11 research outputs found

    Peningkatan Produksi 8-Hydroxy 9,12-Octadecadienoic Acid (8-HODE) dari Kapang Endofit Curvularia lunata BioMCC Fe-00283 dengan Optimasi Media Fermentasi

    Get PDF
    8-Hydroxy 9,12-octadecadienoic acid (8-HODE) is an oxidized aliphatic fatty acid belongs to the group of oxylipins, which shows bioactivity. It was reported previously that Curvularia lunata BioMCC FE-00283, an endophytic fungi from Cibotium barometz be able to produce 8-HODE by submerged fermentation. Glucose, monosodium glutamate, corn oil are media components which showed significant effect toward HODE production by C. lunata BioMCC FE-00283. In this study we reported the enhancement of 8-HODE production by adding potato extract to previouse medium. These four medium components, which were potato extract, glucose, monosodium glutamate and corn oil, were optimized for 8-HODE production by Response Surface Metodology (RSM). A full factorial Central Composite Design (CCD) was used to explain the interaction effect between media components. Maximum HODE production predicted by the quadratic model was 16.46 mg/L where media composition consits of 36.50% potato extract, 3.60 g/L glucose, 15.92 g/L monosodium glutamate and 0.96 ml/L corn oil. Experimentally verification using these medium composition production of 8-HODE reached 16.189 ± 0.526 mg/L. This optimization,which was added potato extract as variabel in medium optimization was enhanced 3 times fold of 8-HODE concentration compare to the 3 variabel optimization.8-Hydroxy 9,12-octadecadienoic acid (8-HODE) adalah salah satu asam lemak alifatik dari kelompok senyawa oksilipin yang menunjukkan aktivitas biologis. Telah dilaporkan sebelumnya bahwa Curvularia lunata BioMCC FE-00283, kapang endofit yang diisolasi dari tanaman Cibotium barometz, pada kultur fermentasi cair mampu menghasilkan 8-HODE. Glukosa, monosodium glutamat dan minyak jagung adalah komponen media fermentasi yang menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi 8-HODE oleh C. lunata BioMCC FE-00283. Dalam tulisan ini dilaporkan peningkatan produksi 8-HODE dengan menambahkan ekstrak kentang pada komposisi media hasil optimasi sebelumnya. Empat komponen media yang terdiri dari ekstrak kentang, glukosa, monosodium glutamat dan minyak jagung dioptimasi untuk produksi 8-HODE menggunakan Response Surface Metodology (RSM). Rancangan full factorial Central Composite Design (CCD) digunakan dalam percobaan ini agar dapat menjelaskan interaksi antar komponen media fermentasi. Hasil optimasi menunjukkan bahwa produksi 8-HODE maksimal yang diprediksi oleh model kuadratik adalah 16,46 mg/L. Hasil optimal tersebut dicapai pada komposisi media yang terdiri dari ekstrak kentang 36,50%; glukosa 3,60 g/L; monosodium glutamat 15,92 g/L dan minyak jagung 0,96 ml/L.Verifikasi komposisi media hasil optimasi menghasilkan 8-HODE sebesar 16,189 ± 0,526 mg/L. Hasil optimasi dengan menambahkan ekstrak kentang dalam optimasi media fermentasi ternyata meningkatkan konsentrasi 8-HODE tiga kali lipat dibandingkan dengan hasil optimasi dengan 3 peubah

