16 research outputs found
Aktivitas Jus Buah Delima (Punica Granatum L.) Terhadap Peroksidasi Lipid Darah Tikus Yang Diinduksi Parasetamol
Buah delima atau pomegranat (Punica granatum L.) telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi daripada tanaman obat lainnya. Aktivitas antioksidan berpotensi menurun-kan kadar lipid peroksida (Tiobarbituric Acid Reacting Substances/TBARS). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas jus buah delima terhadap peroksidasi lipid darah tikus yang diinduksi parasetamol. Empat belas ekor tikus dibagi dalam empat kelompok. Kelompok normal (N) dicekok akuades dan tiga kelompok lainnya (kelompok kontrol positif (PC), kelompok kontrol negatif (KN), dan kelompok jus buah delima (JUS) diinduksi parasetamol (500 mg/kgBB) selama 34 hari. Setelah 17 hari, kelompok yang diinduksi parasetamol, yaitu kelompok kontrol positif (PC) diinduksi Cursil 70 dengan dosis (13,3 mg/kgBB), kelompok jus buah delima diinduksi jus buah delima (JUS) dengan dosis (500 mg/kgBB), tetapi kelompok kontrol negatif (KN) tetap diinduksi parasetamol (500 mg/kgBB) sampai dengan hari ke34. Lipid peroksida darah direaksikan dengan asam tiobarbiturat (TBA) 1% dan dianalisis dengan spektrofoto-meter pada panjang gelombang ? 352 nm. Kontrol negatif (KN) yang diinduksi oleh parasetamol selama 34 hari, meningkatkan TBARS sebesar 120,66%. Kadar lipid peroksida (TBARS) kelompok PC dan kelompok JUS dengan dosis (500 mg/kgBB) menurun secara berturut-turut sebesar 8,14% dan 54,79%
Aktivitas Jus Buah Delima (Punica granatum L.) terhadap Peroksidasi Lipid Darah Tikus yang Diinduksi Parasetamol
Buah delima atau pomegranat (Punica granatum L.) telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi daripada tanaman obat lainnya. Aktivitas antioksidan berpotensi menurun-kan kadar lipid peroksida (Tiobarbituric Acid Reacting Substances/TBARS). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas jus buah delima terhadap peroksidasi lipid darah tikus yang diinduksi parasetamol. Empat belas ekor tikus dibagi dalam empat kelompok. Kelompok normal (N) dicekok akuades dan tiga kelompok lainnya (kelompok kontrol positif (PC), kelompok kontrol negatif (KN), dan kelompok jus buah delima (JUS) diinduksi parasetamol (500 mg/kgBB) selama 34 hari. Setelah 17 hari, kelompok yang diinduksi parasetamol, yaitu kelompok kontrol positif (PC) diinduksi Cursil 70 dengan dosis (13,3 mg/kgBB), kelompok jus buah delima diinduksi jus buah delima (JUS) dengan dosis (500 mg/kgBB), tetapi kelompok kontrol negatif (KN) tetap diinduksi parasetamol (500 mg/kgBB) sampai dengan hari ke–34. Lipid peroksida darah direaksikan dengan asam tiobarbiturat (TBA) 1% dan dianalisis dengan spektrofoto-meter pada panjang gelombang ? 352 nm. Kontrol negatif (KN) yang diinduksi oleh parasetamol selama 34 hari, meningkatkan TBARS sebesar 120,66%. Kadar lipid peroksida (TBARS) kelompok PC dan kelompok JUS dengan dosis (500 mg/kgBB) menurun secara berturut-turut sebesar 8,14% dan 54,79%
The Effect of Storage Duration on Fruit Juices Made With or Without the Addition of Yeast Towards Its Alcohol Content
Fruit juice is a healthy beverage. However, we must be careful in handling or consuming such juice, especially in relation to its storage time. The Prophet of Muhammed PBUH in his hadith prohibits to drink fruit juices that have been stored for more than 3 days, as its legal status changes from Halal into Haram.In accordance with the development of science and technology, many methods could be used to measure alcohol content in a sample; such as Gas Chromatography-Mass Spectroscopy method (GC-MS). Therefore the objective of this research was to analyze the alcohol content of various fruit juices made with or without the addition of yeast and being stored within 1, 2, and 3 days using GC-MS, as well as its relation to the hadith Matn of the Prophet Muhammad PBUH regarding its law. Results showed that alcohol (ethanol) content of various fruit juices : red grapes, green grapes, dates, pomegranate and durian, made without the addition of yeast which stored for 3 days, in consecutive order were 0.524; 0.144; 0.214; 0.143 and 0.314% v/v. While alcohol (ethanol) content of various fruit juices : red grapes, green grapes, dates, pomegranate and durian, made with the addition of 10 g/L yeast were and stored for 3 days were 0.618; 0.921; 0.901; 0.575 and 1.202% v/v constitutively. Alcohol content of red grapes fruit juices of 0.524% v/v was the highest alcohol content (in juices) which is still Halal to be consumed
