5 research outputs found

    Pencemaran Kadmium Di Sedimen Waduk Saguling Provinsi Jawa Barat (Cadmium Pollution in Saguling Dam Sediment West Java Province)

    Get PDF
    Sungai Citarum Hulu merupakan sumber air utama Waduk Saguling. Kualitas air sungai ini telah mengalami penurunan bahkan terpantau beberapa logam berat terkandung dalam air Sungai Citarum. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pencemaran Cd di sedimen Waduk Saguling pada dua musim yang berbeda. Lokasi penelitian dilakukan di 10 titik di Waduk Saguling. Penelitian mengkaji perbedaan konsentrasi Cd pada Bulan Juli 2015 mewakili musim kemarau dan Bulan November 2015 mewakili musim hujan. Sedimen yang diperiksa merupakan sedimen permukaan pada kedalaman 0-10 cm pada dasar waduk. Konsentrasi Cd di sedimen dianalisis menggunakan ICP-MS. Tingkat pencemaran sedimen akibat Cd dinilai dengan menggunakan dua metode yaitu: faktor contaminasi/contamination factor, CF dan indeks pencemaran logam/Metal Pollution Index, MPI. Berdasarkan hasil penelitian konsentrasi Cd dalam air selama satu dekade mulai tahun 2008-2014 cenderung mengalami peningkatan, dengan konsentrasi berkisar antara 0 mg/L-0,14 mg/L. Konsentrasi rata-rata Cd di sedimen Waduk Saguling pada Bulan Juli 2015 mewakili musim kemarau sebesar 13,54 mg/kg, sedangkan pada Bulan November 2015 mewakili musim hujan sebesar 21,08 mg/kg. Konsentrasi Cd di sedimen Waduk Saguling tidak memenuhi baku mutu kualitas sedimen berdasarkan baku mutu yang berlaku di Australian dan New Zaeland mengingat Indonesia belum memiliki baku mutu kualitas sedimen yaitu sebesar 1,5 mg/kg. Hasil penilaian kualitas sedimen dengan menggunakan metode CF di semua titik penelitian di Waduk Saguling termasuk kategori terkontaminasi sangat tinggi sedangkan berdasarkan hasil penilaian dengan MPI kualitas sedimen Waduk Saguling termasuk kategori tercemar oleh logam berat Cd. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelolaan Waduk Saguling mengenai kondisi pencemaran logam berat yang telah terjadi di waduk tersebut

    Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi

    Full text link
    Partikulat terespirasiadalah partikulat dengan ukuran 2-5μm yang karena sifat aerodinamiknya dapat masuk kedalam saluran pernafasan dan terdeposit dalam paru-paru serta merusak alveoli sehinggamembahayakan kesehatan manusia. Dinas Kesehatan kota Bandung mencatat bahwa adakecenderungan peningkatan angka kejadian penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)setiap tahun di kota Bandung. Pengukuran PM10 pada periode tahun 2002-2005 yang dilakukanoleh BPLH Kota Bandung menunjukkan bahwa di beberapa lokasi ambang batas baku mutuharian untuk PM10 telah dilampaui. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui paparan partikulatterespirasi pada masyarakat dengan melakukan karakterisasi unsur-unsur kimia yangterkandung di dalamnya sebagai bentuk identifikasi bahaya. Penelitian dilakukan di empatkawasan di kota Bandung. Pengambilan sampel partikulat terespirasi dilakukan menggunakanpersonal sampler. Karakterisasi kimia dilakukan menggunakan metode analisis aktivasi neutron,spektrometri serapan atom dan reflektansi. Hasil identifikasi dan karakterisasi tersebutdigunakan untuk menghitung nilai IEC(Inhalation Exposure Concentration) sebagai estimasipaparan partikulat terespirasi yang terhirup selama kurun waktu tertentu. Tahap tersebutmerupakan tahap awal dari studi epidemiologi yang mengkaitkan kejadian penyakit saluranpernafasan dengan hasil identifikasi dan karakterisasi partikulat terespirasi. Unsur-unsur kimiayang diidentifikasi adalah unsur Br, Mn, Al, I, V, Cl, Ti, Na, Hg, Pb, dan black carbon (BC). Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa partikulat terespirasi yang dihirup oleh penduduk sebagaireseptor di kawasan Tegalega, Aria Graha, Dago Pakar, dan Cisaranten Wetan relatif lebihtinggi dibandingkan dengan konsentrasi PM2,5 udara ambien di lokasi yang sama. Kawasanindustri Cisaranten Wetan mempunyai konsentrasi tertinggi untuk sebagian besar unsur-unsuryang terkandung dalam partikulat terespirasi

    Biomarker as an Indicator of River Water Quality Degradation

    Full text link
    Generally physical and chemical methods are use in river water quality monitoring; currently biomarker is developed as alternative biomonitoring method. The aim of this study is to look at the probability using aquatic species in monitoring river water pollutants exposure. This study was done by using Hyposarcus pardalis as biomarker to analyze river water quality in Upstream Citarum River. Hyposarcus pardalis were taken along the river at five sampling point and look at the Cu and Zn concentration. Results from this study show that there was an indication that river water quality has been degrading along the river from upstream to downstream. Zn concentration in Hyposarcus pardalis were increasing as well as Cu concentration. The increase of Zn concentration in Hyposarcus pardalis indicating that the river was polluted by Zn. Secondary data and observation at sampling location shown that textile was the dominant industry which may contribute the Zn concentration in river as they received the effluent. Cu is use in metal coating process, as well as textile industry metal industries were identified at Majalaya, Bantar Panjang, Dayeuh Kolot and Katapang in Bandung-Indonesia. As a receiving water from many activities along the river, upstream Citarum River water quality become degrading as the increasing of heavy metal Zn and Cu concentration in Hyposarcus pardalis

    Household Water Supply Strategies in Urban Bandung, Indonesia: Findings and Implications for Future Water Access Reporting

    Get PDF
    Through structured interviews and statistical analyses, this study investigated access to water and strategies of 1227 vulnerable households in Bandung, Indonesia. The use of mixed water sources, household water treatment, and home storage suggest low trust in improved sources, and compromised safety and reliability of water. While official statistics suggest a high level of access to improved water sources, full-time access to such sources is overestimated. Integration of user behavior into the new monitoring approach for the water supply sector in the post-2015 development framework is proposed
    corecore