    PENICILLIN PRODUCTION BY MUTANT OF Penicillium chrysogenum

    Get PDF
    Penisilin adalah antibiotika yang pertama kali ditemukan dan digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri. Sejak ditemukan penisilin sebagai antibiotika oleh Alexander Fleming pada tahun 1928, banyak usaha dilakukan untuk meningkatkan produktivitas Penicillium chrysogenum. Pemuliaan galur untuk meningkatkan produksi penisilin dapat menggunakan mutasi acak secara fisika dan kimia. Pada penelitian ini, radiasi sinar ultraviolet digunakan untuk mendapatkan mutan P. chrysogenum. Produksi penisilin ditentukan menggunakan HPLC dan produktivitas mutan dibandingkan dengan induk P. chrysogenum. Mutan M12 menghasilkan penisilin 1,23 kali lebih banyak dibandingkan dengan induk P. chrysogenum.Kata kunci: Penisilin, Penicillium chrysogenum, ultraviolet, mutan, radiasi ABSTRACTPenicillin is the first antibiotic discovered and used for treatment of bacterial infections. Since the discovery of penicillin as antibiotic by Alexander Fleming in 1928, much effort has been invested to improve productivity of Penicillium chrysogenum. Strain improvement to increase the penicillin production can be carried out by physical and chemical random mutation. In this research, ultraviolet irradiation was used to obtain P. chrysogenum mutant. Penicillin production was determined by using HPLC and productivity of P. chrysogenum mutants was compared to the wild type. Mutant M12 produced 1.23 fold higher penicillin than the wild type did.Keywords: Penicillin, Penicillium chrysogenum, ultraviolet, mutant, radiatio

    Synthesis of (6-Methoxy-2,5-dinitro-quinoline-4-yl)-(5-vinyl-1-aza-bicyclo[2.2.2]oct-2-yl)-methanol) and In Vitro Assay Against Plasmodium falciparum 3D7

    Get PDF
    Quinine, a naturally happening alkaloid initially utilized for the treatment of muscle cramps, is currently most usually utilized to treat malaria. Symptoms of poisonous quinine, called Cinchonism, include wooziness, tinnitus (ringing in the ears), blurred vision, nausea, vomiting, serious adverse reaction to excessive quinine use, vision impairment and deafness. This research aimed to obtain more polar quinine derivatives using reactions with sulfuric acid and nitric acid to reduce toxicity. The reactions were performed analogously to the procedures reported in the literature. The characterization of reaction products utilizing proton (1H) and carbon-13 (13C) nuclear magnetic resonance (NMR) spectroscopy showed that the reaction using reagents led to nitration of the quinoline ring with the yields of 7.09 %. The IC50 value of >10.000 μg/mL was obtained from the antimalarial test against Plasmodium falciparum 3D7. The IC50 values proved that the synthesis products (6-Methoxy-2,5-dinitro-quinoline-4-yl)-(5- vinyl-1-aza-bicyclo[2.2.2]oct-2-yl)-methanol) was not potential for malaria treatment

    Effect of Phenylacetic Acid Addition on Productivity of Penicillium chrysogenum in Penicillin G Production Using Pilot Scale Reactor

    Get PDF
    Effect of penicillin’s precursor addition, phenylacetic acid (PAA), was done by addition of PAA in several concentrations in a pilot scale reactor batch culture to produce penicillin G with fungi Penicillium chrysogenum. Culture was analyzed by morphology observation and PAA was analyzed by HPLC. High concentration of PAA showed decreasing of biomassa and production of penicillin G that had contribution in increasing of cellular autolysis. However, Penicillium chrysogenum’s morphology analysis did not show significant effect in autolysis and decreasing of biomassa. Low concentration of PAA showed low production of penicillin G and low effect in biomassa or autolysis. Those effects of PAA addition need an exploitation to induce the phenomenon in Penicillium chrysogenum’s culture

    Uji Sitotoksisitas Fraksi Aktif dan Senyawa Murninya yang Dihasilkan oleh Kapang Endoiit Tanaman Obat dari Lombok Timur terhadap Sel MCF-7

