11 research outputs found

    Uji Model Fisik Alternatif Pelimpah Waduk Suplesi Pejok dengan Skala 1:40 (Undistorted Scale)

    Get PDF
    Kondisi aliran dipelimpah sulit didekati dengan perhitungan analitik oleh karena itu perlu dilakukan pemodelan untuk mengetahui kondisi aliran yang sebenarnya. Dalam skripsi ini digunakan studi kasus model fisik pelimpah Waduk Suplesi Pejok dengan skala 1:40. Waduk ini memiliki kombinasi pelimpah langsung (overflow) dan saluran samping (side channel) dengan peredam energi USBR tipe II Perhitungan hidrolika pelimpah menggunakan persamaan energi, untuk saluran samping menggunakan persamaan Hinds, sedangkan untuk peredam energi USBR tipe II menggunakan persamaan momentum. Untuk mendapatkan kondisi aliranyang baik maka dilakukan 4 alternatif pengujian. Pada seri 1 perubahan dilakukan penambahan ambang (sill) pada ujung saluran samping berbentuk persegi setinggi 0,5 cm pada model. Perubahan seri 2 dengan meninggikan dasar saluran samping setinggi 1,5 cm pada model. Perubahan seri 3 adalah dengan penambahan ambang (sill) membentuk lengkung setinggi 1,5 cm pada model. Perubahan seri 4 adalah menghilangkan kombinasi pelimpah samping menjadi pelimpah overflow dengan penyempitan dihilir sebesar 40°. Pengamatan akan dilakukan dengan variasi debit banjir rancangan Q2th sampai Qpmf dengan fokus pengamatan pada pelimpah (spillway), saluran samping (side channel), peredam energi (stilling basin) dan geruaan di hilir bangunan. Kapasitas pengaliran pelimpah dan peredam enegi untuk semua debit pada seri 1 sampai 4 masih memenuhi syarat. Bahaya kavitasi untuk semua seri model tidak mengkhawatirkan. Peredam energi USBR tipe II masih efektif untuk mematahkan energi, namun dibagian hilir kolam olak masih terdapat gerusan lokal. Secara keseluruhan kondisi hidrolik yang paling baik dipresentasikan oleh model seri 3. Kata kunci: pelimpah, model fisi

    Analysis of Crystal Structure of the Welds with Friction-stir Welding Method on the Retreating Side for Bimetallic Disimilar Aa6061-cu Using Neutron Diffraction Techniques

    Full text link
    Crystal structure analysis has been performed on bimetallic disimilar Al-Cu. Neutron diffraction analysis shows that Al lattice parameter decrease from 4.09 Å to 4.05 Å while the Cu lattice parameter is relatively constant. This is due to the melting point ofAl is much lower than the melting point of Cu. Physically, during the Friction Stir Welding (FSW) process in the Stir Zone (SZ) or Nuget Welded Zone (NWZ) region, strong deformation occurs at temperatures around 500 oC. This leads to dynamic recrystallization where grains become more refined. At the Thermo Mechanically Affected Zone (TMAZ) region, atomic diffusion occurs due to a combination of strong plastic deformation at high temperatures. And for Heat Affected Zone (HAZ) area there are aluminium even with a very small percentage of weight, this is due to the exposure at a high temperature during the heating FSW process, similar with annnealing-like process, which leads to the dislocation disappears, dissolves and precipitates grain becomes rough when the temperature exceeds 250 oC

    CD4+ AND CD8+ T-CELLS EXPRESSING INTERFERON GAMMA IN ACTIVE PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS

    Get PDF
    Background: Tuberculosis (TB) is a global health problem. Immune response through CD4+ and CD8+ T cells is needed to produce Interferon gamma (IFN-γ), a cytokine eliminate Mycobacterium tuberculosis. We aimed to compare the cellular immune response based on the percentage of CD4+ and CD8+ T cells expressing interferon gamma in active pulmonary tuberculosis patients before and after 2 months of tuberculosis treatment. Methods: It is a longitudinal cohort study included 12 patients with new active pulmonary TB of the Pulmonary Hospital, Surabaya. The CD4+ and CD8+ T cells expressing interferon gamma was measured by flow cytometry method. Results: The mean CD4+ interferon gamma percentage of new active pulmonary TB before treatment was higher than 2 months after tuberculosis treatment (4.48% vs. 1.52%) and there was a significantly decreased (p = 0.025). The mean CD8+ interferon gamma percentage of new active pulmonary TB before treatment was higher than 2 months after tuberculosis treatment (3.56% vs. 2.89%) but not significantly decreased (p = 0.186). Conclusions: The mean CD4+ IFN-γ percentage of new active pulmonary TB before treatment was higher than 2 months after treatment, suggesting that CD4+ T cells expressing IFN-γ play a role in protection against pulmonary TB infecti

