried out in the time of Bulo Bulo kingdom are still preserved Sinjai district until now. The results of this study are expected to be fruitful thought "let 's preserve our culture for posterity and for Indonesia”
Jalur Evakuasi Bencana di Kawasan Perkotaan (Study Kasus : Gunung Sahari Jakarta Pusat)
Jalur pedestrian adalah jalur untuk pejalan kaki yang menghubungkan satu tempt ke tempat lainnya. Jalur pedestrian sangat dibutuhkan dalam sebuah kawasan kota. Jalur pedestrian dapat dikatakan juga sebagai ruang terbuka publik, karena pada jalur pedestrian ini dapat digunakan juga sebagai fasilitas untuk bersosialisasi antar individu. Selain itu juga pada jalur pedestrian yang aman dan nyaman bagi penggunanya, elemen-elemen pendukung juga harus disediakan. Berbagai fasilitas yang ada di jalur pedestrian dapat melengkapi fungsi jalur pedestrian sebagai ruang publik (maulani,dkk, 2013). Kawasan Gunung sahari Jakarta pusat merupakan jalan utama dikota Jakarta yang memiliki jalur pedestrian, Jalur pedestrian pada Koridor Gunung Sahari mengalami peningkatan kegiatan yang cukup pesat menyusul meningkatnya perkembangan aktivitas dikoridor jalan tersebut (Rohman, 2015) . Namun, peningkatan hanya disalah satu sisi saja, beberapa faktor menjadi penyebabnya. Melihat fenomena tersebut muncul pertanyaan mengapa tidak difungsikan kembali jalur tersebut?. Bencana merupakan salah satu hal yang dapat terjadi dimana, kapan, dan kepada siapa saja. Bencana dapat berupa bencana alam dan human eror. Penanggulangan bencana belum terlalu diperhatikan oleh masyarakat. Salah satunya jalur evakuasi bencana di kawasan kota. Tidak berfungsinya pedestrian di koridor gunung sahari layak untuk diteliti dan ditinjau apakah layak untuk difungsikan sebagai jalur evakuasi
Determination of Load Carrying Capacity of Clay Bricks Reinforced With Straw
Sandcrete block is a dominant material for wall construction but it is often characterized with high cost and low strength property. This has necessitated the need to source for new materials within our environment. Clay is a natural material that is widely available in many countries of the world and it has the potential to establish better strength property than sandcrete blocks when mixed with straw. The straw serves as reinforcement that increases its compressive strength. The results obtained from this research shows that with the addition of straw (0.0025%, 0.005%, 0.0075% and 0.01%) at water-clay mixing ratio of 0.15, the compressive strength of the clay brick increased up to 148% of the strength of the clay without straw. The Scanning Electron Micrograph (SEM) results shows a strong adhesion between brick and straw fiber without any sign of brick saturation. This reveals that the addition of straw increased the compressive strength of the clay brick
Evolusi pada Tatanan Ruang Rumah Baduy (Studi Kasus Rumah Baduy dalam dan Baduy Luar)
. Ruang dibentuk oleh api pada saat membuat api unggun. Ruang atau tempat untuk mempertahankan api tersebut yang disebut dengan perapian (fireplace). Tujuan penelitian ini dibuat untuk memperkuat posisi studi tentang api dalam pemahaman terhadap ruang. Keterangan inilah yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian mengenai penggunaan perapian di rumah Baduy Dalam dan Baduy Luar, sehingga nantinya memperkaya perkembangan arsitektur Nusantara. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode interpretive-historical research, dimana metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data tentang Perubahan atau pergeseran yang terjadi pada pola tatanan ruang dalam serta segmentasi ruang yang ada di rumah Baduy Dalam dan Baduy Luar. Pada penelitian sebelumnya banyak yang menerangkan keterkaitan antara api dan ruang. Api sebagai pencipta ruangan dapat tercipta melalui kegiatan yang terkait penggunaan api, diantaranya kegiatan untuk menghangatkan badan, memasak juga untuk penerangan. Pada rumah Baduy Dalam dan Baduy Luar, fungsi api lebih kearah pemanfaatan ruang dan perapian, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya kegiatan yang berkaitan dengan api. Penggunaan perapian tidak mengenal perbedaan gender, artinya semua anggota keluarga dapat menggunakan parako tersebut tanpa kecuali. Jumlah parako yang ada di rumah Baduy Dalam dan Baduy Luar biasanya terkait dengan jumlah kepala keluarga di dalam rumah tersebut, dimana masing-masing parako tersebut bertanggungjawab terhadap 1 kepala keluarga yang ada di dalamnya. Evolusi ruang yang terjadi adalah adanya penambahan ruang tepas. Asal mulanya, di rumah Baduy Dalam tatanan ruang terdiri dari imah dan sasoro, lalu muncul tepas. Tepas terbentuk karena adanya penambahan kegiatan di sekitar parako