    No full text
    Screening for citotoxicity has been conducted on 36 endophytic fungi isolated from medicinal plants in East Lombok. Isolates were cultivated in 100 mL potato dextrose yeast extract medium in 250 mL Erlenmeyer, incubated at 28°C and shaked in 150 rpm for 10 days. Broth was extracted with buthanol, ethyl acetate and dichloromethane. Extracts were concentrated under vacuum concentrator and assayed for citotoxicity against Artemia salina using the BSLT method. Screening using 100 mg/L of crude extract showed that 9 extracts were active out of 108 extracts assayed. Further screening based on LC50 showed that the ethyl acetate extract from fungus ENLT 74.3d.2 was the most active with LC 50=30.21 mg/L. Fungus was isolated from Cibotium barometz and described as Curvularia lunata. The most active extract was fractionated by column silica gel 60 and eluted using hexane, ethyl acetate, and methanol. These fractions showed that the ethyl acetate fraction was the most active fraction (LC50 = 4.69 mg/L). Purification was conducted by HPLC using column C18 and eluted by gradient system of acetonitril water 15% to 100% in 25 minutes. The active compound retention time was 14-16 min, λmax = 233 nm, and at 5 mg/L could inhibit 28% MCF-7 cell proliferation.Telah dilakukan penapisan toksisitas 36 fungi endofit dari tanaman obat berasal dari Lombok Timur. Isolat dikultivasi pada 100 mL medium potato dextrose yeast extract dalam Erlenmeyer 250 mL, suhu 28°C dan kecepatan pengocokan 150 rpm selama 10 hari. Kaldu fermentasi diekstrak menggunakan butanol, etil asetat dan dikhloromethan. Ekstrak dipekatkan menggunakan konsentrator vakum, diuji sitotoksisitasnya terhadap larva Artemia salina menggunakan metode BSLT. Penapisan pertama pada konsentrasi 100 mg/L diperoleh 9 ekstrak aktif dari 108 ekstrak uji. Penapisan lanjutan berdasarkan LC50 menunjukkan bahwa yang paling aktif adalah ekstrak etil asetat dari kapang endofit ENLT 74.3d.2 dengan LC50 30,21 mg/L. Fungus ini diisolasi dari tanarnan Cibotium barometz, dan dideskripsikan sebagai Curvularia lunata. Ekstrak teraktif difraksinasi menggunakan kolom silica gel 60 dan dielusi secara gradien bertahap menggunakan heksan, etil asetat, dan metanol. Pengujian fraksi fraksi menunjukkan bahwa fraksi etil asetat adalah fraksi teraktif dengan LC 50 = 4,69 mg/L. Senyawa aktif dimurnikan menggunakan kromatograii cair kinerja tinggi dengan fasa diam C18 dan fasa gerak asetonitril air secara gradien 15%-100% dalam 25 menit. Senyawa aktifmempunyai waktu retensi 14-16 menit dan serapan maskimum pada Î» = 233 nm dan pada konsentrasi konsentrasi 5 mg/L. mampu menghambat 28% proliferasi sel MCF-7

    Selection of Carbon and Nitrogen Source for 8-Hydroxy 9, 12-Octadecadienoic Acid Production using Endophytic Fungi Curvularia lunata BioMCC FE-00283

    No full text
    Hydroxyoctadecadienoic acid (HODE) is one of hydroxy fatty acids that has anticancer activity.  HODE was previously produced by chemical synthesis or bioconversion from linoleic acid. This is the first paper reported production of HODE by Curvularia lunata an endophytic fungi of Cibotium barometz. Various carbon and hydrogen sources have been tested for their effects on the production of  HODE by C. lunata. Glucose, lactose, maltose, xylose, and sucrose were used as carbon sources, while yeast extract, monosodium glutamate, urea, and NH4Cl were used as nitrogen sources. Fermentation was done using 100 ml medium in 250 ml Erlenmeyer flask at 150 rpm, 28 oC for 10 days.  HODE products were analyzed by high pressure liquid chromatography using C18 coloumn and eluted by gradient system of acetonitril-water from 15% to 100%. Glucose  and monosodium glutamate were found to be the best carbon and nitrogen source.  The optimum concentration of glucose and monosodium glutamate for the production of HODE were 10 mg L-1 and 12 mg L-1 respectively

    Optimasi Produksi Hydroxy Octadecadienoic Acid (HODE) dari Kapang Endofit Culvularia lunata BioMCC FE-00283 dengan Metode Respon Permukaan