Pemberdayaan Pelaku Usaha Mikro dan Kecil dalam Sertifikasi Produk Halal di Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang memiliki sekitar 1000 Usaha Mikro dan Kecil (UMK), dimana diantara UMK yang memproduksi makanan dan/atau minuman masih terdapat UMK yang tidak memiliki sertifikat halal. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, semua produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di Indonesia harus memiliki Sertifikat Halal. Ruang lingkup sertifikasi halal berlaku untuk semua kategori, termasuk untuk usaha berskala mikro dan kecil yang menghasilkan barang atau jasa. Universitas YARSI bermaksud memberikan solusi terhadap permasalahan para pelaku UMK di Kabupaten Pandeglang yang masih belum memahami tentang produk halal dan mengalami kesulitan dalam mendaftarkan produknya untuk mendapatkan sertifikasi halal. Pembekalan dilaksanakan melalui edukasi dan simulasi tentang produk halal dan tata cara untuk mendapatkan Sertifikat Halal. Hasil dari kegiatan PKM ini yaitu terjadi peningkatan pengetahuan para peserta terkait pengetahuan tentang produk dan proses sertifikasi halal. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan nilai pre-test dan post-test tentang pengetahuan peserta terhadap materi edukasi dan simulasi yang diberikan. Pelaku UMK di Kabupaten Pandeglang telah memahami pentingnya pemahaman tentang produk halal pada produk yang mereka hasilkan dan perjualbelikan. Terjadi peningkatan kemampuan peserta untuk melakukan proses pengajuan Sertifikasi Halal pada Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).Kata kunci: Halal Produk, Sertifikasi Halal, UM
Identifikasi Daging Tikus Pada Produk Baso Dengan Metode Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE)
Bahan baku untuk membuat baso adalah daging hewan, pada umumnya dari daging sapi, ayam, ikan dan babi. Di beberapa daerah di Indonesia terjadi kasus baso tikus. Tujuan penelitian ini adalah menguji ada tidaknya kandungan daging tikus pada produk baso yang dijual di pasar Cempaka Putih-Kecamatan Kramat Jakarta Pusat dan di pedagang baso atau mie baso di sekitar kampus Universitas YARSI Jakarta. Daging adalah protein salah satu metode untuk mengidentifikasi protein adalah metode Sodium Dodecyl Sulphate Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 sampel baso terindikasi ada 2 sampel baso dengan nomor 1 dan 5 yang dibuat dari campuran daging sapi dan tikus; ada 1 sampel baso dengan nomor 6 yang terbuat dari daging tikus; dan 2 sampel baso dengan nomor 2 dan 3 yang terbuat dari campuran sapi dan babi, dan hanya 1 sampel baso dengan nomor sampel 4 yang benar-benar terbuat dari daging sapi
Identifikasi Formaldehida Dalam Tahu Dan Mie Basah Pada Produk Pedagang Jajanan Di Sekitar Kampus Universitas YARSI Jakarta
Formalin (larutan Formaldehida 37% dalam air) sering disalahgunakan fungsinya untuk mengawetkan makanan / bahan makanan seperti tahu dan mie basah. Di sekitar kampus Universitas YARSI Jakarta, banyak pedagang jajanan yang menggunakan bahan baku tahu dan mie basah, seperti gorengan tahu, tahu krispi, tahu goreng untuk ketoprak, baso tahu dan mie ayam. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan formaldehida pada tahu dan mie basah pada produk pedagang jajanan di sekitar kampus Universitas YARSI Jakarta. Analisis kualitatif adanya formaldehida dalam sampel, dilakukan dengan metode asam kromotropat yang dimodifikasi, dan analisis kuantitatif dengan metode spetrofotometri dengan pereaksi Nash pada 413 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua produk berbahan baku tahu dan mie basah pada pedagang jajanan di sekitar kampus Universitas YARSI Jakarta menggunakan bahan baku tahu dan mie basah yang ditambah bahan pengawet formalin dengan kadar formaldehida dalam tahu berkisar antara (13,9-183,3) ppm dan dalam mie basah berkisar antara (13,9-408,3) ppm
DETEKSI DNA BABI PADA PRODUK SOSIS MENGGUNAKAN REAL TIME–POLYMERASE CHAIN REACTION (RT–PCR)
