24 research outputs found

    Bahasa Sebagai Model Studi Kebudayaan Di Indonesia - Antropologi Struktural Di Indonesia

    Full text link
    This paper examines the development of structural paradigm in theanthropology discipline in Indonesia during the period of 1979 - 2009. It looksat cultural models used by new anthropology paradigms. There are two newparadigms considered in the paper. One is ethnoscience from America and theother is Levi-Strauss' structuralism from France. Although the two paradigmsare different, but both use model originated from the same discipline, namelylinguistic, or phonology sub-discipline. The key difference is that Frenchstructuralism get the model from structural phonology developed by RomanJakobson, while ethnoscience get the model from descriptive phonology

    Preliminary Study on Worldviews

    Get PDF
    Worldviews are an important part of human life because they illustrate the ways people think and act. This article aims to review studies conducted by scholars, definitions of the term "worldview", and scientists' explorations of worldviews, and to examine how such categories may be applied to capture reality. This study concludes that worldviews have been the focus of intensive studies since the 1980s. Many scientists have defined the concept of "worldview" and attempted to explain its dynamics. Studies of worldviews can be grouped into several paradigms. Because of the extent of the study area, theoretically worldviews can be classified into several categories based on, for example, views of self and others, time, space, relationships, and causation. In reality, the worldview of a society can be seen in how members of the society live in relation to God, nature, people, and the environment. In examining the worldviews held in social reality, the specific categories mapped by scholars must be made congruent with the realities in the field, because sometimes these categories are interrelated and difficult to understand separately

    Regenerative-Relational Tritangtu: Sundanese Triadic Transformation Model

    Get PDF
    Ă‚ Tritangtu atau pola pikir tritunggal merupakan kosmologi masyarakat Sunda dan Minang yang terdiri dari tiga entitas (pola tiga). Tritangtu sebagai kearifan lokal juga melatarbelakangi struktur mental pelaku kreatif dalam membuat karya baik berupa pertunjukan, nilai filosofi artefak mau- pun produk budaya lainnya di masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data observasi partisipasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Obyek penelitian ini adalah praktik pelaku kreatif di bidang desain di Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya transformasi tritangtu Sunda dari struktur yang tetap menjadi struktur dinamis. Perubahan struktur ini ditentukan oleh relasi antar struktur pembentuk unsur desain de- ngan segmentasi pasar global. Peminjaman penanda identitas Sunda khususnya budaya rakyat atau tradisi masa lalu merupakan upaya regeneratif dalam usahanya untuk harmonisasi pola tiga dalam menghadapi dan memenangkan persaingan pasar bebas di Indonesia.

    A Preliminary Survey on Islamic Mysticism in Java

    Full text link
    Berbagai praktik mistik telah berkembang di kalangan masyarakat Jawa. Kemunculan praktik tersebut sebenarnya dapat dilacak dari konteks sejarah masuknya Islam ke Indonesia, dan Jawa pada khususnya. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi Islam dan mistisime di Jawa, yakni menjelaskan rasionalitas dari penerimaan komunitas Muslim atas penyebaran mistisisme Islam dan penyebaran mistisisme Islam itu sendiri di Jawa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa mistisime Jawa tumbuh subur dalam hampir setiap sendi kehidupan; di lingkungan keluarga istana, pesantren, grup kebatinan, dan di tingkat publik secara umum. Hal ini terjadi karena Islam yang sebenarnya diperkenalkan ke Indonesia dan Jawa, khususnya, adalah Islam yang dirumuskan sebagai Islam mistik. Mistisisme Islam lebih mudah berkembang sebagaimana ia juga dapat menyesuaikan diri dengan pemahaman pubik masyarakat Jawa

    Banalitas Simbol Keagamaan Dalam Sinetron Religi: Analisis Tayangan Sinetron “Bukan Islam KTP” Di Sctv

    Full text link
    The banality of religious symbols used in television soap opera has caused the distortion on meaning, so that some values of religious teachings have moved away from its substance. By observing the religious soap opera entitled “Bukan Islam KTP”, the writer tries to find out how such banality happens. This piece of work finds out that, in this soap opera, verbal and non-verbal religious symbols have been constructed in such a way for the sake of market interest as well as for the benefits of the symbol creator. This aim is carried out by representing religious teaching using entertainment program.***Banalitas penggunaan simbol-simbol keagamaan dalam tayangan sinetron di televisi telah mengakibatkan pembelokan makna, sehingga ajaran agama telah bergeser dari substansinya. Tulisan ini bermaksud untuk menemukan bagaimana peristiwa banalitas tersebut terjadi, dengan meneliti tayangan sinetron religi “Bukan Islam KTP”. Dalam sinetron ini, simbol kegamaan yang bersifat verbal dan non-verbal dikonstruksikan sedemikian rupa untuk kepentingan pasar serta keuntungan produsen pesan, dengan menyajikan program keagamaan yang bersifat hiburan

    Structural Anthropology in America and France: a Comparison

    Full text link
    More than fifty years have passed since Claude LĂ©vi-Strauss, the father ofFrench structural anthropology, applied structural analysis and built modelsto elucidate orders beneath various kin-ship systems, in his monumental work The Elementary Structures of Kinship, and more than twenty years have passed since another structural analysis appeared in Americananthropology. However, such important theoretical developments seemed to have no serious impacts on social sciences and human studies in Indonesia. Only very small number of articles using structural paradigmhave been published in the last few years (Ahimsa-Putra, 1995; 1997; 1998; 1999a; 1999b; 2000; 2001), and there seemed to be no serious reactions -in the form of comments, critiques or discussions- from Indonesian social scientists on this paradigm1. This, I think, reflects thestagnancy of the social and cultural sciences in Indonesia such as anthropology, archeology, history, linguistics, literature and sociology), which unfortunately have never really managed to give any significantcontribution to the theoretical developments in their own fields after their establishment in Indonesian universities forty or so years ago

    Strukturalisme Levi-strauss Untuk Arkeologi Semiotik\u27

    Full text link
    Sebagaimana kita ketahui, kajian arkeologis tentang pola pemukiman merupakan salah satu cabang kajian yang sangat berkembang dalam apa yang kini dikenal sebagai New Archaeology atau Arkeologi Ba- Humaniora No . 12 September- Desember 1999 u. Arkeologi yang sangat sadar akan teori, etode, dan tujuan penelitiannya ini berupa menjelaskan dengan seksama berbagai Perubahan yang telah terjadi dalam masyarakat- masyarakat kuno di masa lampau, dan mencoba merumuskan "hukum-hukum" yang ada di Balik berbagai Perubahan tersebut . Epistemologi yang dianut oleh New Archaeology ini jelas-jelas merupakan epistemologi yang positivistik, yang memang paling sesuai untuk tujuan yang dirumuskan oleh arkeologi ini. Para pakar arkeologi penganut Arkeologi Baru ini sadar betul akan kedudukan arkeologi sebagai suatu science, suatu cabang ilmu pengetahuan yang nomothetis . Dalam arkeologi semacam ini keketatan pengertian sebuah konsep, ketelitian dalam merumuskan hipotesis, dan konsistensi dalam metode penelitiannya merupakan hal-hal yang tidak dapat diabaikan sama sekali . Semua harus diperhatikan dengan seksama. Demikian pula halnya dengan prosedur dalam operasionalisasi konsep, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan . Semua ini merupakan hal-hal yang dianggap sangat penting dan harus sangat jelas bagi orang lain agar pakar lain dapat menguji kembali hasil-hasil penelitian yang dikemukakan
    corecore