    No full text
    Hydroxyl octadecadienoic acid (HODE) is an oxidized aliphatic fatty acid from the oxylipins group, which shows bioactivity and can be produced by Curvularia lunata BioMCC FE-00283 by submerged fermentation. Glucose, monosodium glutamate, and corn oil were media components that showed significant effect toward HODE production by C. lunata BioMCC FE-00283. Composition optimization of these three medium components was carried out by Response surface methodology (RSM). A full factorial central composite design (CCD) was used to explain the interaction effect between media components. Maximum HODE production as predicted by the quadratic model have chromatogram area of 4540000, which was verified experimentally to be 1091338 Â± 152489. Eventhough experimental veriiication showed lower result compared to the model prediction, however it was higher compared to the HODE production using basal media with unoptimized composition of carbon, nitrogen, and inducer which only have chromatogram area of 295045 Â± 71200. The verification also showed that optimization increased HODE production by 3.7 fold compared to that produced by the unoptimized media.Hydroxy octadecadienoic acid (HODE) adalah salah satu senyawa asam lemak alifatik teroksidasi goiongan oksilipin yang bersifat bioaktif dan dapat dihasilkan oleh kapang endofit Curvularia lunata BioMCC FE-00283 dengan fermentasi kultur terendam. Glukosa, monosodium glutamat dan minyak jagung adalah komponen media yang mempunyai pengaruh signiiikan terhadap produksi HODE oleh C. lunata BioMCC FE-00283. Optimasi komposisi ketiga komponen media tersebut dilakukan dengan menggunakan metode respons permukaan (response sur ace methodology/RSM). Rancangan percobaan central composite design (CCD) digunakan untuk menjelaskan pengaruh interaksi antar komponen medium terhadap pruduksi HODE. Produksi HODE maksimum yang diprediksi melalui model kuadratik mempunyai luas kromatogram 4540000 yang secara eksperimental diveriiikasi mempunyai luas kromatogram 1091338 Â± 152489. Meskipun verifikasi eksperimen menunjukkan hasil lebih rendah dari prediksi melalui model, akan tetapi hasil veriiikasi lebih tinggi dibandingkan produksi mengglmakan media basal dengan variasi proporsi sumber karbon, nitrogen, dan inducer belum dipotimasi yang menghasilkan luas kromatogram HODE 95045 Â± 71200. Hasil veriiikasi menunjukkan komposisi media yang optimum dapat meningkatkan produksi HODE 3.7 kali lipat dibandingkan dengan media basalnya

    Characterisation of recombinant 3CL protease from SARS-CoV-2 produced in E. coli BL21 (DE3) for screening anti-covid drug candidates using rhodamine 110-synthetic peptide conjugate as a substrate

    Get PDF
    The prediction that the pandemic is progressing towards becoming endemic does not change the fact that COVID-19 can still be fatal for individuals with weak immune systems. Therefore, anti-COVID drugs are still needed, even when the disease becomes endemic. With regards to SARS-CoV-2, the roles of 3CL protease are crucial in the formation of new virus particles. Therefore, inhibiting the function of these viral proteases will directly prevent viral replication in the human body. In this study, we report the production of a recombinant 3CL protease from SARS-CoV-2 in E. coli BL21 (DE3), which has not been extensively studied in Indonesia. The purified 3CL protease exhibited high solubility and functional activity. Additionally, the recombinant enzyme was characterised using the Rhodamine 110 fluorogenic peptide substrate. We showed that the recombinant 3CL protease was unstable in the presence of a DMSO concentration above 10%. Using the Rhodamine 110 fluorogenic peptide substrate, we found that the enzyme had a KM of 47.0 µM, Vmax of 0.41 RFU/s, and kcat/KM of 0.0088 RFU/μM2 . s while the IC50 of the GC376 was 13.35 nM. We also tested three bioactive compounds (catechin, emodin, and 1,4-naphthoquinone) using this recombinant protease as a protein target, and 1,4-naphthoquinone was the most promising bioactive compound in inhibiting the SARS-CoV-2 virus

