9 research outputs found

    Evaluation of the Feasibility of Temporary Waste Storage at the Integrated Laboratory Center, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta/ Evaluasi Kelayakan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT)

    Get PDF
    Temporary Waste Storage as place for storing waste in the Integrated Laboratory Center was established in 2019. This study aims to study and postpone the Temporary Waste Storage for waste from buildings and their management based on the Regulation of the Minister of Environment and Forestry Number 15 of 2020 and Number 19 of 2021 to make it a more appropriate and sufficient Temporary Waste Storage. The research method is carried out through a qualitative approach. Data collection techniques were carried out using field observation methods, data analysis using SWOT analysis through FGD. The results showed the amount of liquid waste stored was 753,799 liters and solid waste stored was 233.6 kg. The average temperature and humidity in the liquid waste storage room are 29.04°C and 68.47 RH% and in the solid waste storage room 29.17°C and 68.13 RH%. The temporary waste storage management system is in accordance with regulations and standards, the strategy resulting from the SWOT analysis is carried out by improving and adding facilities, as well as making a waste storage schedule to improve the quality of Temporary Waste Storage. Abstrak Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) sebagai tempat menyimpan limbah di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) didirikan pada tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengevaluasi Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah dari segi bangunan dan pengelolaannya berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 12 tahun 2020 dan Nomor 19 tahun 2021 untuk terwujudnya TPS yang lebih layak dan mencukupi. Metode penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi lapangan, analisis data menggunakan analisis SWOT melalui FGD. Hasil penelitian menunjukkan jumlah limbah cair yang tersimpan 753,799 liter dan limbah padat yang tersimpan 233,6 kg. Besar rata-rata suhu dan kelembapan di ruang penyimpanan limbah cair 29,04°C dan 68,47 RH%, di ruang penyimpanan limbah padat 29,17°C dan 68,13 RH%. Sistem pengelolaan TPS limbah sudah sesuai regulasi dan standar, strategi hasil analisis SWOT dilakukan dengan memperbaiki dan menambahkan fasilitas, serta membuat jadwal pengangkutan dan pendataan limbah oleh petugas penyimpanan limbah agar meningkatkan kualitas TPS

