18 research outputs found

    Aplikasi Teknologi Air Subkritis untuk Formasi Partikel

    Get PDF
    Subcritical water (SBCW) refers to pressurized water having temperature between its boiling and critical points (100 – 374oC). Application of SBCW technology has been developed for various processing schemes, in particular reaction and separation. In particle formation, vast property of SBCW, especially its solvent power elasticity has been exploited to process organic and inorganic materials.The main advantage of SBCW technology for particle formation is its apparent power to dissolve hydrophobic solid materials. Upon rapid contact of SBCW with non-solvent medium - commonly developed from another aqueous based solution- supersaturation leading to particle formation can be obtained.  As a consequence, overall particles properties can be modified. In this article, a brief review of the SBCW technology to process micro- or nano-scale materials is presented. Processing of therapeutic agent of quinolone (antibacterial) is discussed to represent SBCW application for organic chemicals. Quinolone processing at pressurized water up to 200oC has successfully obtained 50 – 60 nm particle size with improved release profile. In another application, SBCW processing at 200-275 bar and 200-300oC has produced particles of lithium – ion battery with various kind of morphologies, in the absence of additives or any other modifiers.

    Studi Kinetika Dekomposisi Glukosa Pada Temperatur Tinggi

    Full text link
    Glukosa banyak dimanfaatkan untuk proses dekomposisi dan menghasilkan beberapa senyawa anorganik, dalam penelitian ini salah satu produk yang di hasilkan dalam produksi dekomposisi glukosa adalah HMF (5-hydroxymethyl-2-furaldehyde). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses dekomposisi glukosa pada tekanan dan temperature tinggi dimana tekanan dibuat konstan 10 atm dengan bantuan gas nitrogen sedangkan temperature berkisar antara 140-180 °C. Pengaruh konsentrasi asam sulfat dipelajari untuk mengetahui aspek kinetika. Dari penelitian ini didapat dekomposisi glukosa mengikuti orde satu dengan 5-HMF sebagai produk paling banyak sedangkan harga energi aktivasi didapat paling besar 1426.68 J/mol pada komsemtrasi asam sulfat 0.4 N dan konsentrasi HMF paling banyak didapat pada suhu 180, waktu 40 menit sebesar 0.00949 mol/L dengan konsentrasi asam sulfat sebesar 0.4 N

    Fischer-Tropsch process from synthesis gas over fe-co/HZSM-5 catalyst to produce biofuel

    Get PDF
    Fischer-Tropsch synthesis is the process of converting hydrogen into liquid fuel through several stages, namely: polymerization of CO and H2 gases into long chain hydrocarbons. From the FT process that requires many of these steps, this research was carried out in order to be able to simplify the Fischer-Tropsch process through limited polymerization to obtain liquid fuels. By combining Co and Fe metal catalysts, it is expected to show better performance than the use of individual metals. Using a Fe-Co/HZSM-5 metal catalyst combination in a fixed bed reactor at a reaction temperature of 225oC. Fe-Co / HZSM-5 catalyst was made by wet impregnation, then Fe-Co/HZSM-5 catalyst was characterized using XRD, BET, and SEM-EDX. From the XRD results, the addition of Fe and Co did not change the crystal structure of the HZSM-5 catalyst. The surface area of the HZSM-5 was 526.03 m2/g and decreased after the addition of metal (Fe and Co) to the HZSM-5. This change indicates that Fe and Co particles were successfully dispersed on the surface of the HZSM-5 and inserted into the HZSM-5 pore. Hydrocarbon biofuel products are analyzed using GC-MS. The results of GC-MS hydrocarbon products showed the highest compounds for hydrocarbons C13 and C14 chains were 5.78% and 6.68% at 225 °C

    Performance of Bimetallic Fe and Co Catalyst Supported on HZSM-5 for Fischer-Tropsch Synthesis

