15 research outputs found

    PERAN REFUGIA SEBAGAI MEDIA KONSERVASI ARTHROPODA DI LAHAN PADI DESA DELIKSUMBER

    Get PDF
    Rice is basic neet for Indonesia people. East Java experienced decrease rice production 2% in 2014, the problem was insect pest. Insecticides are dangerous that replaced use refugia attracting biological agens. Purpose of the research to discover the role of refugia as conservation medium in suppressing pets attacks and increasing the diversity arthropod populations in rice fields.  This study uses a direct insect sampling method and uses traps such as sweep nets, yellow traps, pitfall traps and light traps. Identification of insects using an introduction to the study insect and iNaturalist. Analysis of the observational data quantitatively by calculating the species diversity index (H’), evenness index (E), Richness index (R) and dominance index (C) then tabulated using excel. observations indicate the number of insects found on land A (rice with refugia) was 5661 individuals consisting of 12 ordo, 61 family and 94 species. Meanwhile on land B (rice without refugia) was 3,198 individuals consisting of 11 ordo, 43 family and 56 species. Refugia affected the population of biological agens more on land A was 2707 individuals than on land B was 1215 individuals. While the pest population on land A much less as 364 individuals than on land B as 763 individuals. Tabulation from the calculation of the species diversity index as 0.142 and 0.118, the species evenness index as 0.030  and 0.025, the dominance index of 0.0004 and 0.0013 is classified as low, while the species richness index of 10.76 and 6.82 is classified as high

    Ketertarikan Arthropoda Pada Blok Refugia (Cosmos caudatus, Helianthus annuus L., Zinnnia acceraso) Di Lahan Mangga Alpukat Di Desa Oro–Oro Ombo Kulon, Rembang, Pasuruan

    Get PDF
    Mangga merupakan tanaman potensial untuk dikembangkan karena disukai oleh hampir semua lapisan masyarakat dan memiliki pasar yang luas. Permasalahan utama dalam pengembangan mangga adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Konsep pengendalian hama dengan menanam refugia pada sekeliling lahan tanaman berkemampuan memikat banyak musuh alami karena berfungsi sebagai sumber pakan maupun tempat perhentian. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang kertetarikan arthropoda pada blok refugia di Desa Oro–oro Ombo Kulon. Pola penanaman  refugia (C. caudatus, H. annuus L., Z. acceraso) yaitu dengan pola kombinasi tanam pinggir petak lahan (hedge rows) dan pola tanam sistem bank serangga (insectary bank). Pengamatan dilakukan dengan metode scan sampling yaitu dengan mengamati serangga yang hinggap pada refugia dengan menghitung jumlah spesies dan individu serangga pengunjung. Pengumpulan dan pengamatan serangga pada tanaman refugia di area tanaman mangga alpukat dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung, menggunakan jaring ayun (sweep net), menggunakan yellow sticky traps, dan menggunakan pitfall trap. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menghitung indeks keanekaragaman (H’) dan indeks kelimpahan relatif (IKR%). Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 16963 individu, yang terdiri dari 104 spesies, 56 famili, dan 12 ordo serangga sebagai hama, predator, penyerbuk, parasit, dan pengurai

    Minuman Probiotik dari Limbah Kulit Nanas sebagai Upaya Peningkatan Imunitas dalam Pencegahan Covid-19 di Kelompok PKK RT.06/RW.03 Rungkut Barata Surabaya

    Get PDF
    Covid-19 has been declared as pandemic and has spread in 216 countries around the world. WHO’s distribution data obtained on May 31, 2020 that there were 5,891,182 positive cases of Covid-19 in the world with 365,966 deaths. The condition in Indonesia is classified as serious as well, which  25,773 positive cases with 1,573 deaths. Covid-19 has the potential to attack humans with poor immunity, so that a healthy lifestyle plays a role in increasing endurance, such as eating healthy food like probiotics. One of the media that can be used to grow probiotics is pinneapple peel. The community service partner was PKK RT. 06/RW.03 Rungkut Barata residents, the majority of whom are middle aged and elderly. This age is classified as vulnerable to being exposed to Covid-19, so in this acrivity we plan to carry out activity related to probiotics by utillizing pineapple skin waste. Futhermore, the location of the partners is strategic because near the market and sorrounded by several pineapple sellers.  The method activity was preparation and coordination with the partner, then continues with conselling and training on making probiotic product. The output was probiotic product, training moduls and documentation