    Sintesis dan Evaluasi Antimalaria In Vitro Turunan Kinin Terhadap Plasmodium falciparum

    Get PDF
    Nowadays kinin is the most effective antimalarial drug and its used as an alternative in malaria treatment. However, toxicity of quinine restrict its use as an antimalarial drug. Lipophilicity and long half-life (t½) of quinine that reach 10-20 hours are responsible for its toxicity. The aim of this research is to obtain more polar quinine derivatives by means of hydrogen peroxide reactions to reduce the toxicity. The reactions using hydrogen peroxyde is performed analogously to the procedures reported in the literature. Extract of pure anhydrous kinin is purified in coloumn chromatography followed by structure elucidation. Synthetic product is tested in vitro against Plasmodium falciparum. The characterization of reaction products is performed with proton (1H) and carbon 13 (13C) nuclear magnetic resonance (NMR) spectroscopy. It showed that the reaction using reagents led to epoxidation of vinyl substituents of chinuclidine ring with 61,08% yields. Antimalarial test against Plasmodium falciparum obtained 1.250-2.500 μg/mL of IC50 value. The IC50 values indicated that the synthesis products were not potential for malaria treatment

    Uji Aktivitas Dan Karakterisasi Antimalaria Senyawa Isolat Mikroba Indonesia Melalui Penghambatan Enzim Mitochondria Electron Transport Chain

