110 research outputs found

    Implementation of Guided Inquiry Physics Instruction to Increase an Understanding Concept and to Develop the Students' Character Conservation

    Get PDF
    The Measurement Concepts Instruction (MCI) is carried out by implementation of guided inquiry experiment model. The objectives is to develop the understanding concept and SMA students' character. The method used experiment educational research, with post- test control group design. The data of the understanding on property and measurement is collected by essay test and an observation sheets for students' character conservation. The subject of tutorial and non tutorial groups consist of 32 students respectively. The data were analyzed by t test and correlation analysis. The results showed a) the positive correlation between students' character and mastery on concept in high category (p = 0.002) and b) students' character conservation is significantly difference between tutorial and non tutorial groups. It can be concluded that the implementation of the guided inquiry experiment model to effective increase the understanding property and measurement and to develop students' character of senior high school students.Pembelajaran Fisika (PF) dilaksanakan melalui implementasi model eksperimen inkuiri terbimbing. Tujuan utama penelitian ini untuk mengungkap konsep besaran dan pengukuran dan mengembangkan nilai karakter konservasi siswa SMA. Metode penelitian ialah eksperimen kependidikan dengan post-test control group design digunakan. Subjek penelitian adalah kelompok perlakuan dengan tutorial dan non tutorial masing-masing 32 siswa. Data penelitian konsep besaran dan pengukuran dan nilai karakter konservasi dikumpulkan dengan tes uraian dan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji t dan uji korelasi. Hasil penelitian yaitu: a) ditemukan korelasi positif antara nilai karakter konservasi dan penguasaan konsep besaran dan pengukuran pada kategori tinggi dan sangat signifikan (p = 0,002), dan b) diperoleh perbedaan penguasaan konsep yang signifikan antara kelompok tutorial dan non tutorial. Simpulan penelitian bahwa implementasi model eksperimen inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan penguasaan besaran dan pengukuran dan mengembangkan nilai karakter konservasi siswa SMA

    Ekstraksi Ion Krom Dalam Asam Nitrat Dengan Teknologi Membran Cair Untuk Limbah Industri Penyamakan Kulit

    Get PDF
    The objective of the research was to use of liquid membrane emulsion technique for the extraction of chrom in the nitrate acid solution. The liquid membrane phase as emulsion consists of kerosene as the solvent, sorbitan monooleat (span-80) as the surfactant, trioktil amin, as the carrier, natrium hidroksida as the internal phase. The optimum conditions obtained for making membrane, the liquid membrane phase was consists of organic phase (O), the internal liquid phase (W) with the ratio of O/W = 1, the concentration sorbitan monooleat (span-80) in the membrane phase was 4%(v/v), the optimum time to achieve a emulsion was 5 minutes, the rate of stirring for membrane 8000 rpm. The optimum conditions obtained for extraction chrom ion as of chrom nitrate from solution with percentage of liquid membrane extraction used of 97,8% and the percentage of liquid membrane extraction used of 97,8% and the percentage of liquid-liquid extraction of 81,24% were as follow : the concentration of nitric acid in external phase was 3M, the concentration of tri oktil amin in the membrane phase was 5% (v/v), the concentration of natrium hidroksida in internal phase was 1% (v/v), the extraction time was 15 minutes and volume ratio of membrane phase and external phase was 1 : 3. The addition of Fe and Zn ions solution decreased the percent extraction of chrom ion. INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk meneliti teknik membran cair dalam ekstraksi krom pada larutan asam nitrat. Fasa membran yang berupa emulsi terdiri dari kerosene sebagai pelarut, sorbitan monooleat (span-80) sebagai surfaktan, tri oktil amin (TOA), sebagai zat pembawa serta natrium hidroksida sebagai fasa internal. Kondisi optimum yang diperoleh untuk pembuatan membrane cair, fasa membran terdiri dari fasa organic (O), fasa internal (W) dengan perbandingan O/W = 1, konsentrasi sorbitan monooleat dalam fasa membran 4%(v/v), waktu optimum pembuatan emulsi 4 menit, kecepatan pengadukan 8000 rpm. Kondisi optimum yang diperoleh untuk mengekstraksi krom dari larutan yang mengandung krom nitrat dengan prosen ekstraksi membran-cair sebesar 97,80% dan proses ekstraksi cair-cair sebesar 81,24% adalah sebagai berikut : konsentrasi asam nitrat dalam fasa eksternal adalah 3M, konsentrasi tri oktil amin dalam fasa membran adalah 5%(v/v), konsentrasi natrium hidroksida, dalam fasa internal 1%(v/v), 1 M dan lamanya waktu ekstraksi ialah 15 menit dan perbandingan volume fasa membran dan volume fasa eksternal adalah 1 : 3. Penambahan ion ferro dan seng dalam larutan krom akan menurunkan prosen ekstraksi kro

    Pengujian Panel Surya Dinamik dan Statik dengan Melakukan Perbandingan Daya Output