    POTENSI GIZI DAN KEAMANAN PANGAN CORN SMUT GALLS

    Get PDF
    Jagung merupakan salah satu bahan pangan pokok yang tingkat permintaan dan produksinya tergolong cukup tinggi setelah beras. Tingginya produksi jagung di Indonesia,  didukung dengan kondisi Indonesia yang lembab dan beriklim tropis, meningkatkan resiko tumbuh dan berkembangnya jamur diantaranya Ustilago maydis, yang nantinya berperan dalam pembentukan CSG (Corn Smut Galls). CSG memiliki gizi yang cukup baik, hanya saja berpotensi mengandung aflatoksin, yang biasanya diproduksi oleh Aspergillus sp. Pada penelitian ini digunakan CSG yang berasal dari Nganjuk, Kediri dan Jombang, yang  diberikan perlakuan pengeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gizi dan keamanan pangan dari CSG. Hasil analisa proksimat menunjukkan bahwa sampel Jombang memiliki kandungan karbohidrat by difference tertinggi yaitu 65,21 % db, sementara itu untuk kandungan protein dan lemak tertinggi masing-masing ada pada sampel Nganjuk dan Kediri. pengamatan mikroskopis diketahui bahwa genus Aspergillus sp. tumbuh pada CSG kering, dengan jumah koloni 8,0 x 104 cfu/g. Hasil ini kemudian dikonfirmasi pada media AFPA (Aspergillus flavus dan parasiticus agar), dan didapatkan hasil positif yang ditunjukkan dengan pembentukan pigmen berwarna orange kekuningan. Sehingga dengan demikian, CSG berpotensi mengandung aflatoksin.  DOI : https://doi.org/10.33005/jtp.v14i2.245

    In Vitro Evaluation of Trichoderma spp. against Sugarcane Eye Spot Disease (Bipolaris sp.)

    Get PDF
    Sugar cane (Saccharum officinarum L.) is the main ingredient in sugar production. Sugarcane is widely cultivated in warm and tropical areas and is widely used as a sweetener because it contains a lot of fructose and glucose. National sugar production shows a decline, the majority of which is caused by pathogens, especially the fungus Bipolaris sp. capable of producing up to 85% damage per Ha if no control is applied. Biological control using Trichoderma spp. can control this pathogen and is able to promote sugarcane growth. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Trichoderma spp. in controlling Bipolaris sp. in vitro. The results showed isolates TD1, TD2, TD3 were able to inhibit Bipolaris sp. antagonistically and volatilely, the antagonist test showed a result of 86% (TD1) while the volatile test of 65% (TD2). Conclusion Trichoderma spp. can inhibit the growth of Bipolaris sp. on an in vitro scale. Keywords: BCA, Bipolaris sp. Trichoderma spp.   ABSTRAK Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan bahan utama dalam pembuatan gula. Tebu banyak dibudidayakan didaerah hangat dan tropikal dan banyak digunakan sebagai pemanis dikarenakan mengandung banyak fruktosa dan glukosa. Produksi gula nasional menunjukan adanya penurunan yang mayoritas disebabkan oleh patogen terutama jamur Bipolaris sp. yang mampu menghasilkan kerusakan hingga 85% per Ha jika tidak diberlakukan pengendalian. Pengendalian biologis menggunakan Trichoderma spp. dapat mengendalikan patogen ini dan mampu mendorong pertumbuhan tebu. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui efektivitas Trichoderma spp. dalam mengendalikan Bipolaris sp. secara In vitro. Hasil menunjukkan isolat TD1, TD2, TD3 mampu menghambat Bipolaris sp. secara antagonis dan volatile, uji antagonis memperlihatkan TD1 memiliki hasil 86% sementara uji volatile TD2 memiliki hasil 65%. Kesimpulan Trichoderma spp. dapat menghambat pertumbuhan Bipolaris sp. dalam skala In vitro. Kata kunci: APH, Bipolaris sp. Trichoderma spp