    EVALUASI PROGRAM ZERO KARAMBA JARING APUNG (KJA) TERHADAP KUALITAS PERAIRAN SITU GINTUNG BERDASARKAN INDEKS BIOTIK

    Get PDF
    Situ Gintung merupakan salah satu perairan yang diaplikasikan program zero karamba jaring apung (KJA) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum dengan tujuan dapat memperbaiki kualitas dan nutrien perairan. Tujuan penelitian ini mengevaluasi program zero KJA terhadap kualitas dan status nutrien berdasarkan indeks biotik yaitu plankton dan gastropoda. Pengambilan sampel pada lima stasiun di Situ Gintung setelah diaplikasikannnya program zero KJA. Faktor kimia-fisik yang diukur adalah suhu air, derajat keasaman (pH) air, kecerahan, padatan terlarut total, kekeruhan, dan oksigen terlarut (DO) dengan water quality checker (WQC). Pengujian nitrit dan fosfat dilakukan dengan menggunakan UV-Vis Spektrofotometer. Pengambilan sampel plankton menggunakan metode filtrasi dan gastropoda dengan cara hand collecting pada kuadrat 1 m2. Hasil pengukuran kimia-fisika pada setiap periode secara keseluruhan Situ Gintung masih berada di dalam baku mutu PP. No. 22 Tahun 2021 dengan nilai water quality index (WQI) yang terus mengalami penurunan dari Januari hingga Maret (81,42 menjadi 67,14). Kepadatan fitoplankton mengalami penurunan dari Januari hingga Maret dan kepadatan zooplankton cenderung stabil. Komposisi sebaran fitoplankton secara umum didominasi oleh kelompok Cyanobacteria, Bacillariophyceae, dan Chlorophyceae. Komposisi sebaran zooplankton didominasi oleh Brachionus sp., Daphnia sp., dan Nauplius sp. Nilai keanekaragaman (H’) untuk plankton dan gastropoda berada dalam kategori sedang (1<H’<3), untuk nilai kemerataan (e) berada dalam kategori kemerataan tinggi (E>0,5), dan nilai dominansi (C) yang menunjukkan tidak adanya dominansi (C<0,5). Nilai indeks saprobik dan indeks diatom menunjukan Situ Gintung dalam keadaan tercemar sedang dengan status nutrien mesotrofik-eutrofik.Situ Gintung is one of the reservoirs in which a zero floating net cages (FNC) program has been applied according to the Presidential Regulation Number 15 of 2018 concerning the Acceleration of Pollution Control and Damage to the Citarum River Basin with a purpose to improve the quality and nutrients of the river. The purpose of this study was to evaluate the water quality and nutrient status in Gintung Reservoir based on biotic index post implementation of the zero FNC program in the reservoir. Sampling activities were carried out in five stations within Gintung Reservoir post implementation of the zero FNC program. In-situ chemical-physical factors measured were water temperature, degree of acidity (pH) of water, brightness, total dissolved solids (TDS), turbidity (turbidity), and oxygen content (DO) using water quality checker equipment. Nitrite and phosphate testing were done ex-situ using a UV-Vis Spectrophotometer. Plankton samples were collected using filtration method. Gastropod samples were collected by hand using a quadran of 1 m2. Results of the chemical-physical measurements showed that water quality of Gintung Reservoir is still within the quality standard of PP No. 22 of 2021 with the water quality index (WQI) continued to decline from January to March (81.42 to 67.14). Phytoplankton density decreased from January to March while zooplankton density was relatively stable. The composition of phytoplankton distribution was dominated by groups of Cyanobacteria, Bacillariophyceae, and Chlorophyceae. The composition of the zooplankton distribution was dominated by Brachionus sp., Daphnia sp., and Nauplius sp. The diversity values (H’) for plankton and gastropods were in the medium category (1<H’<3), the evenness values (e) was in the high category (E>0.5) and the dominance value (C) showed no dominance (C<0.5). Saprobic and diatom indexes showed that Gintung Reservoir was categorized as mesotrophic-eutrophic waterbody with moderately polluted condition

    KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN TELAGA WARNA, DESA TUGU UTARA, CISARUA, BOGOR

    Get PDF
    Abstrak Kawasan Telaga Warna terletak di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dan Cianjur dengan luas total sebesar 549,66 hektar, dengan kontur berbukit terjal dan bergelombang. Keanekaragaman jenis (species diversity) merupakan kajian paling mendasar dalam ekologi. Salah satu fauna yang dapat diukur keanekaragaman jenisnya adalah burung karena tingkat penyebaran burung merata dan peka terhadap perubahan lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman jenis burung di kawasan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode point count untuk pengamatan burung dan metode nested plot untuk analisis vegetasi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 60 jenis burung dari 31 famili. Burung-burung dengan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi adalah Collocalia vulcanorum (17,89), C. linchi (17,66), dan Surniculus lugubris (14,30). Indeks keanekaragaman jenis (H’) burung tergolong sedang (1<1,47<3) dengan tingkat kemerataan jenis (E) yang rendah (0,36<0,4) dan kekayaan jenis sebesar 9,58. Kelompok burung insektivora memiliki persentase terbesar (60,87%), sedangkan burung nektarivora dan granivora (2,90%) memiliki persentase terkecil. Tumbuhan yang memiliki nilai penting terbesar adalah Castanopsis javanica (49,91), Acer laurinum (48,52), dan C. argentea (36,93)Abstract Telaga Warna is located in the North Tugu Village, Cisarua, Bogor and Cianjur, which has total area 549.66 hectares, and undulating hilly rugged and bumpy. Species diversity is the most fundamental studies in ecology. The fauna diversity that can be measured is bird since the level of their spread is evenly and sensitive to environmental change. The purpose of this research is to measure the diversity of bird species in that area. The methods used in this study were point count method for bird observation and nested plot method for analysis of vegetation. The result showed that there were 60 bird species of 31 families. The birds having the highest importance value index were Collocalia vulcanorum (17.89), Collocallia linchi (17.66), and Surniculus lugubris (14.30). The diversity index (H ') is classified as moderate (1<1.47<3) with low evenness (E) (0.36<0.4) and richness of 9.58. The largest proportion was insectivores (60.87%), while the smallest was nectarivores and granivores (2.9%). Trees with the highest importance value index were Castanopsis javanica (49.91), Acer laurinum (48.52) and Castanopsis argentea (36.93)

