32 research outputs found

    Peningkatan Produktivitas Produk Kerang Hijau di Usaha Mikro Kecil Berkah Mandiri Desa Banyuurip Kabupaten Gresik

    Get PDF
    Banyuurip Village has considerable aquaculture potential, one of which is the culture of green mussels. Abundant production and its low price encourage people to do green mussel products processing. In 2019, UMKM Berkah Mandiri was established to increase the selling value of green mussels by innovating several products. However, the production process is still experiencing ups and downs, coupled with inadequate equipment. In addition, the distribution permit (SPP-PIRT) for the products have not been obtained. Therefore, the aim of the Doctoral community service program was to increase the productivity of UMKM Berkah Mandiri through a series of marketing strategy training activities, registration of NIB and SPP-PIRT and procurement of new production and packaging equipment. At the end of the Doctoral community service program, UMKM Berkah Mandiri has successfully obtained the SPP-IRT certificate and has better understanding of good manufacturing practice of products from green mussels. In addition, the crackers have been tested its nutritional content using a proximate test. The results showed that the protein, moisture, fat, ash and carbohydrate contents of Kopang cracker was 5.30%, 13.83%, 0.69%, 2.99% and 77.19%, respectively. The nutritional content list is used to improve product packaging in accordance with BPOM packaging standards

    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA TANJUNG BERAKIT, KABUPATEN BINTAN MELALUI PENGEMBANGAN KERAJINAN BATIK

    Get PDF
    Tanjung Berakit is one of the Bintan regencies which is on the Indonesian border. A common problemexperienced by people in the border region is the low level of the community's economy. Therefore, there is a need forcommunity empowerment so that they can provide knowledge and skills to support tourism and the community'seconomy, one of which is in the field of crafts. The handicrafts that will be developed are batik with creative motifs thatreflect the Tanjung Berakit area and Bintan Regency. The empowerment of Tanjung Berakit community is related to thespecialties of batik in the region carried out with the socialization and training of making batik. Activities in the ServingDoctoral program consist of socialization, preparation of tools and materials to be used and implementation of activitiesor practices

    ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ENDOFIT MANGROVE Sonneratia alba PENGHASIL ENZIM GELATINASE DARI PANTAI SENDANG BIRU, MALANG, JAWA TIMUR

    Get PDF
    Abstrak Enzim gelatinase merupakan enzim yang berperan penting pada sektor industri pangan dan non pangan. Sumber dari enzim gelatinase dapat berasal dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Enzim gelatinase termasuk enzim protease dan fungsi dari enzim gelatinase sendiri adalah sebagai pengurai gelatin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri penghasil enzim gelatinase dari endofit mangrove Sonneratia alba dan untuk mengetahui jenis spesies bakteri penghasil enzim gelatinase dari endofit mangrove Sonneratia alba dari pantai Sendang Biru. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yang dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama yaitu isolasi dan skrining bakteri yang menghasilkan enzim gelatinase dari endofit mangrove Sonneratia alba. Tahap kedua yaitu identifikasi bakteri penghasil enzim gelatinase berdasarkan uji microbact system.  Hasil skrinning enzim menandakan bahwa isolat dari daun Sonneratia alba merupakan isolat bakteri yang mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan enzim gelatinase yang paling baik. Bakteri endofit daun pada uji microbact system diketahui sebagai jenis bakteri Paenibacillus alvei dengan hasil oksidase negatif sehingga termasuk bakteri Gram positif sehingga dilakukan dengan uji microbact 12A/E. Karakteristik bakteri mempunyai karakteristik berbentuk bulat dan berwarna ungu.. Kata kunci: gelatinase, enzim, Sonneratia alba, Malang, halal

    Relationship between levels of the heavy metals lead, cadmium and mercury, and metallothionein in the gills and stomach of Crassostrea iredalei and Crassostrea glomerata [version 1; referees: 2 approved]

