42 research outputs found

    Pendugaan Parameter Genetik Vigor untuk Viabilitas dan Vigor Benih Cabai (Capsicum annuum L.) Menggunakan Analisis Setengah Dialel

    Get PDF
    ABSTRACTThe purpose of this study was to estimate the narrow sense heritability (h2ns), broad sense heritability (h2bs), heterosis, and heterobioltiosis, coefficient of genetic variances, coefficient of phenotypic variances, additive and dominant variances. Pepper population used in this study consisted of IPB C2, IPB C9, IPB C10, IPB C15 and half diallel hybrid. To estimate the effect of reciprocal IPB C10 x IPB C2 hybrid was used. Accelerated aging method was used to test the vigor using methanol 20% in five periods of time 0, 2, 4, 6 and 8 hours. Observations consisted of: (1) germination rate, (2) the length of radicle, (3) the length of hypocotile, (4) dry weight of normal seedlings, (5) speed of growth, (6) electrical conductivity and (7) moisture content. Genetic parameters were estimated using affinity analysis. Reciprocal effect indicated that there was no maternal effect. Parents with high combining ability was IPB C15 and that with high specific combining ability was IPB C2 x IPB C5 and gave positive heterosis.Key words: pepper, genetic coefficient, heterosis, seed vigor, specific combining ability ABSTRAKPenelitian ini bertujuan menduga nilai parameter genetik untuk viabilitas dan vigor benih cabai menggunakan metode persilangan setengah dialel untuk mendapatkan informasi nilaiheritabilitas, heterosis, koefisien keragaman genetik, varians aditif dan dominan, sehingga diharapkan dapat mendukung keberhasilan program pemuliaan yang mengkombinasikan karakter tanaman dengan viabilitas dan vigor benih yang baik. Empat genotipe tetua cabai yang digunakan adalah IPB C2, IPB C9, IPB C10, IPB C15, dan enam genotipe cabai hasil persilangan antar tetua adalah IPB C2 x IPB C9, IPB C2 x IPB C10, IPB C2 x IPB C15, IPB C9 x IPB C10, IPB C9 x IPB C15, IPB C10 x IPB C15. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Pengamatan untuk pengujian vigor dan viabilitas dilakukan pada genotipe tetua dan persilangan dengan tolok ukur yaitu (1) daya berkecambah (2) panjang akar, (3) panjang hipokotil, (4) bobot kering kecambah (5) kadar air benih, (6) kecepatan tumbuh (Kct), dan (7) daya hantar listrik (DHL). Pengujian vigor daya simpan benih cabai pada genotipe tetua dan persilangan menggunakan metode pengusangan cepat methanol 20%. Setelah pengujian vigor daya simpan benih dilakukan analisis varian dan analisis regressi dan analisis statistik biometrik. Hasil analisis menunjukkan bahwa genotipe cabai IPB C15 mempunyai nilai daya gabung umum yang tinggi untuk vigor daya simpan benih sehingga dapat dijadikan sebagai tetua untuk perakitan varietas F1 hibrida vigor daya simpan benih tinggi. Kombinasi persilangan tetua IPB C2 x IPB C15 menghasilkan benih yang memiliki vigor daya simpan benih tinggi.Kata kunci : cabai, daya gabung khusus, heterosis, koefisien genetik, vigor beni

    First Report of Colletotrichum siamense

    No full text

    Optimasi Purifikasi Imunoglobulin-Y (IgY) Kuning Telur Ayam Menggunakan Asam Kaprilat dalam Berbagai Konsentrasi, Variasi Waktu, dan Kecepatan Pengadukan