    VARIASI MUSIMAN FITOPLANKTON DAN KUALITAS PERAIRAN PULAU KOTOK BESAR

    Get PDF
    Fitoplankton dipengaruhi kondisi lingkungannya seperti kimia-fisik, nutrien perairan dan musim. Tujuan  penelitian untuk menganalisa struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton di pulau Kotok Besar pada musim kemarau dan hujan sebagai bioindikator kualitas perairan. Penentuan titik menggunakan purposive sampling di tiga stasiun kemudian sampel diambil dengan metode filtrasi. Berdasarkan KepMen LH No. 51 tahun 2004 suhu, TDS dan pH pulau Kotok Besar di kedua musim berada di dalam baku mutu tetapi nilai pH di musim kemarau lebih tinggi dari baku mutu. Struktur komunitas fitoplankton pada kedua musim menunjukkan perairan yang subur (eutrofik) didominansi oleh Bacillariophyceae. Nilai keanekeragaman (H’), kemerataan (E), dan dominansi (D) pada musim kemarau masing-masing 2,37; 0,82 dan 0,3 sedangkan musim hujan masing-masing 1,44; 0,63 dan 0,05. Indeks saprobik pada musim kemarau dan hujan yaitu 1 dengan status nutrien β-mesosaprobik

    Diversity of Long-tailed Macaque Food Trees (Macaca fascicularis) at The Tapos National Park Management Resort Area, Mount Gede Pangrango National Park

    Get PDF
    : Long-tailed macaque (LTM) are arboreal primates which have an ecological function as seed dispersers and as controllers of insect populations in their habitat. LTM populations were found in the Tapos National Park Management Resort forest area, MGPNP. The existence of food trees greatly influences the existence and activity of LTM, so knowledge about the diversity of LTM food trees in the Tapos National Park Management Resort area is very important to do. This research aims to determine the level of species dominance in the plant community and diversity of LTM food trees in the Pasir Koja and Pasir Beunyeng Forest Blocks, Tapos Management Resort Area.  Data collection on LTM food trees was carried out using the grid line method of vegetation analysis. Data processing was carried out by calculating the importance value index (IVI) of food tree vegetation and calculating the diversity index (H') of food tree species. The results showed that the highest IVI value in the Pasir Koja forest block was Bamboo (Bambusa sp.) with a value of 106.76%, while Ki acret (Spathodea campanulata) had the lowest IVI value of 10.65%. Meanwhile, the highest IVI value in the Pasir Beunyeng forest block was Kaliandra (Calliandra surinamensis) with an IVI of 166.60%, while reed bamboo (Gigantochloa atter) had the lowest IVI value of 17.62%. The food tree species diversity index in the Pasir Koja and Pasir Beunyeng forest blocks is categorized as low

    Keanekaragaman dan komposisi jenis burung di Gunung Merapi pascaerupsi tahun 2010