Sosis adalah salah satu produk olahan daging yang saat ini di Indonesia sudah diperjualbelikan sampai ke pinggiran kota bahkan ke desa-desa. Bahan baku sosis adalah daging sapi, ayam, ikan dan babi. Sampai saat ini harga daging sapi dirasakan oleh banyak konsumen masih sangat mahal. Namun, ternyata produsen sosis banyak yang menjual produknya dengan harga yang sangat murah. Kondisi tersebut dapat menimbulkan kecurigaan dari konsumen jangan-jangan ada penggantian atau pencampuran daging sapi dengan atau oleh daging babi. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kandungan daging babi (DNA babi) pada produk sosis yang dijual di pasar-pasar tradisional di Jakarta dan di gerai-gerai frozen food di perkampungan sekitar Jakarta. Pengujian DNA babi menggunakan metode Real Time Polymerace Chain Reaction (RT-PCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel uji (10 sampel uji) dengan merek yang berbeda baik yang mencantumkan atau tidak mencantumkan logo halal MUI, semuanya tidak terdeteksi mengandung DNA babi
IDENTIFIKASI GELATIN DALAM OBAT BENTUK SEDIAAN TABLET MENGGUNAKAN METODE FOURIER TRANSFORM INFRA RED (FTIR) SPECTROSCOPY
ABSTRAKObat adalah campuran dari bahan aktif dan bahan tambahan / eksipien / bahan farmasetik. Salah satu bahan yang digunakan untuk membuat obat adalah gelatin. Gelatin tergolong senyawa protein, dan dalam industri farmasi banyak digunakan sebagai bahan tambahan / eksipien / bahan farmasetik, yang berfungsi sebagai bahan untuk membuat cangkang kapsul, bahan penstabil, pengemulsi, dan sebagai bahan pengikat tablet. Selain gelatin, bahan yang digunakan sebagai pengikat tablet adalah gum arab, polivinilpirolidon, amilum, campuran amilum dengan gelatin, natrium alginat, etil atau metil selulosa,dan mucilago yang semuanya tidak tergolong protein. Banyak cara mengidentifikasi gelatin dalam sampel, diantaranya metode asam pikrat, presipitasi kalsium fosfat, HPLC, RT-PCR, dan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) Spectroscopy. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji kandungan gelatin dalam obat bentuk sediaan tablet menggunakan metode FTIR spectroscopy. Sampel penelitian ini adalah 20 obat dalam bentuk sediaan tablet yang tidak mengandung bahan aktif yang tergolong protein yang berfungsi sebagai obat batuk, obat flu, analgesik, antipiretik, anti diare, antitrombolitik, anti inflamasi, anti urisemia, antibiotik, dan vitamin (suplemen). Gelatin dalam sampel diisolasi menggunakan metode Ferris. Keberadaan gelatin dalam sampel dilakukan dengan mencocokkan spektrum gelatin sapi dan babi standar dengan spektrum dari sampel pada bilangan gelombang 400 – 4000 cm-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua (20) sampel obat dalam bentuk sediaan tablet di atas, tidak ada yang mengandung / menggunakan gelatin sebagai bahan pengikat tabletnya. Dan data ini sesuai dengan library alat yang tidak menunjukkan adanya senyawa gelatin. Selain daripada itu, hasil ini mengindikasikan bahwa industri farmasi di Indonesia ada yang sudah mengganti gelatin yang berfungsi sebagai pengikat tablet dan dapat diragukan kehalalannya dengan bahan pengikat tablet lainnya. KATA KUNCI : obat, gelatin, bahan pengikat tablet, FTIR.  GELATIN IDENTIFICATION IN TABLET PREPARATION OF DRUG USING FOURIER TRANSFORM INFRARED SPECTROSCOPY ABSTRACT The medicinal drug is a mixture of active compound and pharmaceutical additive. Gelatin is a protein that often used as a stabilizer, emulsifying agent, capsule constituent and tablet binder. Gelatin identification can be performed using several methods such as picric acid method, calcium phosphate precipitation, HPLC, RT-PCR and Fourier Transformed Infrared (FTIR) Spectroscopy. The study aims to test the gelatin presence in tablet preparation of the non-protein-based drug. These drug indications include those used for cough, common cold, analgesic, antipyretic, anti-diarrhea, anti-thrombolytic, anti-inflammation, anti-uricemia, antibiotic and vitamins. Gelatin in the sample was isolated using Ferris method. Gelatin presence detection was subsequently followed by comparison with standard bovine and porcine-derived gelatin spectral data at 400-4000 cm-1 wavenumber. Results show that no gelatin detected in all samples whether from the bovine and porcine origin. In conclusion, tablet preparation of drug used in this study did not use gelatin as a tablet binder suggesting compliance with a halal requirement of good manufacturing practice. Keyword: drug; gelatin; tablet binder; FTI
