28 research outputs found
PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IV PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 123 BABAKAN PRIANGAN DI KOTA BANDUNG
Penelitian ini di latar belakangi oleh kurangnya inovasi dalam penggunaan model
pembelajaran menyebabkan peserta didik kurang antusias dalam memperhatikan
pembelajaran yang dibuktikan dengan rendah nya hasil belajar matematika. Adapun
tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dan hasil belajar matematika
antara kelas konvensional dengan kelas yang diberikan perlakuan model
cooperative learning tipe make a match terhadap hasil belajar peserta didik kelas
IV Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan
desain penelitian yang digunakan ialah nonequivalent control group design. Sampel
yang digunakan pada penelitian ini ialah peserta didik kelas IV SDN 123 Babakan
Priangan yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas IV A sebagai kelas kontrol dan kelas
IV B sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 48 peserta didik. Teknik
pengambilan data pada penelitian ini ialah menggunakan tes dan observasi. Tes
berupa pretest dan posttest yang diberikan kepada masing-masing kelas sampel
penelitian dengan soal yang sama. Setelah data hasil tes didapatkan, peneliti
melakukan analisis data dan menunjukkan bahwa rata-rata posttest pada kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontol. Selain itu dilakukan analisis
dengan uji Independent Samples Test dengan bantuan aplikasi SPSS 26, didapat
hasil nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05. Dilakukan pula uji effect size didapati
hasil sebesar 1,80 dengan interpretasi dalam kategori kuat. Maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh dan hasil belajar peserta didik setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi dari peserta didik yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
Kata Kunci : Tipe Make A Match, Hasil Belajar, Matematik
Apolipoprotein E is a pancreatic extracellular factor that maintains mature β-cell gene expression.
The in vivo microenvironment of tissues provides myriad unique signals to cells. Thus, following isolation, many cell types change in culture, often preserving some but not all of their in vivo characteristics in culture. At least some of the in vivo microenvironment may be mimicked by providing specific cues to cultured cells. Here, we show that after isolation and during maintenance in culture, adherent rat islets reduce expression of key β-cell transcription factors necessary for β-cell function and that soluble pancreatic decellularized matrix (DCM) can enhance β-cell gene expression. Following chromatographic fractionation of pancreatic DCM, we performed proteomics to identify soluble factors that can maintain β-cell stability and function. We identified Apolipoprotein E (ApoE) as an extracellular protein that significantly increased the expression of key β-cell genes. The ApoE effect on beta cells was mediated at least in part through the JAK/STAT signaling pathway. Together, these results reveal a role for ApoE as an extracellular factor that can maintain the mature β-cell gene expression profile
EFFECT OF ACTIVATED CHARCOAL PECAN SHELL (Aleurites moluccanus L. Willd) WITH VARIATIONS IN SULFURIC ACID CONCENTRATION ON DECREASED COD AND BOD LEVELS OF LAUNDRY LIQUID WASTE
Pecan shells are organic waste that can be decomposed but the texture is hard enough that it takes a long time to decompose it naturally. Various efforts to utilize pecan shell waste (Aleurites moluccanus L. Willd), one of which is as a raw material for making activated charcoal. This study aims to find out how the effect of pecan shell activated charcoal (Aleurites moluccanus L. Willd) with variations in the concentration of sulfuric acid against a decrease in Biological Oxygen Demand (BOD) and Chemical Oxygen Demand (COD) levels of laundry liquid waste, as well as the effectiveness of the concentration of sulfuric acid activators. The manufacture of pecan shell activated charcoal (Aleurites moluccanus L. Willd) as an adsorbent is carried out through two stages, namely the authoring stage and the activation stage. BOD testing is carried out by the Winkler titration method while COD is carried out by the closed reflux method. The concentration of sulfuric acid used is 0.5 N; 1.0 N; 1.5 N; 2.0 N; and 2.5 N with a soaking time of 2 hours. The results showed that the sulfuric acid activator that was most effective in reducing laundry liquid waste was at a concentration of 1.5 N with the largest decrease value for BOD, namely 955.56 mg/L (25.44 %) and for COD which was 1648.69 mg/L (18.56 %)
IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN JAHE PUTIH (Zingiber officinale Rosc. var. officinarum): IDENTIFICATION OF METABOLITE COMPOUNDS SECONDARY AND ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST OF WHITE GINGER LEAF EXTRACT (Zingiber officinale Rosc. var. officinarum)
Penelitian identifikasi senyawa metabolit sekunder dan uji aktivitas antioksidan ekstrak daun jahe putih (Zingiber officinale Rosc. var. officinarum) telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun jahe putih (Zingiber officinale Rosc. var. officinarum) dan untuk menentukan aktivitas antioksidan ekstrak daun jahe putih (Zingiber officinale Rosc. var. officinarum). Penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol untuk mengekstraksi senyawa metabolit sekunder. Identifikasi senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan analisis kualiatatif atau uji warna, sedangkan uji aktivitas antioksidan menggunakan metode Diphenil Pikril Hidrazil (DPPH) dimana pada metode ini DPPH digunakan sebagai radikal yang akan dihambat aktivitasnya. Berdasarkan hasil identifikasi senyawa metabolit sekunder menunjukan bahwa daun jahe putih (zingiber officinale Rosc. var officinarum) mengandung senyawa golongan saponin, flavonoid, tanin dan terpenoid. Uji aktivitas antioksidan daun jahe putih (Zingiber officinale Rosc. var. officinarum) terhadap radikal bebas DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 515 nm diperoleh nilai IC50 sebesar 156,4827 µg/ml dan dikategorikan lemah
Pengaruh Arang Aktif Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccanus L. Willd) dengan Variasi Suhu terhadap Kualitas Minyak Jelantah: Effect on Activated Charcoal of Hazelnut Shell (Aleurites moluccanus L. Willd) with Temperature Variations on Jelantah Oil Quality
Tempurung kemiri merupakan limbah organik yang dapat diuraikan oleh alam, namun dengan teksturnya yang keras membutuhkan waktu yang lama untuk menguraikannya. Tempurung kemiri bisa dijadikan sebagai arang aktif untuk memperbaiki kualitas minyak jelantah. Penelitian ini telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh arang aktif tempurung kemiri dengan variasi suhu terhadap kualitas minyak jelantah serta untuk mengetahui berapa suhu optimal adsorpsi arang aktif tempurung kemiri. Dalam penelitian ini dilakukan penentuan kadar air, analisis kadar asam lemak bebas dan analisis bilangan peroksida pada minyak jelantah. Hasil penelitian pada penentuan kadar air yaitu pada suhu 30, 35, 40 dan 45 °C sudah sesuai dengan standar SNI sebesar 0,5 % untuk kadar air minyak jelantah sedangkan suhu 50 °C melewati batas maksimal SNI. Analisis asam lemak bebas pada suhu 30, 35, 45 dan 50°C melewati standar SNI untuk minyak jelantah sebesar 0,30 % sedangkan suhu 40 °C sebesar 0,22 % sesuai standar SNI. Analisis bilangan peroksida pada suhu 30, 35, 45, dan 50 °C melewati standar SNI untuk minyak jelantah sebesar 10 meq/kg sedangkan suhu 40 °C sebesar 8,8 meq/kg telah sesuai standar SNI. Suhu optimal adsorpsi arang aktif tempurung kemiri dalam meningkatkan kualitas minyak jelantah yaitu pada suhu 40°C
A ROLE FOR MICROPHTHALMIA TRANSCRIPTION FACTOR (MITF) IN CARDIAC PROGENITOR CELL PROLIFERATION AND DIFFERENTIATION
Recommended from our members
Apolipoprotein E is a pancreatic extracellular factor that maintains mature β-cell gene expression.
Hyperactivation of sympathetic nerves drives depletion of melanocyte stem cells
Empirical and anecdotal evidence has associated stress with accelerated hair greying (formation of unpigmented hairs)11Nsciescopu