AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian
Not a member yet
    191 research outputs found

    Kerapatan Dominansi Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit Pasca Aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan Kompos Tandan Kosong Kelapa sawit

    No full text
    Gulma cendrung tumbuh rapat diantara tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan kompos tandan kosong yang diaplikasikan pada tanaman kelapa sawiit, dikarenakan sifat gulma  dapat berkecambah pada berbagai kondisi lingkungan, memiliki fase pertumbuhan vegetative sampai pembungaan yang cepat, dapat menghasilkan biji  yang banyak, toleran dan memiliki daya penyebaran  yang cepat . Penelitian ini dilakukan di PT. Gotong Royong, Desa Lau Tador, Kecamatan Tebing Tinggi Syahbandar, Serdang Bedagai Agustus hingga September 2022. Pengumpulan data dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif, membandingkan jenis gulma, dominansi gulma, hari tumbuh dan waktu tumbuh setelah aplikasi. Data Kepadatan dan keanekaragaman tanaman gulma diolah dengan menggunakan analisis Summed Dominance Ratio (SDR). Hasil menunjukkan bahwa gulma yang dominan pada perlakuan tandan kosong adalah Cleome rutidospera berjumlah 339 dengan KR 53,4%, FR 29,47%, INP 82,88% dan SDR 41, 44% . Gulma yang dominan setelah aplikasi kompos Dicranopteris linearis berjumlah 39, KR 47,56%, FR 50,00%, INP 97,56% dan SDR 48,78%

    Dampak Penggunaan Pupuk Hayati dengan Variasi Waktu Pemberian dan Konsentrasi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Rawit

    No full text
    Tanaman hortikultura yang memiliki signifikansi ekonomi salah satunya adalah cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Diperlukan peningkatan produktivitas secara signifikan untuk memenuhi permintaan konsumsi cabai rawit yang cenderung meningkat tiap tahunnya, salah satunya dengan menggunakan pupuk hayati. Perlu juga adanya perhatian khusus terhadap penggunaan nutrisi yang lebih ramah lingkungan untuk budidaya tanaman hortikultura salah satunya untuk tanaman cabai rawit. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat pengaruh penggunaan pupuk hayati terhadap budidaya tanaman cabai rawit. Penelitian ini dilaksanakan di Desa watutulis, Kecamatan Temu, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur pada bulan Juli hingga Desember 2022. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk hayati dengan konsentrasi 5 ml/l, 10 ml/l dan 15 ml/l, sedangkan faktor kedua adalah waktu pemberian pupuk hayati sebanyak 2 kali, 3 kali dan 4 kali. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi dan waktu pemberian pupuk hayati tidak terdapat interaksi pada seluruh parameter pengamatan. Secara terpisah, konsentrasi dan waktu pemberian pupuk hayati memberikan pengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman pada tanaman cabai rawit. Konsentrasi pupuk hayati terbaik pada 10 ml/l dan waktu pemberian terbaik sebanyak 3 kali pemberian pada parameter produktif

    Induksi Mutasi Secara In Vitro Anggrek Dendrobium gabriella Suryajaya Melalui Pemberian Kolkisin

    No full text
    Dendrobium sp. merupakan tanaman yang masuk ke dalam famili Orchidaceae, memiliki variasi jenis, bentuk, dan warna bunga dengan kesegaran relatif lama. Induksi mutasi bagian dari upaya pemuliaan tanaman yang dilakukan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat yang lebih baik. Kolkisin sebagai agen antimitotik digunakan dalam pemuliaan untuk menginduksi penggandaan kromosom, diaplikasikan pada eksplan yang memiliki jaringan aktif melakukan pembelahan. Tujuan penelitian untuk mengetahui konsentrasi kolkisin yang optimal terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium gabriella suryajaya secara In vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium CDAST Universitas Jember, waktu penelitian pada bulan Maret 2022 – Juli 2022. Metode yang digunakan yaitu perendaman eksplan protocom likes bodies (plb) umur 3 bulan pada larutan kolkisin menggunakann 4 taraf konsentrasi: 0%, 0,02%, 0,04% dan 0,06% dengan durasi perendaman selama 24 jam. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis Standart Error Mean (SEM). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan 0,02% memberikan rata-rata terbaik pada peningkatan tinggi tanaman, jumlah tunas, jumlah daun dan jumlah akar. Variasi warna planlet terjadi pada perlakuan 0,02%, 0,04% dan 0,06% yang menghasilkan warna planlet hijau kekuningan, albino dan hijau keputihan

    Optimalisasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami dan Bahan Setek Pada Pertumbuhan Vegetatif Setek Kopi Robusta

    No full text
    Teknik perbanyakan kopi secara vegetatif dengan cara setek memiliki beberapa keunggulan yaitu menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dengan waktu relatif singkat dan biaya operasional yang relatif murah. Namun kelemahan dari teknik perbanyakan ini adalah tingkat keberhasilannya yang lebih rendah dibandingkan teknik lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh interaksi antara perbedaan konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) air kelapa dan ekstrak bawang merah terhadap respon pertumbuhan setek kopi robusta yang berasal dari pucuk (S1) dan ruas pertama setelah pucuk (S2). Penelitian ini dilakukan di laboratorium lapangan perkebunan Politeknik Pembangunan Pertanian Medan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial. Faktor pertama adalah pucuk pertama dan ruas pertama setelah pucuk, faktor kedua adalah konsentrasi ZPT 50% dan 75% serta kombinasi ZPT air kelapa dan ekstrak bawang merah dengan 5 ulangan. Variabel yang diamati meliputi jumlah tunas, jumlah daun, diameter daun, panjang akar dan jumlah akar. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA (Analysis of variance) dan dilanjutkan dengan uji  Duncan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan pemberian konsentrasi  ZPT bawang merah 50%. dapat meningkatkan jumlah tunas, jumlah daun, diameter daun, panjang akar dan jumlah akar. Pemberian konsentrasi ZPT  bawang merah 50%. y juga memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pembibitan. Persentase setek berakar meningkat pada perlakuan pucuk dibandingkan ruas pertama setelah pucuk dengan perlakuan ZPT bawang merah 50%

    Respons Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah dengan Pemberian Pupuk N, P, K Serta Inokulasi Mikoriza

    No full text
    Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang paling umum digunakan dalam setiap industri rumah tangga, baik dari pengolahan makanan sehari-hari hingga digunakan untuk terapi kesehatan. Sehingga kebutuhan dan permintaan akan bawang merah semakin meningkat yang membuat lonjakan harga yang signifikan pada sektor bawang merah. Peningkatan produksi bawang merah akan sangat diperlukan agar lonjakan harga dapat dikendalikan. Peningkatan produksi bawang merah dapat dilakukan dengan pengoptimalan unsur hara akan bawang merah yaitu N, P, K  menggunakan mikoriza terkait efektivitas dosis pupuk N, P, K  terhadap tinggi tanaman, serta penggunaan mikoriza dalam meningkatkan jumlah umbi dan bobot umbi pada tanaman bawang merah.  Rancangan yang dipergunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 6 perlakuan dan di ulang pada 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk N, P, K  dan faktor kedua adalah dosis mikoriza. Parameter pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah umbi  dan bobot umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mikoriza Mycofer dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap hara N, P, K  dan memaksimalkan ketersediaannya di dalam tanah dengan peningkatan tinggi tanaman sebesar 20%, peningkatan bobot umbi sebesar 13%, sedangkan untuk jumlah umbi justru mengalami penurunan sebesar 1%.Keywords: Bawang Merah, Mikoriza, NPK, Pupu

    Kajian Sifat Kimia, Sifat Fisik Tanah dan Hubungannya dengan Produktivitas Tanaman Pala (Myristica fragrans) di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara

    No full text
    Penelitian survey mengenai kajian sifat kimia, sifat fisik tanah dan hubungannya dengan produktivitas tanaman pala di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kecamatan Mandolang yang terletak pada ketinggian 109-555 m dpl. Analisis tanah di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Balai pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Sampel tanah diambil dari masing-masing lokasi secara komposit  untuk di analisis di laboratorium. Analisis tanah meliputi tekstur, pH, C-Organik, N-Total, P-Tersedia, K-Total, Ca, Mg, Na KTK, dan Kejenuhan Basa. Hasil penelitian menunjukkan areal pertanaman pala bertekstur lempung  dengan pH agak masam hingga netral, kandungan C-Organik rendah dan kadar N,P dan K rendah, KTK tinggi dan nilai kejenuhan basa sedang, kadar Ca dan Mg tinggi sedangkan kadar Na rendah, sehingga karakteristik tanah di areal pertanaman pala memenuhi syarat untuk budidaya pala dengan catatan perlu penambahan pupuk N,P dan K

    Morphological Model and Visual Characteristic of Leaf, and Fruit of Citrus (Citrus sinensis)

    No full text
    Citrus is a well-known horticultural plant and consumed. Leaf and fruit are important citrus organs as a fruiting plant. This is confirmed by the vitamin, antioxidant, and other chemical content of these organs which are beneficial for the human health. Understanding the model of both organs will facilitate the potential content, functional capacity and plant yield in non-destructive way. The study was aimed to determine morphological model and visual characteristic of leaf, and fruit of citrus. The study was conducted by comparing direct measurement and finding the relationship with selected predictors using several regression types (i.e. linear, linear with zero intercept, exponential, logarithmic, polynomial, polynomial with zero intercept and power). The observational sample consisted of 100 leaves and 13 fruits of citrus randomly collected from healthy, normal and productive plants. The results showed that leaf length (LL) × leaf width (LW) was the most reliable predictor using the linear regression with zero intercept (R2= 0.991; y= 0.604x; RMSE= 0.34). Meanwhile, fruit circumference (FC) has been shown cannot be used as a predictor in determining fruit weight as indicated by low reliability. Based on the visual approach, ripe citrus is shown by the yellowish-green color of the peel along with the orange color of the pulp. Furthermore, in the middle of the ripened fruit pulp, there are also white stringy stuff. In conclusion, LL × LW with zero intercept regression is demonstrated the most reliability model for leaf area, while fruit circumference could not represent fruit weight

    Analisis Pertumbuhan Tanaman Porang dengan Pemberian Fitosan dan Kompos Jerami Padi di Lahan Salin

    No full text
    Tanaman porang merupakan salah satu produk yang memiliki prospek seperti bahan pangan alternatif sehingga peningkatan produksi terus diupayakan, termasuk memanfaatkan lahan marginal seperti tanah salin. Porang merupakan tanaman yang rentan terhadap salinitas dan memiliki masalah dormansi 4-5 bulan. Arahriset ini ialah untuk mengidentifikasi ciri fisiologis tanaman porang dan mematahkan dormansi dengan penambahan fitosan dan penambahan kompos jerami padi pada tanah salin. Penelitian ini menggunakan RAK faktorial dengan 3 ulangan dan 2 faktor yaitu konsentrasi fitosan K0 = 0 ppm, K1 = 750 ppm, K2 = 1500 ppm dan K3 = 2250 ppm; aplikasi kompos jerami padi J0 = 0 ton/ha (kontrol), J1 = 5 ton/ha (45 g/ tanaman) dan J2 = 10 t/ha (90 g/tanaman). Pemberian konsentrasi fitosan 2250 ppm dan 10 ton/ha (90 g/tanaman) kompos jerami padi mempengaruhi secara nyata terhadap parameter kemunculan bulbil, jumlah bulbil, panjang akar, bobot basah akar, bobot kering akar dan volume aka