    Get PDF
    Fischer-Tropsch synthesis is a polymerization reaction which produces various products such as paraffin, olefins, alcohols, and aldehydes. The purpose of this study was to determine the performance of Fe and Co bimetallic catalysts with the support of HZSM-5 for Fischer-Tropsch synthesis. This study consists of two stages. The first stage was started by making a mesopore sized HZSM-5 catalyst through desilication, then impregnated with bimetallic Fe and Co which acted as a promoter. The impregnation method used was the incipient wetness impregnation. In the impregnation, process variations were made in the ratio of Fe to Co 1:9 and 2:8 metal loading was 10%. The Fe-Co catalyst / HZSM-5 was analyzed for characterization and activity tests. The characteristic tests were BET, XRD, FTIR, and EDX. The second stage was activity test of Fe-Co / HZSM-5 catalyst in the biofuel production process from syngas through Fischer-Tropsch reaction: The best performance catalyst was used for the biofuel production process. Fischer-Tropsch process was carried out in a fixed bed reactor, with an operating temperature of 200, 225, 250C carried out for 100 hours in one run, then analysis of product composition by GC-MS

    Hidrogenasi Benzen

    No full text
    Penelitian ini bertujuan mempelajari unjuk kerja katalis ruthenium dan rhodium yang disupport dengan karbon aktif pada reaksi hidrogenasi benzene pada fasa cair dengan pelarut asam asetat. Percobaan  dilakukan dalam reaktor bertekanan yang dilengkapi dengan pengaduk mekanis, indicator tekanan, termokopel dan jaket pemanas. Variabel penelitian adalah temperatur yaitu pada 30 0C, 50 0C, 75 0C, 100 0C, 125 0C dan 150 0C. sedangkan tekanan dilakukan pada 9 atm dan persentase katalis Metal C sebesar 5%. Analisa hasil dilakukan dengan Gas Chromatographi dengan memakai standar intern Toluen yang terpisah secara baik dengan benzen maupun sikloheksana sebagai produk reaksi hidrogenasi. Dari hasil penelitian didapat bahwa reaksi hidrogenasi benzen menjadi sikloheksana dengan katalis  5% Ruthenium yang disupport dengan karbon aktif memerlukan energy aktivasi sebesar 1416, 73 kal/mol, sedangkan dengan katalis Rhodium sebesar 110,202 kal/mol.energi aktivasi yang rendah, menunjukkan bahwa reaksi hidrogenasi  benzene menjadi sikloheksana dikontrol oleh transfer massa. Hasil sikloheksana bias dianalisis secara kualitatif mulai pada suhu 30 0C. sikloheksana yang terbanyak diperoleh pada suhu 150 0C. Dengan menganggap bahwa konsentrasi H2 dalam larutan selalu konstan , reaksi ini mengikuti orde nol terhadap benzene. Kata kunci : hidrogenasi, reaktor batch, benzen

    Pembuatan Biofuel Dari Minyak Kelapa Sawit Melalui Proses Hydrocracking Dengan Katalis Ni-Mg/γ-Al2O3

    Full text link
    Keterbatasan bahan bakar fosil sebagai salah satu sumber energi yang tidak dapat diperbarui di Indonesia menjadikan wacana untuk menciptakan sumber energi alternatif dari bahan baku lain yang jumlahnya masih melimpah dan dapat diperbarui. Salah satu sumber energi alternatif tersebut adalah bahan bakar nabati. Biofuel atau bahan bakar nabati sering disebut energi hijau karena asal-usul dan emisinya bersifat ramah lingkungan dan tidak menyebabkan peningkatan pemanasan global secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan biofuel melalui proses hydrocracking minyak kelapa sawit dengan katalis Ni-Mg/γ-Al2O3, mempelajari pengaruh komposisi katalis, waktu, dan suhu terhadap yield biofuel serta mempelajari kondisi operasi terbaik pembuatan biofuel. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu sintesis katalis, karakterisasi katalis, dan proses hydrocracking. Penentuan katalis terbaik melalui proses hydrocracking pada suhu 330oC waktu 60 menit untuk % loading Ni 1%, 5%, 10%, 15%, dan 20% diperoleh katalis Ni-Mg/γ-Al2O3 15% yang menghasilkan yield gasoline tertinggu yaitu 44,819%. Katalis terbaik dikarakterisasi dengan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dan titrimetri menghasilkan rasio Ni/Mg sebesar 13,5/4,71. Luas permukaan katalis terbaik berdasarkan analisis Brunaur Emmet Teller (BET) yaitu 77.746 m2/g. Katalis Ni-Mg/γ-Al2O3 15% yang menghasilkan yield gasoline tertinggi digunakan untuk proses hydrocracking dengan variasi waktu dan temperatur. Hasil yang diperoleh untuk katalis Ni-Mg/γ-Al2O3 15% yield terbaik fraksi gasoline 46,333% pada suhu 360oC waktu 120 menit, yield terbaik kerosene 39,177% pada suhu 300oC waktu 120 menit, dan yield terbaik solar 63,213% pada suhu 300oC waktu 30 menit