    Aplikasi Streptomyces sp. Sebagai Agen Hayati Pengendali Lalat Buah (Bactrocera sp.) dan Plant Growth Promoting Bacteria (PGPB) pada Tanaman Tomat dan Cabai

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan Streptomyces sp. sebagai agen hayati pengendali lalat buah dan Plant Growth Promoting Bacteria (PGPB) pada tanaman tomat dan cabai. Streptomyces sp. yang digunakan berasal dari hasil eksplorasi dari rhizosfer lahan tomat yang terkontaminasi pestisida di Kecamatan Pare dan hutan lindung Merubetiri. Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu isolat asal lahan tomat yang terkontaminasi pestisida (TP), isolat hutan lindung Merubetiri 1 (Mrb1) dan isolat hutan lindung Merubetiri 2 (Mrb2), sedangkan faktor kedua adalah seri pengenceran yaitu seri pengenceran 103, 104, 105.Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan semua isolat Streptomyces sp. yang digunakan sebagai agen hayati dapat mengendalikan lalat buah Bactrocera sp. dan berpotensi sebagai PGPB untuk tanaman tomat dan cabai. Rata-rata pertumbuhan tanaman tomat dan cabai tertinggi dengan perlakuan Streptomyces sp. dari lahan tomat Pare (TP) dengan seri pengenceran 103. Jumlah bunga yang terbanyak terdapat pada tanaman tomat dengan pengaplikasian TP dengan seri pengenceran 105 dan Mrb dengan seri pengenceran 10

    Uji Potensi beberapa Ekstrak Tanaman sebagai Pestisida Nabati untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Gloeosporium piperatum Ell. et Ev.) pada Cabai Merah Besar (Capsicum annum L.)

    No full text
    Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh G. piperatum pada buah cabai merupakan salah satu penyakit penting yang menyerang di pertanaman dan di penyimpanan. Pada penelitian ini telah dievaluasi potensi beberapa ekstrak tanaman yaitu getah pepaya, getah alamanda, getah euphorbia, ekstrak akar tuba, dan ekstrak kayu manis untuk mengendalikan penyakit antraknosa, sehingga diharapkan dapat menjadi alternatif penggunaan fungisida kimia. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Agustus 2011 di Laboratorium Mikologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Ekstrak tanaman yang diuji pada penelitian ini yaitu getah pepaya, getah alamanda, getah euphorbia, ekstrak akar tuba, dan ekstrak kayu manis. Penelitian terdiri dari iosolasi G. piperatum, penyediaan ekstrak tanaman, pengujian ektrak tanaman secara in vitro dengan metode peracunan makanan (Food Poison Technique) dan pengujian ekstrak tanaman secara in vivo dengan metode perendaman (Dipped Method). Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan uji jarak berganda Duncan untuk melihat perbedaan tiap perlakuan pada taraf kesalahan 5%. Hasil pengamatan menunjukkan aplikasi beberapa ekstrak tanaman mampu menekan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur G. piperatum pada buah cabai secara signifikan. Aplikasi ekstrak akar tuba konsentrasi 1% merupakan perlakuan terbaik pada uji in vitro dengan daya hambat tertinggi sebesar 83,66%. Sedangkan pada uji in vivo aplikasi ekstrak akar tuba konsentrasi 4% merupakan perlakuan terbaik dalam menekan munculnya bercak penyakit antraknosa pada buah cabai yaitu 3,97. Sehingga berdasarkan hal tersebut ekstrak akar tuba dapat dijadikan sebagai alternatif pengendalian penyakit antraknosa
    corecore