    No full text
    Penelitian menggunakan imunoglobulin untuk berbagai tujuan, antara lain diagnosa penyakit, terapi serum konvalesens, antitoksin, deteksi pemalsuan daging, dan pengawetan makanan. Ayam memiliki imunoglobulin-Y (IgY) yang terdeposit didalam telur sehingga untuk mendapatkan antibodi IgY sangat efisisen, karena tidak membutuhkan prosedur invasif, kontinyu, dan tingkat produksi yang tinggi. Oleh karena itu, ayam memiliki potensi yang besar dalam pengembangan produksi antibodi dari telur. Asam kaprilat selama ini telah banyak digunakan untuk mengisolasi imunoglobulin. Metode purifikasi menggunakan asam kaprilat tunggal untuk mengisolasi IgY hingga saat ini belum dikembangkan. Tujuan riset ini adalah untuk mengoptimasi metode purifikasi IgY kuning telur ayam menggunakan asam kaprilat tunggal dengan berbagai konsentrasi (3%,4%,5%,6%,7%, dan 8%), waktu (30,60,90, dan 120 menit), dan kecepatan pengadukan (450 dan 900 rpm). Hasil purifikasi asam kaprilat pada pengaruh konsentrasi memberikan hasil optimal pada konsentrasi 6%. Perlakuan dilanjutkan berupa perbedaan waktu pengadukan menggunakan asam kaprilat 6% mendapatkan waktu optimal selama 30 menit. Kecepatan pengadukan menggunakan asam kaprilat 6% selama 30 menit menghasilkan visualisasi yang baik pada kecepatan 450 rpm. Perlakuan dilanjutkan dengan mengoptimasi proses delipidisasi dengan meningkatkan pengenceran 2:1 dan menghasilkan pita protein IgY yang lebih murni. Kesimpulan, metode purifikasi yang optimal dan yang dapat direkomendasikan adalah pada pengenceran delipidisasi 2:1, konsentrasi asam kaprilat 6%, keepatan 450 rpm dan dalam waktu 30 menit

    Pengaruh Penggunaan Asam terhadap Pemisahan Logam dari Abu Layang Batubara sebagai Bahan Dasar Sintesis Zeolit

    Full text link
    Abu layang merupakan produk samping berupa limbah padat yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik, yang mengandung sebagian besar senyawa silika (SiO2), alumina (Al2O3), dan oksida besi (Fe2O3). Abu layang berpotensi digunakan sebagai bahan dasar sintesis zeolit.  Adanya pengotor pada abu layang seperti Fe dan Ca akan berpengaruh terhadap tingkat kemurnian zeolit yang diperoleh. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan asam klorida (HCl) terhadap pemisahan logam Fe dan Ca dari abu layang sebagai bahan dasar sintesis zeolit. Metode yang digunakan untuk pemisahan logam Fe dan Ca menggunakan HCl dari abu layang adalah dengan menggunakan refluks. Pada penelitian ini, HCl dibuat variasi konsentrasi 4 M; 8 M; dan 12 M dan dilakukan analisis X-Ray Fluoerescence (XRF) terhadap abu layang. Kandungan logam Fe dan Ca sebelum perlakuan asam adalah 34.28% dan 21.60%. Berdasarkan hasil analisis XRF, abu layang dengan perlakuan asam HCl 4 M, 8 M dan 12 M menunjukkan penurunan kandungan Fe menjadi 16,29%;  14,03%; 11,98%  dan penurunan Ca menjadi 3,59%, 3,30%, dan 2,96%.  Dapat disimpulkan bahwa pemisahan kandungan logam Fe dan Ca kadarnya semakin berkurang dari abu layang dengan semakin besar konsentrasi HCl.   Kata kunci: abu layang; asam klorida; zeolit

    Characteristics and distribution of Colletotrichum species in coffee plantations in Hainan, China

    No full text
    Anthracnose caused by Colletotrichum species is a serious disease on a range of economically important hosts. To determine the Colletotrichum species in coffee plantations in Hainan, China, 55 isolates were obtained from Coffea arabica (arabica) and C. canephora var. robusta (robusta) in five counties. Initially, partial sequences of glyceraldehyde-3-phosphate dehydrogenase (GAPDH) were used to measure fungal genetic diversity. Then a subset of 23 isolates was selected to represent the range of genetic diversity, varieties and geographic origin for further multilocus phylogenetic analyses. These isolates belong to eight known Colletotrichum species from three Colletotrichum species complexes, including gloeosporioides (C. endophytica, C. fructicola, C. ledongense, C. siamense and C. tropicale), boninense (C. karstii), gigasporum (C. gigasporum), and one singleton species (C. brevisporum). Of these, C. siamense was isolated in all sampled counties and C. fructicola was identified in three counties. The other six species were isolated only in one or two counties. Only C. siamense and C. fructicola were isolated from arabica, whereas all eight species were isolated from robusta. Occurrence of C. brevisporum, C. endophytica, C. ledongense and C. tropicale in coffee has not been reported previously. Pathogenicity tests showed that all eight species were pathogenic to coffee leaves and fruit. In vitro tests showed that Colletotrichum isolates from coffee in Hainan were most sensitive to prochloraz, less sensitive to carbendazim, propiconazole and difenoconazole, and least sensitive to myclobutanil
    corecore