    Studi Kinetika Pembentukan Karaginan Dari Rumput Laut

    Full text link
    Karaginan merupakan senyawa polisakarida galaktosa.Senyawa-senyawa polisakarida mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil dalam suasana basa.Karaginan juga merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium, natrium, magnesium dan kalium sulfat dengan galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa kopolimer. Karaginan adalah suatu bentuk polisakarida linear dengan berat molekul di atas 100 kDa atau berkisar antara 100-800 ribu Da.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variabel konsentrasi NaOH dan konsentrasi rumput laut terhadap rendemen karaginan pada ekstraksi basa rumput laut, mempelajari pengaruh variabel suhu dan waktu terhadap rendemen karaginan pada ekstraksi basa rumput laut, mempelajari kinetika reaksi pembentukan karaginan dari rumput laut.Analisa identifikasi karaginan dengan menggunakan spektrofotometri FTIR menunjukkan bahwa jenisnya adalah kappa karaginan dan iota karaginan.Semakin besar konsentrasi NaOH, rate pembentukan karaginan semakin meningkat. Semakin besar suhu ekstraksi, rate pembentukan karaginan semakin meningkat. Dengan persamaan reaksi rate adalah rp = k'CAn , harga Ea (E.Spinosum) NaOH 6% = 43989,37 J/mol, dan harga Ea (E.Cottoni) NaOH 6%= 43066,52 J/mol. Untuk harga k masing-masing pada saat NaOH 6%, yaitu:E. Spinosum : k 80 oC = 3,2949072;k 85 oC = 3,7439337; c. k 90 oC = 5,5655806. E. Cottoni :k 80 oC = 0,04925; k 85 oC = 0,0577; dan k 90 oC = 0,08249. Dari hasil penelitian yang di dapat, kecepatan reaksi pada E. Spinosum dan E. Cottoni ditetapkan orde reaksi 1,5

    Konversi Rumput Laut Menjadi Monosakarida Secara Hidrotermal

    Full text link
    Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia, karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai sumber pangan, obat-obatan dan bahan baku industri. Pada proses hidrolisis biasanya menggunakan katalisator asam seperti HCl, asam sulfat. Bahan yang digunakan untuk proses hidrolisis adalah pati. Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh suatu senyawa. Tujuan penelitian ini antara lain mempelajari proses, pengaruh waktu, suhu, dan konsentrasi katalis terhadap reaksi konversi, serta kinetika reaksi proses hidrolisis rumput laut menjadi monosakarida secara hidrotermal. Dari hasil analisa penelitian yang telah dilakukan, didapatkan analisa gula pereduksi menggunakan metode HPLC dan spektofotometer reagen Nelson-Somogyi. Hidrolisis termal rumput laut dengan katalis asam sulfat dapat menghasilkan gula reduksi. Dari hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan, semakin lama waktu hidrolisis, semakin tinggi suhu, dan semakin besar konsentrasi katalis yang diberikan dapat menghasilkan % gula reduksi yang besar yaitu pada kondisi 80 menit; 240°C; 1N katalis menghasilkan presentase gula reduksi sebesar 0,2848 %. Dengan reaksi yang didapatkan adalah reaksi orde 1, diperoleh energi aktivasi yang lebih kecil pada konsentrasi katalis 1N yaitu sebesar 12.675 J/mol
    corecore