    Profile and Bioactivity of Bioactive Compounds of Beauveria bassiana Fungi Entomopathogens of Endophytes as Plant Growth Boosters

    No full text
    The purpose of this study was to identify bioactive compounds of Beauveria bassiana  entomopathogenic fungi derived from insect isolates of Leptocorisa oratorius and endophytic fungi B. bassiana from cocoa plants that have bioactivity as growth boosters.  The research was conducted in the laboratory of Biological Control, Faculty of Agriculture, Andalas University. The study was conducted for 4 months, using the GCMS method. From the results of the study, bioactive compounds identified as growth boosters of B. bassiana endofyt fungi from cocoa plants are compounds Acetic acid, Ethanoic acid, Ethylic acid, Glacial acetic acid, CH3COOH;  n- Hexadecanoic acid Hexadecanoic acid, Palmitic acid;  9-Octadecenoic acid (2)-(CAS), Oleic acid, Red oil, Oelsaure; octadecanoic acid (CAS) Stearic acid, n-Octadecanoicacid, vanilla; Ergosta-5,7,22-trien-3-ol, (3.,beta.,22 E) – (CAS), Ergosterol (CAS);  while  from the  entomopathogenic B. bassiana fungus from L. oratorius insects  are Acetic acid (CAS), Ethylic acid, vinegar acid, Ethanoic acid, CH3COOH, Dianhydromannitol; Isosorbide, D-Glucitol,1,4-3,6-dianhydro-(+)-D-Isosorbide Devicoran;  Hexadecanoic acid, methyl ester (CAS), Methyl palmitate, Uniphat A60;  n-Hexadecanoic acid Hexadecanoic acid, n- Hexadecanoic acid, Palmitic acid; 9-octadecenoic acid, methyl ester, (E)-elaidic acid; 9-octadecanoic acid (Z)-(CAS) , oleic acid, Red oil, Oelsauere; octadecanoic acid, stearic acid, -n-octadecanoic acid, Humko Industrene R; Ergosta-5,7,22-trien-3-ol, (3.beta.,22E)-CAS, Ergosterol (CAS

    Pengaruh Auksin, Sitokinin, Giberelin, dan Paklobutrazol terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Dendrobium sylvanum pada Tahap Aklimatisasi

    No full text
    Indonesia memiliki berbagai jenis anggrek dengan keunikan bentuk bunga, warna, corak, serta ukuran. Jenis anggrek yang paling populer adalah Dendrobium. Pada umumnya anggrek diperbanyak melalui teknik kultur jaringan, namun pada tahap aklimatisasi terdapat kendala seperti rendahnya persentase bibit yang dapat bertahan hidup dan pertumbuhan yang stagnan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh auksin, sitokinin, giberelin, serta paklobutrazol terhadap parameter pertumbuhan bibit anggrek di tahap aklimatisasi. Penelitian dilaksanakan di Kebun Penelitian dan Percobaan (KP2) Instiper Yogyakarta pada bulan Februari-Mei 2020. Penelitian dilakukan dengan metode percobaan faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), faktor pertama adalah jenis hormon (4 aras), yaitu A1 (auksin), A2 (sitokinin), A3 (giberelin), A4 (paklobutrazol); faktor kedua berupa konsentrasi hormon yaitu D0 (0 ppm), D1 (2,5 ppm), D2 (5 ppm), D3 (7,5 ppm), masing-masing kombinasi perlakuan dilakukan pengulangan sejumlah 3 kali, kemudian dilakukan analisis varian dan dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT taraf kepercayaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hormon giberelin memberikan pengaruh yang paling baik terhadap pertumbuhan bibit anggrek dibandingkan dengan hormon auksin, sitokinin, atau paklobutrazol. Hormon giberelin 5 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan bibit anggrek seperti lebar tanaman, lebar daun, panjang daun, jumlah akar, panjang akar, dan bobot segar bibit

    123

    full texts

    191

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