26 research outputs found

    Internet Ussage and Agricultural Information Utilization by Agricultural Extension Staff in Bogor District

    Get PDF
    The vast development of communication technology produces so many communication media that can be used to disseminate information. One of the communication media that can be used is cyberspace communication or internet media. Agricultural extension workers as those who act as diseminator supposedly able to utilize agricultural information communication technology development in carrying out their duties and functions. This study aims to description of internet USAge by agricultural extension, analyze the factors affecting the level of internet USAge, as well as analysis of the utilization of information and its relevance to the level of use by agricultural extension. The level of internet USAge by respondents measured the frequency and duration of use is still low. Respondents use the internet less than three times a week and duration of less than three hours a day. Factors significantly correlated with the use of the Internet by agricultural extension is extension characteristics (age and availability of technology) and information needs of extension (information processing technology, marketing and climate). Utilization by agricultural extension information is stored for consumption in the form of private, shared with a fellow instructor for discussion, and distributed to farmers as extension material. More than half of the respondents utilize the information to be discussed to fellow instructor, the next disseminated to farmers and stored for personal

    Faktor Lingkungan Dan Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di Kecamatan Panyabungan Mandailing Natal Sumatera Utara

    Full text link
    Panyabungan is one of the districts in Mandailing Natal regency which is an endemic area of malaria. The number of Malaria cases until 2013 reached 36.6 ‰ in 2879 positive cases. This study aimed to determine factors related to the malaria's occurrence. This research was observational analytic study with case control design, analyzed by logistic regression.. The result of study indicated that the area of study was in the plateu, the average of temperature and humidity is 30.8 ° C and 66.7% during the day but the everage at night is on 27.2 ° C and 71.7. Factors which significantly associated with the occurence of malaria were the use of mosquito nets (p value: 0.000; OR: 3.573 ; 95% CI: 1.732 to 7.373), the use of anti-mosquito substance (p value: 0.029; OR: 2.719; 95% CI: 1.087 to 6.798), had activity outside of the house at night (p value: 0.01; OR: 3.254; 95% CI: 1.563 to 6.777), the use of long clothes (p value: 0.013; OR: 2.474; 95% CI: 1.205 to 5.076) and the presence of stagnant water (p value: 0.033; OR: 2.33; 95% CI: 1.06 to 5.118). The dominant risk factors was not using mosquito nets at night.Panyabungan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal dan termasuk daerah endemis malaria. Angka kesakitan malaria hingga tahun 2013 mencapai 36,6‰ dengan 2879 kasus positif. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria.Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain case control, dan analisis data menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan daerah penelitian berada di daerah dataran, rata-rata suhu dan kelembaban pada siang hari 30,8 oC dan 66,7% sedangkan pada malam hari 27,2 oC dan 71,7 %. Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian malaria yaitu penggunaan kelambu (p value: 0,000; OR: 3,573; 95% CI: 1,732-7,373), pemakaian obat anti nyamuk (p value: 0,029; OR: 2,719; 95% CI: 1,087-6,798), keluar rumah pada malam hari (p value: 0,01; OR: 3,254; 95% CI: 1,563-6,777), kerapatan pakaian (p value: 0,013; OR: 2,474; 95% CI: 1,205-5,076) dan genangan air (p value: 0,033; OR: 2,33; 95% CI: 1,06-5,118). Faktor risiko yang dominan terhadap kejadian malaria di Kecamatan Panyabungan adalah tidak menggunakan kelambu pada malam hari

    Faktor Lingkungan Dan Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di Kecamatan Panyabungan Mandailing Natal Sumatera Utara

    Full text link
    Panyabungan is one of the districts in Mandailing Natal regency which is an endemic area of malaria. The number of Malaria cases until 2013 reached 36.6 ‰ in 2879 positive cases. This study aimed to determine factors related to the malaria's occurrence. This research was observational analytic study with case control design, analyzed by logistic regression.. The result of study indicated that the area of study was in the plateu, the average of temperature and humidity is 30.8 ° C and 66.7% during the day but the everage at night is on 27.2 ° C and 71.7. Factors which significantly associated with the occurence of malaria were the use of mosquito nets (p value: 0.000; OR: 3.573 ; 95% CI: 1.732 to 7.373), the use of anti-mosquito substance (p value: 0.029; OR: 2.719; 95% CI: 1.087 to 6.798), had activity outside of the house at night (p value: 0.01; OR: 3.254; 95% CI: 1.563 to 6.777), the use of long clothes (p value: 0.013; OR: 2.474; 95% CI: 1.205 to 5.076) and the presence of stagnant water (p value: 0.033; OR: 2.33; 95% CI: 1.06 to 5.118). The dominant risk factors was not using mosquito nets at night.Panyabungan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal dan termasuk daerah endemis malaria. Angka kesakitan malaria hingga tahun 2013 mencapai 36,6‰ dengan 2879 kasus positif. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria.Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain case control, dan analisis data menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan daerah penelitian berada di daerah dataran, rata-rata suhu dan kelembaban pada siang hari 30,8 oC dan 66,7% sedangkan pada malam hari 27,2 oC dan 71,7 %. Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian malaria yaitu penggunaan kelambu (p value: 0,000; OR: 3,573; 95% CI: 1,732-7,373), pemakaian obat anti nyamuk (p value: 0,029; OR: 2,719; 95% CI: 1,087-6,798), keluar rumah pada malam hari (p value: 0,01; OR: 3,254; 95% CI: 1,563-6,777), kerapatan pakaian (p value: 0,013; OR: 2,474; 95% CI: 1,205-5,076) dan genangan air (p value: 0,033; OR: 2,33; 95% CI: 1,06-5,118). Faktor risiko yang dominan terhadap kejadian malaria di Kecamatan Panyabungan adalah tidak menggunakan kelambu pada malam hari

