266 research outputs found

    Unlocking Galactic Wolf-Rayet stars with Gaia DR2 I: Distances and absolute magnitudes

    Get PDF
    We obtain distances to 383 Galactic Wolf-Rayet (WR) stars from Gaia DR2 parallaxes and Bayesian methods, with a prior based on HII regions and dust extinction. Distances agree with those from Bailer-Jones et al. for stars up to 2 kpc from the Sun, though deviate thereafter due to differing priors, leading to modest reductions in luminosities for recent WR spectroscopic results. We calculate visual and K-band absolute magnitudes, accounting for dust extinction contributions and binarity, and identify 188 stars with reliable absolute magnitudes. For WR and O stars within 2 kpc, we find a WR/O ratio of 0.1. The distances are used to generate absolute magnitude calibrations and obtain the Gaia colour magnitude diagram for WR stars. Average vWR-band absolute magnitudes for WN stars range from –3.6 mag (WN3–4) to –7.0 mag (WN8–9ha), and –3.1 (WO2–4) to –4.6 mag (WC9), with standard deviations of ∼0.6 mag. Using HII region scale heights, we identify 31 WR stars at large (3σ, |z|≥156 pc) distances from the mid-plane as potential runaways accounting for the Galactic warp, of which only 4 involve WN8–9 stars, contrary to previous claims

    Unlocking Galactic Wolf–Rayet stars with Gaia DR2 – II. Cluster and association membership

    Get PDF
    Galactic Wolf–Rayet (WR) star membership of star-forming regions can be used to constrain the formation environments of massive stars. Here, we utilize Gaia DR2 parallaxes and proper motions to reconsider WR star membership of clusters and associations in the Galactic disc, supplemented by recent near-infrared studies of young massive clusters. We find that only 18–36 per cent of 553 WR stars external to the Galactic Centre region are located in clusters, OB associations or obscured star-forming regions, such that at least 64 per cent of the known disc WR population are isolated, in contrast with only 13 per cent of O stars from the Galactic O star Catalogue. The fraction located in clusters, OB associations or star-forming regions rises to 25–41 per cent from a global census of 663 WR stars including the Galactic Centre region. We use simulations to explore the formation processes of isolated WR stars. Neither runaways, nor low-mass clusters, are numerous enough to account for the low cluster membership fraction. Rapid cluster dissolution is excluded as mass segregation ensures WR stars remain in dense, well-populated environments. Only low-density environments consistently produce WR stars that appeared to be isolated during the WR phase. We therefore conclude that a significant fraction of WR progenitors originate in low-density association-like surroundings which expand over time. We provide distance estimates to clusters and associations host to WR stars, and estimate cluster ages from isochrone fitting

    Pengaruh Kepemimpinan, Pembagian Kerja dan Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Air Manado

    Full text link
    Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk dan tujuannya, suatu organisasi didirikan berdasarkan visi untuk kepentingan bersama, dan dalam pelaksanaan misinya dikelola oleh manusia. Tanpa adanya tenaga kerja atau karyawan yang berkualitas, tujuan organisasi sulit untuk tercapai dengan baik. Untuk mencapai tujuan, sebuah organisasi harus didukung oleh sumber daya yang berkualitas baik dari berwujud material, modal maupun manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan, Pembagian Kerja dan Kompensasi terhadap kinerja karyawan.Populasi penelitian adalah seluruh karyawan PT Air Manado yang berjumlah 254 orang. Sampel yang digunakan adalah semua populasi yang ada. Dengan teknik yang digunakan yaitu Analisis Regresi Berganda, penelitian ini menunjukkan hasil bahwa: Kepemimpinan, Pembagian Kerja, dan Kompensasi secara bersama dan parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Direksi PT Air Manado sebaiknya meningkatkan kinerja karyawan agar pelayanan dapat menjadi efektif dan efisien. Kata kunci: kepemimpinan, pembagian kerja, kompensasi, kinerj

    Terminal Penumpang Pelabuhan Semayang Di Balikpapan Kontemporerisasi Budaya Dayak Secara Arsitektural

    Full text link
    Aktifitas perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain merupakan salah satu indikasi dari perkembangan ekonomi suatu daerah. Inilah yang terjadi di Kota Balikpapan yang memiliki pertumbuhan pendatang dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kelahirannya. Kondisi ini bisa menjadi sebuah keuntungan bagi Balikpapan, terutama jika dibarengi dengan infrastruktur transportasi yang memadai. Pelabuhan Semayang di Balikpapan contohnya, merupakan infrastruktur kebanggaan karena peranannya sebagai pintu gerbang dari provinsi Kalimantan Timur. Salah satu fasilitas tersibuk di Pelabuhan Semayang adalah terminal penumpangnya. Menurut survey tahun 2014, terminal ini tak lagi mampu memenuhi standar pelayanan dan besaran ruang sudah tidak mampu menampung banyaknya penumpang. Tak hanya itu, sistem sirkulasi penumpang tidak berjalan dengan baik menyebabkan kemacetan dan ketidakaturan dalam bangunan. Melihat kondisi tersebut, penulis merasa perlu untuk mendesain kembali terminal penumpang Pelabuhan Semayang, mengingat kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi yang lebih layak. Tema yang dipakai untuk proses perancangan diambil dari keterkaitan antara objek bangunan dengan lokasi objek,yakni Kontemporerisasi Budaya Dayak secara Arsitektural. Tema ini mengangkat/menampilkan nilai-nilai budaya lokal, yaitu Dayak dan Kontemporerisasi yang diartikan sebagai suatu pembaharuan, kekinian atau tidak kaku. Penerapan tema ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas transportasi laut, dapat melestarikan kebudayaan local, dan mempromosikan nilai-nilai budaya Dayak. Objek rancangan dibuat dengan mengupayakan keseimbangan dari segi visual dan dari segi fungsi agar dapat menunjang tuntutan aktifitas dan kebutuhan dari masyarakat kini yang modern dan aktif