Potensi Ekstrak Air Dan Etanol Kulit Batang Kayu Manis Padang (Cinnamomum Burmanii) Terhadap Aktivitas Enzim A-Glukosidase
Penelitian mengenai potensi ekstrak air dan etanol 30%, 70%, serta 96% dari kulit batang kayu manis Padang (Cinnamomum burmannii) terhadap aktivitas enzim a-glukosidase secara in vitro telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas inhibisi ekstrak air dan etanol (30%, 70% dan 96%) dari kulit batang kayu manis Padang terhadap aktivitas enzim a-glukosidase (dengan akarbosa sebagai kontrol positif), identifikasi senyawa pada ekstrak yang mempunyai daya inhibisi tertinggi dengan GC-MS pyrolisis (Py-GC-MS) serta uji fitokimianya. Kulit batang kayu manis di ekstraksi dengan metode maserasi 3 kali 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air dan etanol 30% kayu manis Padang mempunyai daya inhibisi berturut-turut sebesar 94.88% dan 94.51% yang tidak berbeda nyata dengan daya inhibisi a-glukosidase dari akarbosa 1%. Hasil fitokimia menunjukkan adanya kandungan flavonoid, tanin, senyawa fenolik dan karbohidrat, pada kedua ekstrak tersebut.Sedangkan hasil analisis kualitatif pada ketiga ekstrak dengan Py-GC-MS menunjukkan adanya senyawa fenolik-fenolik sederhana seperti pyrocatechol, catechol, guaiacol,dan hidroquinone yang diduga merupakan hasil penguraian senyawa golongan polifenol dan diduga sebagai agen antidiabetik oral. Selain dari itu, kedua ekstrak mengandung 1,6-anhidro-beta-D-glukosapiranosa (Levo glukosan) yang tidak menyebabkan peningkatan kadar gula darah.Research about inhibition activity of aqueous and 30%, 70% and 96% ethanolic bark extracts of Cinnamon Padang (Cinnamomum burmannii) against a-Glukosidase enzyme activities throught in vitro assay has been done. The aim of this research are to determine activity of aqueous and ethanolic (30% 70%, and 96%) bark extracts of Cinnamon Padang against activity of a-glucosidase enzyme (with acorbose as a positive control), identification compunds by GC-MS pyrolysis from those extract that the result showed have the highest inhibition activity and its phytochemical assay. Cinnamon was extracted by maseration method 3 times 24 hours. The result showed that the aqueous and 30% ethanolic extract of cinnamon Padang inhibited a-Glukosidase enzyme on 94.88% and 94.51% respectively, but not significantly different with the inhibition to a-Glucosidase from 1% of acarbose. Those extracts contain flavonoids, tannin, phenolic and carbohydrate compounds, while the qualitative analyzed from those extracts by Py-GC-MS, presence the phenolic compounds such as pyrocatechol, catechol, guaiacol, and hydroquinone from polyphenol compound that act as antidiabetic oral agent. Instead of that, those extracts contain 1,6anhydro beta D glucopyranose (Levoglucosan), but its compound could not increase blood glucose level
Aktivitas Hepatoproteksi Ekstrak Polifenol Buah Delima (Punica GranatumL.) Terhadap Tikus Putih Yang Diinduksi Parasetamol
Buah delima dilaporkan mengandung senyawa antioksidan yang tinggi dan berfungsi sebagai hepatoprotektor. Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas ekstrak polifenol buah delima sebagai hepatoprotektor dan mengetahui pengaruhnya terhadap gambaran histopatologi hati tikus yang diinduksi parasetamol. Ekstraksi polifenol dilakukan dengan menggunakan pelarut aseton, air, asam asetat (90:9.5:0.5). Sebanyak 22 ekor tikus dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu kelompok I diberi pakan standar dan akuades, kelompok II diberi pakan standar dan parasetamol 500 mg/BB, kelompok III diberi pakan standar, parasetamol 500 mg/BB, dan Cursil-70 13.3 mg/BB, kelompok IV, V, VI dan VII diberi pakan standar, parasetamol 500 mg/BB, serta ekstrak polifenol buah delima dengan konsentrasi 13.3 mg/BB, 100 mg/kg BB, 250 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB untuk masing-masing kelompok. Perlakuan dilakukan selama 34 hari, pada hari terakhir dilakukan analisis histopatologi hati dengan mengamati kerusakan hepatosit yang meliputi jumlah sel nekrotik, sel apoptosis, sel kupffer, dan degenerasi lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak polifenol buah delima dengan dosis 500 mg/BB dapat menghambat kerusakan hati (p < 0.05) karena pada konsentrasi tersebut jumlah sel nerkotik rendah, tidak ada sel apoptosis, jumlah sel kuffer rendah, dan jumlah degenerasi lemak rendah