6 research outputs found

    IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVANOID DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera L.)

    Get PDF
    The purpose of this study was to determine the levels of flavonoids contained in the sembung leaf methanol extract. To identify the flavonoid content, Spectrophotometry UV-Vis method. Further, the analysis of methanol extract flavonoid in sembung leaves was carried out at a wavelength of 382 nm with successive absorbance values of 0.094; 0.090; 0.084. The total content of flavonoids in the sample was calculated by calibrating the absorbance value of the example with a standard linear equation of quercetin, y = 0.060 x -0.016 with a correlation coefficient (R2) = 0.997, and; the average total flavonoid content in the methanol extract of the leaves was 0.175%

    ANALISIS ECOSOCIAL TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENINTING KECAMATAN BATULAYAR KABUPATEN LOMBOK BARAT

    Get PDF
    Malaria is dominant disease in tropical and subtropical area and it can cause the people die. In 2013, Indonesian people suffered malaria in 1,9 percent. The prevalence of Malaria in 2013 was 6,0 percent. The number of sickness according to API (Annual Parasite Incidence) standard was 2,50. Hence, West Lombok was in the category of MCI (Moderate Case Incidence) with the range 1-5 (Dinkes Lombok Barat, 2012). The case of clinical malaria or AMI (Annual Malaria Incidence) in Public Health Center of Meninting in the last four years was occurred a trend that increased. Moreover, this study aimed to analyze ecosocial toward malaria in Public Health Center of Meninting, Batulayar, West Lombok. The study utilized case control design or retrospective study to find out the relationship of risk factor that influenced malaria (cause-effect relationship). The sample of case group of this study was all of the people who looked for treatment in the Public Health Center of Meninting and they were claimed that they suffered clinical malaria. Meanwhile, the sample of control group of this study was all of the people who looked for treatment in the Public Health Center of Meninting and they were claimed that they did not suffer clinical malaria. Furthermore, the numbers of sample of this study were 76 respondents that consisted of 38 respondents for case sample and 38 respondents for control sample. The result of this study showed that the risk factors that influenced malaria were puddle around the house wi th OR=3,85, CI 95% = 1,46 – 10,13, shrubsaround the house with OR=0,36, CI 95%=0,14 – 0,94, the condition of wall of the house with OR=0,33, CI 95%=0,12 – 0,89, and the habit of the use of mosquito net while sleeping with OR=0,20, CI 95%=0,07 – 0,57. The descriptive analysis of all factors that influenced malaria showed that knowledge, the habit of the use of mosquito net while sleeping, the puddle around the house, the shrubs around the house, and the condition of wall of the house were the risk factors of malaria. The most dominant of risk factors that perhaps influenced malaria was the puddle around the house (p= 0,006) Confidence Interval (Cl) 1,46 – 10. Meanwhile, the climate factors (temperature, humidity, rainfall, the sun radiation, and the wind speed) might be stated that they were still able to make malaria vector proliferated. The malaria in the Public Health Center of Meninting was more dominant in the ecosystem of hills than in the ecosystem of beach. However, the writer of this study suggested for next researchers who conduct similar study, but they should add environment factor,climate factor, and larger area factor

    Risk Assessment Exposure of Mercury (Hg) at People who Consuming Nila Fish (Oreochromis niloticus) from Limboto Lake of Gorontalo Province.

    Get PDF
    This study objective was to risk assessment of mercury at people who consuming Nila fish (Oreochromis niloticus) from Limboto Lake of Gorontalo Province. Observational study was used by using environmental health risk assessment approach. Mercury levels in Nila fish (Oreochromis niloticus) from Limboto Lake analyzed with Atomic Absorption Spectrometry, whereas body weight, consumption rate and exposure time analyzed quantitatively with interviewing 95 participants from six village for calculated mercury intake and risk quotient (RQ). The mercury levels in Nila fish (Oreochromis niloticus) from Limboto Lake, approximately 0.000007 - 0.000089 mg/gram. This study found that the average of risk quotient at people who consuming fish in Payunga village with 0.0000554 mg/gram was 1.32, risk quotient for consuming fish in Podutuma village with 0.000061 mg/gram was 1.01, risk quotient for consuming fish in Ilomangga village with 0.000007 mg/gram was 0.11, risk quotient for consuming fish in Kayubulan village with 0.000067 mg/gram was 1.36, risk quotient for consuming fish in Huntulabohu village with 0.000089 was 2.87 and risk quotient for consuming fish in Buhu village with 0.000089 was 1.08. This study showed that fish not secure for consuming until 30 years later so that the required risk management. Risk management can be done by reducing levels of mercury in fish, controlling consumption rate, and lessening exposure time. However, this study suggests that the most effective risk management for managing risk is controlling consuming rate for fish from Limboto Lake