    Mall Otomotif Manado (High Tech Architecture)

    Full text link
    Pada desain Mall Otomotif di Manado menggunakan tema Arsitektur High Tech. Mall yang awalnya merupakan suatu pusat perbelanjaan di tempat terbuka berubah menjadi pusat perbelanjaan pada bangunan tertutup dengan mengutamakan Kenyamanan pengunjung. Arsitektur High Tech adalah konsep desain yang diartikan sebagai suatu aliran gaya arsitektur yang bermuara pada ide gerakan arsitektur modern yang membesar-besarkan struktur dan teknologi pada suatu bangunan. Dengan ciri khasnya, Arsitektur High Tech menjadi pilihan untuk menjawab tantangan perancangan Mall Otomotif ini dengan transparansi, fleksibilitas perletakan unsur utilitas, dan ekspresi teknologi dapat memberikan identitas unik pada suatu bangunan. Oleh karena itu, masalah dalam desain Mall ini adalah belum tersedianya bangunan khusus untuk mewadahi berbagai macam kegiatan yang mewadai minat masyarakat Manado terhadap bidang Otomotif serta bagaimana menghadirkan suatu bangunan yang dapat menarik minat masyarakat agar datang berkunjung. Tujuannya adalah menghadirkan suatu bangunan dalam memfasilitasi minat masyarakat pada bidang otomotif selain dapat mengekspresikan bidang otomotif melalui bentuk dan penerapan tema juga dapat menarik pengunjung serta mendukung fungsi komersial bangunan. Untuk menghasilkan objek desain Mall ini maka dilakukan pendekatan perancangan dengan pendekatan tipologis bentuk bangunan mall, pendekatan tematik High Tech Architecture, serta pendekatan lokasi dan tapak dengan tujuan menghadirkan suatu objek mall di manado untuk menampung kegiatan jual beli dan pameran

    Stadion Olahraga Di Woloan-tomohon. Hi-tech Architecture

    Full text link
    Olahraga adalah salah satu kegiatan manusia untuk menjaga kebugaran tubuh. Pada era sekarang olahraga pun mulai diminati kembali. Dapat dilihat dari perkembangan yang ada dibeberapa daerah, salah satunya di Kota Tomohon, Kota ini memiliki banyak potensi olaharaga untuk dikembangkan namun sayangnya fasilitas yang ada dalam daerah ini masih belum memadai, kurangnya fasilitas daerah menjadikan animo masyarakat mulai menurun terhadap olahraga. Perancangan Stadion Olahraga di Kota Tomohon dapat menjadi satu wadah untuk menjawab kekurangan yang ada dalam daerah ini. Dalam penulisan ini kajian diawali dengan mempelajari tentang Stadion Olaharaga tersebut, standar-standar perancangan dan perencanaan bangunan Stadion Olaharaga, pengertian dan ciri-ciri High Tech Arsitektur, serta studi banding beberapa Stadion yang telah ada. Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Tomohon terlebih untuk lokasi yang berada di Woloan. Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan dengan konsep High Tech Arsitektur. Selain itu dilakukan pendekatan fungsional, kinerja, teknis, dan kontekstual. Sebagai kesimpulan, program ruang sangat diperlukan, serta gambar-gambar 2 dimensi dan 3 dimensi sebagai ilustrasi desain

    Line luminosities of Galactic and Magellanic Cloud Wolf–Rayet stars

    Get PDF
    We provide line luminosities and spectroscopic templates of prominent optical emission lines of 133 Galactic Wolf–Rayet (WR) stars by exploiting Gaia DR3 parallaxes and optical spectrophotometry, and provide comparisons with 112 counterparts in the Magellanic Clouds. Average line luminosities of the broad blue (He II λ4686, C III λλ4647,51, N III λλ4634,41, and N V λλ4603,20) and yellow (C IV λλ5801,12) emission features for WN, WN/C, WC, and WO stars have application in characterizing the WR populations of star-forming regions of distant, unresolved galaxies. Early-type WN stars reveal lower line luminosities in more metal-poor environments, but the situation is less clear for late-type WN stars. LMC WC4–5 line luminosities are higher than their Milky Way counterparts, with line luminosities of Magellanic Cloud WO stars higher than Galactic stars. We highlight other prominent optical emission lines, N IV λλ3478,85 for WN and WN/C stars, O IV λλ3403,13 for WC and WO stars, and O VI λλ3811,34 for WO stars. We apply our calibrations to representative metal-poor and metal-rich WR galaxies, IC 4870 and NGC 3049, respectively, with spectral templates also applied based on a realistic mix of subtypes. Finally, the global blue and C IV λλ5801,12 line luminosities of the Large Magellanic Clouds or LMCs (Small Magellanic Clouds) are 2.6 × 1038 erg s−1 (9 × 1036 erg s−1) and 8.8 × 1037 erg s−1 (4 × 1036 erg s−1), respectively, with the cumulative WR line luminosity of the Milky Way estimated to be an order of magnitude higher than the LMC