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan komposisi jenis burung di Gunung Merapi pascaerupsi tahun 2010. Pengambilan data dilakukan pada dua lokasi, yaitu di Kalikuning daerah terkena gangguan erupsi dan Kaliurang daerah yang tidak terkena gangguan erupsi. Pengambilan data burung menggunakan Metode Point Count sebanyak 10 plot pada masing-masing lokasi. Analisis data yang digunakan EstimateS untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung dan Primer untuk memberikan gambaran komposisi jenis burung pada masing-masing lokasi. Hasil penelitian ini menunjukkan indeks Shanon-Wiener keanekaragaman jenis burung di lokasi Kalikuning dan Kaliurang berada pada kisaran 1-3 atau kisaran sedang. Indeks H� di Kaliurang (2,65) sedikit lebih tinggi dibandingkan di Kalikuning (2,42) menunjukkan jenis burung di Kaliurang lebih beranekaragam. Hal ini terlihat dari 56 jenis burung pada kedua lokasi, di Kalikuning ditemukan 30 jenis dan di Kaliurang 48 jenis. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan Bondol peking (Lonchura punctulata), menempati peringkat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi di lokasi Kalikuning, sedangkan di lokasi Kaliurang Kacamata biasa (Zosterops palpebrosus) dan Betet biasa (Psittacula alexandri), menempati peringkat paling tinggi. Indeks kesaamaan jenis Chao-Jaccard kedua lokasi sebesar 63,1%, menunjukkan komposisi jenis di kedua lokasi memiliki kesamaan yang tinggi (>50%). Hal ini ditunjukkan adanya 22 jenis burung yang sama dari 56 jenis burung yang ditemukan pada kedua lokasi. Namun, komposisi jenis burung di Kalikuning cenderung mengelompo

    EFEKTIVITAS DOSIS KARBON TETRAKLORIDA (CCl4) TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L.) SEBAGAI HEWAN MODEL FIBROSIS HATI

    No full text
    Liver damage can produce fibrosis condition both acute and chronic. Development of liver fibrosis in animal models is valuable information in order to gain new entities for treatment. The aim of this study is to get an optimal condition of CCl4 induction for achieving animal models of liver fibrosis. CCl4 diluted in coconut oil was administrated orally for 6 consecutive weeks. Total 25 male rats were divided into 5 treatment groups, namely, P1 was a normal group (without CCl4). P2 (CCl4 40%), 1 ml/kg bw 3 times a week. P3 (CCl4 40%), 0.5 ml/kg bw 3 times a week, P4 (CCl4 10%) 1 ml/kg bw 3 times a week, and P5 (CCl4 10%) 1 ml/kg bw twice a week. The analyzed parameters were the activity of liver enzymes, macro and microscopic liver damage, and the percentage of rat deaths. The results of this study indicated an increase in liver enzymes in all treatments which was higher than P1 (P<0.05). Analysis of liver histopathology exhibeted the same result. However, if viewed the percentage of rat deaths, P5 demonstrated the lowest compared to all treatment groups. It could be concluded  that the administration of CCl4 (10%) was able to create an animal model of liver fibrosis optimally. 

    POPULASI DAN SEBARAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAWASAN RESORT PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL TAPOS, TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

    No full text
    Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) telah mengalami penurunan cukup tajam dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah perburuan langsung di habitat alaminya untuk diperdagangkan dan dibunuh sebagai hama. Kawasan hutan Resort Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Tapos merupakan salah satu habitat Monyet Ekor Panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi dan sebaran Monyet Ekor Panjang di kawasan Resort PTN Tapos. Pengumpulan data populasi dilakukan dengan metode transek jalur sepanjang 1000m pada pukul 08.00 – 16.00, dan pengumpulan data sebaran dilakukan melalui titik koordinat lokasi hasil perjumpaan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Analisis data populasi menggunakan persamaan King’s method, sedangkan titik koordinat yang telah terkumpul ditampilkan dalam bentuk peta sebaran menggunakan ArcGIS 10.8 kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan estimasi populasi tertinggi berada di blok hutan Pasir Koja jalur atas sebanyak 47,03 individu/ha dengan kepadatan populasi sebesar 4,70 individu/ha. Sedangkan, hasil terendah terdapat di blok hutan Pasir Beunyeng pada jalur atas dengan estimasi populasi sebanyak 2,73 ind/ha dan kepadatan populasinya 0,27 individu/ha. Pada blok hutan Pasir Koja, Monyet Ekor Panjang paling banyak ditemukan pada wilayah PTN Tapos. Namun, terdapat dua lokasi Monyet Ekor Panjang yang ditemukan diluar wilayah PTN Tapos. Sedangkan pada blok hutan Pasir Beunyeng lokasi temuan Monyet Ekor Panjang berada diluar area wilayah PTN Tapo
    corecore