    Full text link
    Some consideration in generating electrical energy is to produce big enough energy, economical cost andnot have negative impact to environment. In this test has been made mechanical system that can move solarpanel to the sun and Know the comparison of solar panel power output between solar panels Dynamics andstatic solar panels. The dynamic solar panel output power and static solar panels are both increasing in timefollowing the position of the sun. Optimum power of solar panels occur at midmorning until the beginning of thesun slip.From the test results found that the highest level of voltage levels are at 11:30 to 12:30. This is becausethe sun is just above the daily sunshin

    Genetic Relatedness Between Batur, Merino and Local Sheep Based on Random Amplyfied Polymorphism DNA Marker

    Get PDF
    RAPD analysis to determine the diversity, status and genetic close relatioship Batur with Merino, Garut, Thin Tail and Fat Tail sheep genomic DNA was used in 27 Batur, 15 Merino, 17 Garut, 15 Thin Tails and Fat Tails animals. The process of RAPD-PCR used five primers of 10 nucleotides. PCR results were electrophoresed with 2% agarose gel. Identified similarities and differences between individual RAPD bands one and cross-sample of the population, genetic distance and closeness of genetic relationship. The process 89 sample sheep RAPD-PCR generated of 4189 band from 100 to 1500 bp which consisted of 91 type. Batur sheep samples produced bands at most (1666 tape) and the lowest Fat Tails (493 bands). The number monomorfism of bands most of the Batur (891 bands) and the lowest Garut (170 bands), but the polymorphism band\u27s highest of the Batur (775 bands) and the lowest Fat Tails (262 bands). Between individuals within populations have similar genetic Merino highest and the lowest Thin Tail. Cross-population genetic similarity is highest individuals in the population Batur and Merino, while the lowest Merino and Thin Tail. The closest genetic distance was Batur with Merino population and the most apart distant Merino with Thin Tail or Merino and Fat Tails. Batur sheep population has the closest genetic relationship with the Merino and the most apart distant is with Fat Tail. (Animal Production 13(1):30-38 (2011

    Pengembangan Modul Problem Based Instruction (Pbi) Yang Diterapkan Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (Tps) Pada Materi Spermatophyta

    Full text link
    Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk: (1) mengembangkanmodul pembelajaran yang layak dalam pembelajaran biologi pada materi Spermatophyta di SMA, (2)mengetahui efektivitas modul Problem Based Instruction yang diterapkan dalam pembelajaran kooperatiftipe Think Pair Share pada materi Spermatophyta terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 ParangMagetan, (3) mengetahui efektivitas modul, model, dan media interaktif Problem Based Instruction yangditerapkan dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi Spermatophyta terhadap hasilbelajar siswa di SMA Negeri 1 Parang Magetan.Prosedur penelitian yang digunakan ialah penelitian dan pengembangan (research and development)model konseptual menurut Borg and Gall yang dimodifikasi menjadi delapan tahap yaitu: (1) potensi danmasalah, (2) pengumpulan data dan informasi, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, (5) revisi Iproduk, (6) uji coba produk pada skala kecil, (7) revisi II produk, (8) uji coba produk pada skala lapangan.Validasi produk dilakukan oleh ahli materi, ahli modul, ahli pembelajaran, dan praktisi pembelajaran disekolah tempat penelitian. Metode penelitian yang digunakan pada pelaksanaan uji coba produk ialahdeskriptif kualitatif.Hasil penelitian dan pengembangan ini ialah: (1) dihasilkan produk pengembangan berupa modulProblem Based Instruction yang diterapkan dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share padamateri Spermatophyta yang terbagi dalam dua kali kegiatan pembelajaran. Pada setiap kegiatan pembelajaranterdapat kegiatan ā€œmari kita pikirkanā€, ā€œmari berpasanganā€, ā€œmari berbagiā€, dan diakhiri dengan uraianmateri, post test, dan tugas terstruktur, (2) modul pembelajaran cukup efektif dalam meningkatkan hasilbelajar siswa sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (3) model, modul, dan mediainteraktif yang diterapkan secara bersama-sama juga cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswakhususnya pada materi Spermatophyta

    Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Masalah Dengan Tema Otot Di SMP Negeri 2wonogiri Tahunpelajaran 2013/2014

    Full text link
    Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa IPA di SMP diajarkan secaraterpadu, tetapi pada Kenyataannya pembelajaran IPA di SMP belum terpadu. Hasil analisis kebutuhanmenunjukkan bahwa guru dan siswa membutuhkan bahan ajar berupa modul IPA Terpadu. Tujuan penelitianini adalah mengembangkan modul IPA Terpadu yang layak dan efektif untuk pembelajaran IPA di SMP.Pembelajaran IPA Terpadu berbasis masalah menggunakan tipe connected. Penelitian ini merupakanpenelitian pengembangan dengan model 4-D. Produk Research and Development yang dikembangkan padapenelitian ini adalah modul IPA terpadu berbasis masalah dengan tema otot. Produk divalidasi oleh duadosen ahli. Setelah dilakukan revisi, produk diujicobakan pada kelas kecil sejumlah 10 siswa, setelahmengalami revisi kemudian produk diujicobakan pada kelas skala besar sejumlah 29 siswa. Untukmengetahui kelayakan produk digunakan instrumen penilaian yang dinilai oleh dosen ahli, guru IPA, temansejawat dan siswa dengan hasil sangat layak. Uji efektivitas produk dilakukan pretes dan postes untukmenentukan nilai N-Gain dengan hasil dalam kategori sedang dan dilihat dari hasil prestasi belajar, semuasiswa tuntas di atas KKM. Hasil uji homogenitas dan normalitas data N-gain kelas kontrol dan eksperimenadalah homogen dan normal. Hasil uji T-test diperoleh terdapat perbedaan signifikan antara N-gain kelaskontrol dan kelas eksperimen. Dengan demikian produk modul IPA terpadu dapat membedakan nilai sebelumdan sesudah menggunakan modul, dan meningkatkan nilai hasil belajar dilihat dari N-gain, layak danefektif digunakan

    Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing Disertai Multimediapadamateri Keanekaragaman Makhluk Hidup Di SMPN 1 Kendal Kabupaten Ngawi

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk: mengembangkan modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi keanekaragaman makhluk hidup untuk memecahkan masalah belajar siswa dalam pembelajaran; menguji kelayakan produk modul pembelajaran yang dikembangkan; dan menguji efektivitas produk modul untuk mata pelajaran IPA siswa SMPN 1 Kendal Kabupaten Ngawi. Rancangan penelitian yang digunakan mengacu pada modifikasi model pengembangan Borg and Gall (1989), yang meliputi 5 tahap yaitu, tahap studi pendahuluan, tahap desain produk (perencanaan dan pengembangan draf produk), tahap validasi dan revisi, tahap uji coba dan revisi produk, dan produk akhir. Uji coba dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu tahap pertama review dengan ahli isi/materi serta ahli media pembelajaran, tahap kedua uji coba praktisi, tahap ketiga uji coba produk kelompok kecil terhadap 10 siswa, tahap terakhir uji coba lapangan dalam setting eksperimen terhadap 49 siswa. Hasil penelitian menunjukkan: perolehan rata-rata penilaian hampir semua tahapan, yaitu pada uji coba ahli adalah 3,6 dalam skala empat, nilai tersebut termasuk kategori ā€œsangat baikā€. Pada uji coba oleh praktisi total rata-rata keseluruhan adalah 3,8 dalam skala empat (ā€œsangat baikā€). Pada uji coba skala kecil total rata-rata keseluruhan adalah kategori 3,7 dalam skala empat (ā€œsangat baikā€). Pada uji coba lapangan total rata-rata keseluruhan adalah 3,7 dalam tabel skala empat (ā€œsangat baikā€); efektivitas produk dilihat melalui skor rata-rata post test kelompok yang diberi perlakuan adalah 84,96 dan skor rata-rata post test kelompok yang menggunakan modul tanpa multimedia adalah 79,21. Hasil uji coba dengan menggunakan uji t menunjukkan perbedaan yang signifikan nilai yang diperoleh siswa yang menggunakan modul disertai multimedia dan siswa yang menggunakan modul tanpa multimedia

    Pengaruh Compaction Ratio Terhadap Sifat Papan Lantai Partikel Kayu Jati Dan Sengon

    Full text link
    Wood particle board is one of building materials which can be used as floor like solid wood. To utilize particle boards with appropriate compaction ratio, study should be conducted to know the influence of compaction ratio on the particle board characteristics of two wood species namely teak and sengon, and the research result could be used as a base of the assessment to particle board for building. The preliminary test was done to know the density of teak and sengon wood. This study used teak and sengon wood particles with 10% by weight of particle urea formaldehyde adhesive UA-147. This study was arranged in the completely randomised design with factorial experiment. The factors in this experiment were compaction ratio and wood species, while the parameters which observed were density, water content, water absorption, thickness swelling, internal bonding, hardness, MOE, and MOR. The research result showed that the higher compaction ratio, the higher density, internal bonding, hardness, MOR and MOE of both species particle board, the higher thickness swelling, and the lower water absorption of sengon particle board. The highest average density of the teak particle board was 0,80 g/cm3 (J1K3) and 0,67 g/cm3 for sengon (J2K6). The highest average internal bonding of the teak particle board was 5,20 kg/cm2 (J1K3) and 5,85 kg/cm2 for sengon (J2K6). The highest average hardness of the teak particle board was 666,7 kg/cm2 (J1K3) and 533,3 kg/cm2 for sengon (J2K6). The highest average MOR of the teak particle board was 145,9 kg/cm2 (J1K3) and 162,7 kg/cm2 for sengon (J2K6). The highest average thickness swelling of the sengon particle board was 30,76% (J2K4) and 11,84% the lowest (J2K3). The highest average MOE of the sengon particle board was 18605,45 kg/cm2 (J2K6) and 22580,41 kg/cm2 for the teak (J1K3). The highest average water absorption of the sengon particle board was 170,30% (J2K1) and 72,12% the lowest (J2K6). With the same compaction ratio of the teak and sengon particle board, the teak wood species had the better physic and mechanic characteristics than sengon. Based on the comparation result with some industries standard of the particle board, it showed that particle boards J2K1, J2K2, and J2K3 did not correspond to some industries standard
    • ā€¦
    corecore