    Analisis Tekstur Padalasan Stainless Steel 201 dengan Teknik Difraksi

    Get PDF
    ANALISIS TEKSTUR PADALASAN STAINLESS STEEL 201 DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON. Baja tahan karat jenis austenitik merupakan baja tahan karat yang banyak dipakai dalam industri, salah satunya adalah industri rumah tangga. Dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi Stainless Steel (SS) 201 yang banyak dijual di pasaran. Sebelum dilakukan karakterisasi, plat SS 201 dipotong dengan ukuran 150 mm × 120 mm× 10 mm, kemudian dibuat lubang berbentuk alur pada kedua permukaan, sehingga alur berbentuk X Double V Groove (DVG), selanjutnya alur DVG dilas dengan sistem pengelasan multi pass menggunakan metode pengelasan Metal Inert Gas (MIG). Bahan yang sudah dilas kemudian dikarakterisasi dengan teknik difraksi neutron untuk mendapatkan pola difraksi dan pole figure pada daerah pusat lasan FusionZone (FZ), daerah terpengaruh panas Heat Affected Zone (HAZ) dan daerah logam dasar Base Metal Zone (BMZ). Selanjutnya pole figure dianalisis dengan perangkat lunak Beartex untukmenentukan arah orientasi dan kekuatan tekstur pada ketiga daerah tersebut. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada daerah pusat lasan butir kristalit terorientasi {110} dengan tipe Brass dengan indeks tekstur sekitar 3,12 m.r.d (multiple random distribution) yang ditunjukkan pada pole figure 200. Untuk daerah HAZ, tekstur paling kuat terorientasi pada {110} atau tipe Goss dengan indeks tekstur 4,8 m.r.d. Pada daerah logamdasar, tekstur secara dominan terorientasi kearah {010} atau tipe Cube dengan indeks tekstur tidak terlalu kuat, sekitar 1,53 m.r.d. Pada daerah pusat lasan, bidang (110) sejajar dengan sumbu normal (ND), dengan arah kristalit sejajar dengan arah pengerolan (RD) [112]. Pada daerah HAZ bidang (110) tersebut mengarah ke arah sumbu pengerolan [001], dengan indeks tekstur 1,5 kali lebih kuat dibanding FZ. Hal ini menunjukkan bahwa bidang (110) yang semula terorientasi kearah [112] pada FZ berubah menjadi sekitar 35,26º ke arah [001] pada daerah HAZ. Untuk daerah logamdasar bidang (010)mengarah sejajar dengan arah normal (ND) dan teksturmengarah pada arah pengerolan (RD) [100]

    ANALISIS STRUKTUR KRISTAL HASIL LAS FRICTION-STIR WELDING PADA RETREATING SIDE BIMETAL DISIMILAR AA6061-Cu DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

    Get PDF
    ANALISIS STRUKTUR KRISTAL HASIL LAS FRICTION-STIR WELDING PADA RETREATING SIDE BIMETAL DISIMILAR AA6061-Cu DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON. Telah dilakukan analisis struktur kristal pada paduan bimetal disimilar Al-Cu. Dari analisis difraksi neutron telah terjadi penurunan parameter kisi Al dari 4,09 Å menjadi 4,05 Å sedangkan parameter kisi Cu relatif konstan. Hal ini disebabkan titik lelehAl jauh lebih rendah dari titik leleh Cu. Secara fisis hal ini terjadi karena selama proses Friction Stir Welding (FSW) pada daerah Stir Zone (SZ) or Nuget Welded Zone (NWZ) terjadi deformasi yang kuat pada suhu sekitar 500 oC. Hal ini menyebabkan rekristalisasi secara dinamis, dimana butir menjadi lebih halus. Pada daerah Thermo Mechanically Affected Zone (TMAZ), terjadi difusi atomik yang disebabkan oleh kombinasi antara deformasi plastik yang kuat dengan suhu tinggi. Untuk daerah Heat Affected Zone (HAZ) masih terdapat aluminium dengan prosentase berat yang sangat kecil, hal ini disebabkan adanya paparan (exposure) pada suhu tinggi selama proses pemanasan FSW, mirip dengan proses annealing (annnealing-like proCess), yang menyebabkan dislokasi lenyap, presipitat melarut dan butir menjadi kasar apabila suhu melebihi 250 oC