    Get PDF
    Background: The objective of this study was to compare the levels of heavy metals (Pb, Hg, and Cd) and metallothionein (MT) in the gills and stomach of two species of mussels (Crassostrea iredalei and Crassostrea glomerata), and to observe the ability of the mussels to absorb the heavy metals Pb, Hg and Cd present in the water. Methods: The mussels were obtained from Mayangan, Kenjeran and Gresik ports, East Java, Indonesia. MT levels were determined using ELISA. Heavy metal levels of Pb, Hg and Cd were assayed using atomic absorption spectrophotometry. Results: The levels of Pb and Cd in water were below the maximum permissible levels for local water quality standards. By contrast, the level of Hg in the water was above the maximum permissible levels for water quality standards. At Mayangan Port (Station 1), the level of Pb was higher than Hg and Cd. Levels of MT and heavy metals varied greatly among of C. iredalei and C. glomerata individuals, but were always higher in the gills than in the stomach. The highest MT level (160,250 ng/g) was observed at Kenjeran Port (Station 2). MT levels were shown to be significantly associated with heavy metal level (P<0.0001). Conclusions: This result indicates that MT may be responsible for the sequestration of these heavy metals, as has already been observed in terrestrial animals

    Optimasi Produksi Hidrolisat Protein dari Hasil Samping Ikan Patin (Pangasius sp.) dengan Penambahan Enzim Bromelin

    No full text
    Hidrolisat protein ikan merupakan produk yang dihasilkan dari penguraian protein ikan menjadi peptida sederhana dan asam amino melalui proses hidrolisis oleh enzim, asam, atau basa. Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu komoditas ikan populer di Indonesia. Produksi ikan patin selalu meningkat selama beberapa tahun terakhir. Ikan patin yang sangat digemari akan menghasilkan produksi hasil samping yang tinggi sehingga pemanfaatan hasil samping ikan patin harus ditangani. Hasil samping filet ikan patin ini dapat diolah menjadi hidrolisat protein sehingga mempunyai nilai ekonomis. Salah satu manfaat hidrolisat protein ikan dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan dengan fungsinya dalam menangkap radikal bebas. Salah satu enzim yang digunakan dalam menghidrolisis untuk mendapatkan hidrolisat protein adalah protease seperti bromelin. Potensi hidrolisat protein sebagai pangan fungsional yang dioptimasi perlu diketahui. Perlu dikembangkan lagi penelitian hidrolisat protein ikan patin dengan perlakuan perbedaan lama inkubasi dan menggunakan protease, seperti bromelin. 2 perlakuan yang digunakan untuk optimasi pada penelitian ini adalah lama inkubasi dan pemberian konsentrasi bromelin sehingga dihasilkan hidrolisat protein ikan patin (Pangasius sp.) yang optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimasi perlakuan lama inkubasi dan konsentrasi bromelin menjadi hidrolisat protein ikan patin (Pangasius sp.). Penelitian dilakukan pada Bulan Februari 2022 hingga Agustus 2022. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perekayasaan Hasil Perikanan, Laboratorium Keamanan Hasil Perikanan, Laboratorium Hidrobiologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang dan Laboratorium Kimiabiokimia, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini terbagi menjadi 2 tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitan utama. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan titik tengah faktor perlakuan lama inkubasi (0 jam, 2 jam dan 4 jam) dan konsentrasi bromelin (0,02%, 0,04% dan 0,06%) yang digunakan dalam penelitian utama. Penelitian utama dilakukan untuk menentukan optimasi perlakuan hidrolisat protein ikan patin menggunakan aplikasi Design Expert v 11 dengan metode optimasi Response Surface Method (RSM), Central Composite Design (CCD) dengan 2 faktor yaitu lama inkubasi (batas bawah 1 jam dan batas atas 3 jam) dan konsentrasi bromelin (batas bawah 0,02% dan batas atas 0,06%). Variabel respon terdiri dari derajat hidrolisis, pH dan aktivitas antioksidan. Data kemudian dianalisis menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui pengaruh setiap respon. Kemudian hasil optimasi dilakukan pengujian konfirmasi. Penelitian pendahuluan didapatkan 2 faktor yang digunakan untuk penelitian utama yaitu lama inkubasi selama 2 jam dan konsentrasi bromelin sebesar 0,04%. Hasil penelitian utama untuk optimasi menghasilkan perlakuan hidrolisat protein ikan patin (Pangasius sp.) optimum dengan nilai desirability 0,933 yang menunjukkan hasil cukup baik sesuai kriteria yang diinginkan dengan solusi pada faktor perlakuan lama inkubasi 2,8 jam dan konsentrasi bromelin sebesar 0,04%, serta prediksi nilai derajat hidrolisis sebesar 37,239%, nilai pH sebesar 7,00, dan aktivitas antioksidan (%inhibisi) sebesar 30,476%. Pengujian konfirmasi dilakukan dengan respon derajat hidrolisis didapatkan hasil 35,88%, Respon pH didapatkan hasil 7,07, dan respon aktivitas antioksidan (%inhibisi) didapatkan hasil 29,49%. Hasil pengujian konfirmasi juga menunjukkan perlakuan optimasi yang disarankan merupakan perlakuan optimal yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Saran untuk peneltian selanjutnya terkait hidrolisat protein ikan patin (Pangasius sp.) adalah saat proses inkubasi dilakukan pengadukan secara manual tiap jamnya agar enzim dapat terhomogen dengan baik. Diharapkan hidrolisat protein ikan patin dapat dikembangkan lagi sebagai pangan fungsional yang bermanfaat bagi masyarakat