    Analisis Tataniaga Kelinci (Orictolagus, Spp.) Di Kabupaten Karo

    Full text link
    Tataniaga merupakan suatu proses penciptaan nilai tambah dari suatu produk yang mengalir dari produsen hingga ke konsumen akhir. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mengalokasikan sumber daya secara efisien untuk memenuhi kebutuhan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran, lembaga, fungsi dan struktur tataniaga; menganalisis share margin setiap lembaga; dan mengetahui tingkat efisiensi tataniaga kelinci di Kabupaten Karo. Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan metode purposive dengan pertimbangan Kabupaten Karo merupakan sentra peternakan kelinci di Sumatera Utara. Penentuan sampel dilakukan dengan cara penelusuran (tracer study) dan wawancara langsung kepada responden (peternak, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) saluran pemasaran kelinci di daerah penelitian. Hasil analisis pada masing-masing kelembagaan pemasaran ternak kelinci menunjukkan bahwa share harga peternak terbesar terdapat pada saluran II (peternak → pedagang pengumpul daerah → pedagang pengecer luar daerah → konsumen luar daerah) dengan nilai 33,33% (Rp25.000,00/ekor). Pedagang pengumpul daerah memperoleh keuntungan terbesar pada saluran I (Rp51.570,00), pedagang pengumpul luar daerah pada saluran III (Rp47.650,00), pedagang pengecer luar daerah pada saluran II (Rp23.150,00). Semua saluran tataniaga kelinci di daerah penelitian sudah efisien yang dicirikan dengan nilai efisiensi yang lebih dari 1

    Managing Inventory on Blood Supply Chain

    Get PDF
    There is unbalance the amount of blood demand and the availability of blood for each component at Blood Transfusion Unit in Indonesia. As the result, this component run into inventory shortage so management need to maintain the strategy of blood supply chain for the patients. Purpose of this is to manage inventory on the blood component of Packed Red Cells which it to be the highest blood component requirement for patient in this case study. Managing inventory is done through several stages including forecasting method, safety stock, and re-order point. Finding of this study was obtained that exponential smoothing (α = 0.95) to be the best forecasting method. Then, to manage inventory, this agency need to prepared 34 blood bags for safety stock and 76 blood bags for re-order point. This results able to give recommendation to the Blood Transfusion Unit at Indonesia regarding with the number of blood component provided and how much re-order to be made at the time of reaching the lead time. Further study is suggested to conduct simulation method in order to evaluate policy in managing blood inventory and prepare scenario for optimizing inventory level. Keywords Blood ·Blood transfusion unit, Production Re-order point, Inventory · Safety stock, Supply cha

    Pengembangan Pendekatan Saintifik K-13 Berbasis Media Autograph untuk Meningkatkan Higher Order Thinking Skill (Hots)

    Full text link
    Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan menurut Thiagarajan, yaitu model 4D dengan dimodifikasi. Sasaran uji coba dalam penelitian ini adalah siswa MTs Negeri 2 Labuhanbatu kelas IX-B tahun pelajaran 2019/2020. Peningkatan kemampuan Higher Order Thinking Skill (HOTS) matematika siswa diperoleh dari peningkatan rata-rata indikator kemampuan Higher Order Thinking Skill (HOTS) matematika, hasil pencapaian peningkatan Higher Order Thinking Skill (HOTS) matematika siswa pada Pre Test uji coba 1 adalah sebanyak 21 siswa atau 65,62% dan pada Post Test sebanyak 24 siswa atau 75%. Dari hasil ini dapat disimpulkan terjadi peningkatan jumlah siswa yaitu sebanyak 3 siswa atau sebesar 9,37%. Sementara untuk uji coba 2 hasil pencapaian peningkatan Higher Order Thinking Skill (HOTS) matematika sisiwa pada Pre Test siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa atau 81,25% dan pada Post Test siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa atau 90,62%. Oleh karena itu dapat disimpulkan terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa atau 9,37%. Kata
    corecore