    GAMBARAN FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN DAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

    No full text
    Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular infeksi yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk. Penyakit ini merupakan penyakit yang timbul di negara-negara tropis, termasuk di Indonesia (CDC, 2007). Faktor risiko  lingkungan, faktor agent dan faktor penjamu sangat penting diperhatikan karena keseimbangan ketiga faktor tersebut dapat mempengaruhi penurunan maupun peningkatan kejadian kasus DBD. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui gambaran faktor risiko lingkungan terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional, dengan metode penelitian deskriptif. Adapun hasil penelitian ini adalah terdapat beberapa variabel faktor lingkungan fisik dan lingkungan biologik yang berhubungan secara deskrifti dengan kejadian DBD seperti kelembaban, tempat perindukan, tempat istirahat, keberadaan jentik,  kebiasaan menggantung baju/pakaian. Dengan mengetahui gambaran umum faktor lingkungan dengan kejadian DBD, dapat memberikan informasi penanganan DBD di kabupaten Lombok timur. Nusa Tenggara Barat

    HUKUM LINGKUNGAN

    Full text link
    Manusia tumbuh dan berkembang bersama lingkungan di sekitarnya. Setiap interaksi manusia baik sesama manusia dan dengan lingkungan akan memberikan dampak bagi lingkungan baik positif maupun negatif. Maka dari itu, lahirlah sebuah aturan hukum untuk mengatur keseimbangan manusia dan lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga istilah Hukum lingkungan mengatur pola lingkungan beserta semua perangkat dan serta kondisi bersama manusia yang berada dan mempengaruhi lingkungan tersebut. Selain itu Hukum Lingkungan merupakan suatu disiplin ilmu yang cukup luas yang meliputi : 1. Tata Lingkungan 2. Perlindungan Lingkungan 3. Kesehatan Lingkungan 4. Kesehatan Manusia 5. Tata Ruang 6. Aspek Sektoral 7. Otonomi Daerah 8. Internasionalisasi Lingkungan Hidup 9. Penegakkan hukum Dari sembilan poin tersebut di atur dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2009, yang merupakan generasi ketiga pengaturan hukum lingkungan di Indonesia yang tertuang dalam buku ini dengan dilengkapi berbagai aspek dan tatanan yang dapat menjadi gambaran bagi lingkungan kehidupan manusia maupun menjadi sumber rujukan bagi para cendekiawan untuk melengkapi tugas kuliah maupun yang lainnya. Oleh karena itu buku ini hadir ke hadapan sidang pembaca sebagai bagian dari upaya diskusi sekaligus dalam rangka melengkapi khazanah keilmuan dibidang hukum, sehingga buku ini sangat cocok untuk dijadikan bahan acuan bagi kalangan intelektual di lingkungan perguruan tinggi ataupun praktisi yang berkecimpung langsung dibidang hukum

    HUKUM HUMANITER

    Full text link
    Hukum Humaniter merupakan seperangkat aturan yang didasarkan atas perjanjian internasional dan kebiasaan internasional yang membatasi kekuasaan pihak yang berperang dalam menggunakan cara dan alat berperang untuk mengalahkan musuh dan mengatur perlindungan korban perang. Istilah Hukum Humaniter atau lengkapnya disebut International Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict, pada awalnya dikenal sebagai hukum perang (laws of war), yang kemudian berkembang menjadi hukum sengketa bersenjata (laws of arms conflict), dan pada akhirnya dikenal dengan istilah hukum humaniter. Hukum Humaniter Internasional adalah bagian dari hukum internasional. Hukum internasional adalah hukum yang mengatur hubungan antar negara. Hukum internasional dapat ditemui dalam perjanjian-perjanjian yang disepakati antara negara-negara yang sering disebut traktat atau konvensi dan secara prinsip dan praktis negara menerimanya sebagai kewajiban hukum. Berdasarkan hal tersebut maka, buku ini menyajikan segala yang dibutuhkan oleh para pengelola tatanan pemerintahan terutama dalam hal hukum humaniter untuk menjalankan roda perputaran pemerintahan terutama dalam hal hukum humaniter agar dapat menciptakan kualitas dan kuantitas hukum humaniter yang baik dan efisien. Oleh sebab itu buku ini hadir kehadapan sidang pembaca sebagai bagian dari upaya diskusi sekaligus dalam rangka melengkapi khazanah keilmuan hukum humaniter manajemen, sehingga buku ini sangat cocok untuk dijadikan bahan acuan bagi kalangan intelektual dilingkungan perguru tinggi ataupun praktisi yang berkecimpung langsung dibidang hukum humaniter
    corecore