    ANALISIS TEKSTUR PADALASAN STAINLESS STEEL 201 DENGAN TEKNIK DIFRAKSI

    Get PDF
    ANALISIS TEKSTUR PADALASAN STAINLESS STEEL 201 DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON. Baja tahan karat jenis austenitik merupakan baja tahan karat yang banyak dipakai dalam industri, salah satunya adalah industri rumah tangga. Dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi Stainless Steel (SS) 201 yang banyak dijual di pasaran. Sebelum dilakukan karakterisasi, plat SS 201 dipotong dengan ukuran 150 mm × 120 mm× 10 mm, kemudian dibuat lubang berbentuk alur pada kedua permukaan, sehingga alur berbentuk X Double V Groove (DVG), selanjutnya alur DVG dilas dengan sistem pengelasan multi pass menggunakan metode pengelasan Metal Inert Gas (MIG). Bahan yang sudah dilas kemudian dikarakterisasi dengan teknik difraksi neutron untuk mendapatkan pola difraksi dan pole figure pada daerah pusat lasan FusionZone (FZ), daerah terpengaruh panas Heat Affected Zone (HAZ) dan daerah logam dasar Base Metal Zone (BMZ). Selanjutnya pole figure dianalisis dengan perangkat lunak Beartex untukmenentukan arah orientasi dan kekuatan tekstur pada ketiga daerah tersebut. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada daerah pusat lasan butir kristalit terorientasi {110} dengan tipe Brass dengan indeks tekstur sekitar 3,12 m.r.d (multiple random distribution) yang ditunjukkan pada pole figure 200. Untuk daerah HAZ, tekstur paling kuat terorientasi pada {110} atau tipe Goss dengan indeks tekstur 4,8 m.r.d. Pada daerah logamdasar, tekstur secara dominan terorientasi kearah {010} atau tipe Cube dengan indeks tekstur tidak terlalu kuat, sekitar 1,53 m.r.d. Pada daerah pusat lasan, bidang (110) sejajar dengan sumbu normal (ND), dengan arah kristalit sejajar dengan arah pengerolan (RD) [112]. Pada daerah HAZ bidang (110) tersebut mengarah ke arah sumbu pengerolan [001], dengan indeks tekstur 1,5 kali lebih kuat dibanding FZ. Hal ini menunjukkan bahwa bidang (110) yang semula terorientasi kearah [112] pada FZ berubah menjadi sekitar 35,26º ke arah [001] pada daerah HAZ. Untuk daerah logamdasar bidang (010)mengarah sejajar dengan arah normal (ND) dan teksturmengarah pada arah pengerolan (RD) [100]

    STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI ITIK PEGAGAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH

    Get PDF
    Penelitian ini bermaksud untuk menyusun strategi pengembangan agroindustri berbasis itik Pegagan sebagai komoditas unggulan daerah. Ternak Itik Pegagan merupakan plasma nutfah lokal yang memiliki prospek untuk dikembangkan. Namun hingga saat ini jika dilihat dari populasinya justru ada kecendrungan menurun. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT untuk penentuan alternatif strategi pengembangan Agroindustri Itik Pegagan, kemudian untuk penetapan prioritas strategi menggunakan QSPM. Hasil penelitian diperoleh strategi terpilih yaitu revitalisasi sistem perbibitan rakyat oleh pemerintah daerah di sentra ternak itik Pegagan yang berbasis sumber daya lokal melalui regulasi dan penerapan teknologi tepat guna

    PENURUNAN KERAGAMAN GENETIK PADA F-4 IKAN NILA MERAH “CANGKRINGAN” HASIL PEMULIAAN DIDETEKSI DENGAN MARKER GENETIK

    Get PDF
    Variasi genetik ikan nila merah “Cangkringan” hasil pemuliaan dimonitor dengan menggunakan marker d-Loop DNA untuk mengetahui pembawa keragaman genetik yang dihasilkan karena kegiatan seleksi. DNA diekstraksi dari sirip ikan nila generasi 1 (F-0) hingga generasi ke-5 (F-4) dan diamplifikasi daerah d-Loop pada mitokondria menggunakan primer LH 1509 dan FH 1202. Secara statistik tidak terdapat perbedaan genotipe yang nyata antara ke-5 generasi ikan nila yang diuji. Terdapat penurunan variasi genetik dan kehilangan haplotipe sebesar 25% dari generasi pertama ke generasi 5 akibat seleksi berdasarkan komposite haplotipe dengan empat enzim restriksi Mbo-I, Hae-III, Rsa-I, dan Alu-I

    PENURUNAN KERAGAMAN GENETIK PADA F-4 IKAN NILA MERAH “CANGKRINGAN” HASIL PEMULIAAN DIDETEKSI DENGAN MARKER GENETIK

    Get PDF
    Variasi genetik ikan nila merah “Cangkringan” hasil pemuliaan dimonitor denganmenggunakan marker d-Loop DNA untuk mengetahui pembawa keragaman genetik yang dihasilkan karena kegiatan seleksi. DNA diekstraksi dari sirip ikan nila generasi 1 (F-0) hingga generasi ke-5 (F-4) dan diamplifikasi daerah d-Loop pada mitokondria menggunakan primer LH 1509 dan FH 1202. Secara statistik tidak terdapat perbedaan genotipe yang nyata antara ke-5 generasi ikan nila yang diuji. Terdapat penurunan variasi genetik dan kehilangan haplotipe sebesar 25% dari generasi pertama ke generasi 5 akibat seleksi berdasarkan komposite haplotipe dengan empat enzim restriksi Mbo-I, Hae-III, Rsa-I, dan Alu-I
    corecore