    Karakteristik Edible Film Gelatin dan Karaginan dari Kappaphycus alvarezii Asal Sulawesi Tenggara dengan Penambahan Virgin Coconut Oil (VCO)

    No full text
    Kemasan yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah plastik. Penggunaan plastik sulit didegradasikan oleh mikroorganisme dan tidak ramah lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2016 mencatat bahwa sekitar 9,8 miliar kantong plastik digunakan setiap harinya oleh masyarakat Indonesia. Penggunaan edible film sebagai alternatif kemasan plastik adalah salah satu upaya dalam mengurangi sampah plastik. Edible film merupakan kemasan biodegradable yang dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan kemasan sintetis. Edible film pada penelitian ini terbuat dari gelatin dan karaginan. Gelatin didapatkan dari hidrolisis protein seperti tulang, kulit, dan daging hewan. Salah satu bahan pembuatan gelatin adalah kulit ikan patin. Penggunaan edible film berbasis gelatin saja membuat tekstur yang dihasilkan rapuh dan mudah pecah. Karaginan adalah polisakarida yang berpotensi sebagai pembentuk edible film. Karaginan yang digunakan pada penelitian ini berasal dari rumput laut K. alvarezii di Sulawesi Tenggara. Penambahan karaginan diharapkan mampu meningkatkan kuat tarik. Guna meningkatkan nilai fungsi edible film, perlu ditambahkan zat aktif seperti Virgin Coconut Oil (VCO). Penambahan VCO diharapkan memberikan nilai aktivitas antioksidan dan antimikroba yang baik. Metode yang digunakan pada peneltiian ini menggunakan metode eksperimen yang terbagi menjadi dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Variabel bebas pada penelitian ini adalah perbedaan penggunaan konsentrasi karaginan dan VCO, sedangkan variabel terikat terdiri dari kuat tarik, elongasi, ketebalan, WVTR, warna, antioksidan, dan antibakteri. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan aplikasi Design Expert 13 dengan metode RSM-Central Composite Design. Jumlah rancangan percobaan yang dihasilkan dengan permodelan CCD sebanyak 13 formulasi dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Kemudian pengujian dilakukan terhadap variabel terikat yang telah ditentukan. Respon yang telah didapatkan kemudian dilakukan optimasi sesuai dengan hasil terbaik yang didapatkan dari masing-masing respon. Hasil penelitian menunjukkan edible film gelatin dan karaginan dengan penambahan VCO berpengaruh nyata terhadap respon ketebalan dan antioksidan. Respon kuat tarik, elongasi, WVTR, dan warna tidak memberikan pengaruh nyata pada edible film. Pengujian aktivitas antimikroba dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode sumuran dan edible film yang ditempelkan pada permukaan agar tidak ditemukan zona hambat. Optimasi kemudian dilakukan untuk mendapatkan kombinasi model terbaik sehingga akan menghasilkan respon sesuai yang diinginkan. Nilai optimasi terbaik ditunjukkan dengan nilai desirability yang mendekati satu. Aplikasi design expert kemudian akan memberikan formulasi terbaik. Formulasi terbaik yang diberikan design expert yaitu karaginan 0,92% dan VCO 0,75%. Berdasarkan formulasi tersebut kemudian dilakukan pengujian konfirmasi. Terdapat dua respon yang tidak berada pada interval 95% yaitu respon ketebalan dan laju transmisi uap air
    corecore