174 research outputs found

    Peran Badan Pemeriksa Keuangan (Bpk) dalam Melakukan Pemeriksaan terhadap Pengelolaan Keuangan Negara untuk Mewujudkan Pemerintahan yang Baik Menurut UU No. 15 Tahun 2006

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peran BPK dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara menurut UU No. 15 Tahun 2006 dan bagaimana peran BPK untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) menurut UU No 15 Tahun 2006 tentang BPK. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif disimpulkan: 1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), peran BPK dalam melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan negara, BPK sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa yang diberi wewenang oleh UUD 1945 untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap keuangan negara yang dikelolah oleh pengelola keuangan negara. menyusun laporan hasil pemeriksaan, menyerahkan laporan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPD, DPRD dan menyerahkan pula kepada Presiden, Gubernur/walikota untuk di tindak lanjuti, menilai dan menetapkan kerugian negara dan menjadi saksi ahli dalam peradilan. 2. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, peran BPK untuk menciptakan pemerintahan yang baik adalah BPK sebagai lembaga pemeriksaan yang bebas dan mandiri dalam melakukan pemeriksaan didasari dengan prinsip pertanggungjawaban,transfaran, akutanbilitas, dan profesionalsme sebagai wujud pelaksanaan asas-asas pemerinthan yang baik di Indonesia sehingga dapat menciptakan pemeritahan yang baik dimana BPK dalam melakukan pemeriksaan dapat membongkar praktik-praktik KKN dan menyelamatkan uang negara

    Rancangan Destination Brandingkabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan

    Full text link
    Kabupaten Sinjai belum memiliki branding khusus pariwisata sehingga dibutuhkan rancangan destination branding yang dapat menjadi alat promosi destinasi. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui potensi pariwisata Kabupaten Sinjai; 2) untuk mengusulkan konsep perancangan destination branding Kabupaten Sinjai. Penelitian ini menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan penyebaran angket (kuesioner) yang dilakukan pada bulan September 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Sinjai memiliki potensi wisata alam dan budaya dan dibutuhkan cara untuk memperkenalkan potensi tersebut, salah satunya melalui rancangan branding destinasi. Setelah melakukan beberapa tahapan dalam destination branding, hasil penelitian menunjukkan bahwa ikon yang sesuai untuk dijadikan brand pariwisata untuk Kabupaten Sinjai adalah kuda dengan hasil persentase sebesar 72,7% dan keindahan alam yang dimiliki yang mencakup 3 dimensi. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya menerapkan rancangan branding yang telah dilakukan hingga tahap interpretasi potensi serta value  yang dimiliki Kabupaten Sinjai menjadi suatu brand. Selanjutnya, diharapkan agar melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu menggunakan brand yang ada sebagai bahan promosi dan menarik wisatawan melalui brand tersebut. Kajian lanjutan sangat dibutuhkan khususnya yang berkaitan dengan bagaimana implementasi brand destinasi Sinjai yang diusulkan.

    What are communities of practice? A comparative review of four seminal works

    No full text
    This paper is a comparative review of four seminal works on communities of practice. It is argued that the ambiguities of the terms community and practice are a source of the concept's reusability allowing it to be reappropriated for different purposes, academic and practical. However, it is potentially confusing that the works differ so markedly in their conceptualizations of community, learning, power and change, diversity and informality. The three earlier works are underpinned by a common epistemological view, but Lave and Wenger's 1991 short monograph is often read as primarily about the socialization of newcomers into knowledge by a form of apprenticeship, while the focus in Brown and Duguid's article of the same year is, in contrast, on improvising new knowledge in an interstitial group that forms in resistance to management. Wenger's 1998 book treats communities of practice as the informal relations and understandings that develop in mutual engagement on an appropriated joint enterprise, but his focus is the impact on individual identity. The applicability of the concept to the heavily individualized and tightly managed work of the twenty-first century is questionable. The most recent work by Wenger – this time with McDermott and Snyder as coauthors – marks a distinct shift towards a managerialist stance. The proposition that managers should foster informal horizontal groups across organizational boundaries is in fact a fundamental redefinition of the concept. However it does identify a plausible, if limited, knowledge management (KM) tool. This paper discusses different interpretations of the idea of 'co-ordinating' communities of practice as a management ideology of empowerment

    Vibrational Raman modes and particle size analysis of cupric oxide with calcination temperature

    Get PDF
    In this work a study of the effect of the synthesis conditions on the vibratory and particle size properties in the cupric oxide (CuO) has been presented. The synthesis has been carried out by the polymeric precursor method without modifying the PH in the process, this being a low cost method. The samples obtained have been subjected to several calcination temperatures, 450 °C, 550 °C, 650 °C and 800 °C. In particle analysis by X-ray, scanning electron microscopy (SEM) and statistical it has been observed that for very low or very high calcination temperatures the particle size increases, finding 650 °C as the best calcination temperature. In the Raman spectra, the Ag and Bg vibration have been presented in the samples, with the peaks being narrower for the temperature of 450 °C
    corecore