    Probing the Rotational Velocity of Galactic WO Stars with Spectropolarimetry

    Get PDF
    Oxygen sequence Wolf-Rayet stars (WO) are thought to be the final evolution phase of some high-mass stars, as such they may be the progenitors of Type Ic SNe as well as potential progenitors of broad-lined Ic and long gamma-ray bursts. We present the first spectropolarimetric observations of the Galactic WO stars WR93b and WR102 obtained with FORS1 on the Very Large Telescope. We find no sign of a line effect, which could be expected if these stars were rapid rotators. We also place constraints on the amplitude of a potentially undetected line effect. This allows us to derive upper limits on the possible intrinsic continuum polarization and find Pcont \u3c 0.077 per cent and Pcont \u3c 0.057 per cent for WR93b and WR102, respectively. Furthermore, we derive upper limits on the rotation of our WO stars by considering our results in the context of the wind compression effect. We estimate that for an edge-on case the rotational velocity of WR93b is vrot \u3c 324 km s−1 while for WR102 vrot \u3c 234 km s−1. These correspond to values of vrot/vcrit \u3c 19 per cent and j) \u3c 18.0 cm2 s−1 for WR93b and 2 s−1 for WR102. The upper limits found on vrot/vcrit and log(j) for our WO stars are therefore similar to the estimates calculated for Galactic Wolf-Rayet (WR) stars that do show a line effect. Therefore, although the presence of a line effect in a single WR star is indicative of fast rotation, the absence of a line effect does not rule out significant rotation, even when considering the edge-on scenario

    Geochemical indices allow estimation of heavy metal background concentration in soils

    Get PDF
    Defining background concentrations for heavy metals in soils is essential for recognizing and managing soil pollution. However, background concentrations of metals in soils can vary naturally by several orders of magnitude. Moreover, many soils have also been subject to unquantifiable anthropogenic inputs of metals, in some cases, for centuries. Hence determination of heavy metal background concentrations in soils has to date been fraught with difficulty. Here we demonstrate that there are associations between the background heavy metal and Fe or Mn contents in soils which appear to be consistent for seven important heavy metals of environmental concern. The relationships are remarkably independent of both soil type and climatic setting. These observations provide the basis for a series of general equations from which it is proposed Southeast Asian including Australian, and possibly worldwide background concentrations for As, Cr, Co, Cu, Ni, Pb, and Zn in soils can be derived.R. E. Hamon, M. J. McLaughlin, R. J. Gilkes, A. W. Rate, B. Zarcinas, A. Robertson, G. Cozens, N. Radford and L. Bettena

    PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN INFRASTRUKTUR JALAN NASIONAL KABUPATEN MINAHASA UTARA

    Get PDF
    Kabupaten Minahasa Utara merupakan salah satu wilayah yang berperan penting dalam kegiatan ekonomi di Sulawesi Utara.Memiliki jalan Nasional yaitu jalan Sukur-Airmadidi, kondisi jalan tersebut masih kurang memadai.Lebar jalan hanya sebesar 7 meter, tidak mampu untuk menampung kendaraan yang lewat.Selain itu, keadaan eksisting bangunan di ruas jalan tersebut berada di dekat jalan.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi peruntukan lahan di sepanjang jalan Nasional Minahasa Utara, mengetahui persepsi masyarakat terhadap peningkatan infrastruktur jalan tersebut dan mengetahui hubungan antara varabel yang terkait pada persepsi masyarakat di Minahasa Utara.Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif, dan juga menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui hubungan variabel pada persepsi masyarakat. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa peruntukan lahan yang paling besar di jalur jalan Nasional Airmadidi adalah lahan permukiman sebesar 59.67% dan yang paling kecil adalah lahan untuk kesehatan yaitu 0.37%. Persepsi masyarakat yang berada di jalur jalan tersebut adalah bahwa jalan Nasional Airmadidi sudah tidak mampu untuk menampung volume kendaraan dan menimbulkan kemacetan di waktu-waktu tertentu padat, seperti pagi dan sore hari. Hubungan variabel dengan persepsi masyarakat didapatkan bahwa hubungan yang paling berpengaruh dengan persepsi masyarakat adalah usia responden (X1), jumlah pendapatan (X3), waktu tempuh (X7), dan penambahan atribut (X12).   Kata kunci : Persepsi Masyarakat, Peningkatan, Infrastruktur Jalan
    • …
    corecore