    No full text
    Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Data WHO menyebutkan terdapat 247 juta kasus malaria pada tahun 2021 pada 84 negara endemik malaria, angka ini meningkat dibandingkan pada tahun 2020 dengan 245 juta kasus. Infeksi malaria mayoritas disebabkan oleh P. falciparum dan P. vivax. Permasalahan saat ini adalah kejadian resistensi Plasmodium terhadap anti-malaria yang telah berkembang secara progresif termasuk pada obat antimalaria lini pertama Artemisisnin, sehingga dibutuhkan pengembangan obat antimalaria baru. Pendekatan pengembangan obat antimalaria adalah dengan pendekatan berbasis target dan pendekatan berbasis sel. Salah satu target potensial adalah jalur Mitochondrial Electron Transport Chain (mtETC) yang penting bagi kehidupan Plasmodium. Pada jalur mtETC Plasmodium terdapat enzim yang berperan penting yaitu dihydroorotate dehydrogenase (PfDHODH) dan Lmalate quinone oxidoreductase (PfMQO). Enzim PfDHODH berperan pada jalur mtETC dalam produksi ATP dan bertanggung jawab pada biosintesis pirimidin parasit. Mekanisme molekular DHODH pada Plasmodium yang berbeda dengan manusia menjadikan PfDHODH sebagai target terapi yang selektif terhadap Plasmodium tanpa mempengaruhi inang. Selain PfDHODH, terdapat enzim PfMQO yang diketahui berperan penting pada tiga jalur metabolisme parasit (ETC, siklus TCA dan siklus fumarat). Selain itu, tidak adanya enzim MQO pada manusia, menjadikan enzim ini memiliki potensi sebagai target pengembangan obat antimalaria yang selektif hanya ditujukan pada Plasmodium tanpa mempengaruhi sel inang. Pada penelitian ini, tes berbasis target (target-based approaches) terhadap enzim PfDHODH dan PfMQO digunakan untuk mendapatkan senyawa antimalaria melalui mekanisme hambatan pada jalur mtETC. Pemanfaatan mikroba telah banyak diteliti dalam pengembangan obat antiparasit, karena keberagaman serta kompleksitas dari senyawa dan kebaruan dalam struktur senyawa. Keberagaman demografi wilayah di Indonesia menjadikan semakin tingginya keberagaman mikroba dan senyawa yang dihasilkan oleh mikroba. Pada penelitian ini menggunakan mikroba (aktinomisetes dan fungi) sebagai sumber bahan penghasil senyawa kandidat obat antimalaria. Desain penelitian terdiri dari dua tahap yaitu: 1) eksploratif dengan pendekatan berbasis target (target-base approaches) untuk mendapatkan senyawa bioaktif dan identifikasi senyawa baru kandidat obat antimalaria, dan 2) uji eksperimental dilakukan untuk mengetahui efikasi senyawa baru kandidat obat antimalaria yang didapat pada tahap 1 penelitian, terhadap enzim target dan kultur Plasmodium secara in vitro. Sebanyak 1600 ekstrak mikroba yang terdiri dari 800 jamur dan 800 aktinomisetes, dilakukan uji terhadap enzim target pada tahap awal skrining. Selanjutnya ekstrak aktif dilakukan pemurnian bertahap dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Kolom Terbuka, Kromatografi Cair Tekanan Tinggi analitik dan preparatif (KCKT analitik dan preparatif), dilanjutkan dengan identifikasi senyawa menggunakan Liquid Chromatography–Mass Spectrometry (LC-MS). Semua langkah pemurnian diikuti dengan pengujian terhadap enzim target. xxi Hasil penelitian didapatkan pada skrining awal ekstrak aktif menghambat PfDHODH (6 ekstrak) dan PfMQO (6 ekstrak). Uji rekonfirmasi dilakukan sehingga di dapatkan hanya satu ekstrak aktif penghambat enzim PfDHODH dan satu ekstrak aktif menghambat enzim PfMQO. Hasil Preliminary extraction test (PET) didapatkan kondisi ekstrak aktif terhadap enzim PfDHODH adalah ekstrak (supernatan fermentasi dengan pelarut butanol pada kondisi pH 2 dari mikroba Aspergillus flavipes BioMCC f.MO200). Sedangkan ekstrak aktif terhadap enzim PfMQO merupakan ekstrak aktif (miselium/biomasa yang diekstraksi dengan pelarut metanol dari mikroba Aspergillus sp. BioMCC f.T.8501). Hasil KLT didapatkan ekstrak Aspergillus flavipes BioMCC f.MO200 tidak menunjukkan pemisahan senyawa yang baik pada seluruh eluen. Sedangkan ekstrak Aspergillus sp. BioMCC f.T.8501 menunjukkan pemisahan senyawa yang baik menggunakan pelarut nonpolar (klorofom 100%). Berdasarkan hasil KLT, dikarenakan pemisahan senyawa sangat baik pada ekstrak Aspergillus sp. BioMCC f.T.8501, selain itu dengan mempertimbangkan fisibilitas proses fraksinasi, dan kebaruan terhadap enzim target PfMQO, karena belum adanya penelitian yang melaporkan hasil purifikasi senyawa dari mikroba sebagai inhibitor PfMQO sehingga isolat ekstrak Aspergillus sp. BioMCC f.T.8501 yang dilanjutkan pada proses purifikasi senyawa. Purifikasi dengan fraksinasi kolom terbuka menggunakan pelarut berdasarkan hasil KLT (resin gel silika dan pelarut klorofom). Semua fraksi kolom silika diuji terhadap enzim PfMQO, sehingga diperoleh fraksi menghambat reaksi enzim PfMQO > 50%. Selanjutnya fraksi aktif dianalisis menggunakan KCKT analitik pada UV detektor 254nm, tampak adanya 5 puncak utama, dengan puncak tertinggi dan terluas pada waktu retensi (RT) 16.769 menit. Selanjutnya, dilakukan pemisahan menggunakan metode KCKT preparatif (memisahkan berdasarkan puncak senyawa pada kromatogram) dan dilakukan uji enzimatik kembali. Didapatkan sebanyak 12 fraksi Aspergillus sp. BioMCC F.T.8501 dengan hasil uji didapatkan fraksi (Fr 5, Fr7, Fr8, Fr9, Fr10 dan Fr12) menunjukkan aktivitas hambatan > 50% terhadap enzim PfMQO. Fraksi 10 (RT 17.527 menit KCKT preparatif dan rt 16.769 KCKT analitik) selanjutnya dipilih untuk dilanjutkan proses purifikasi senyawa. Fraksi 10 hasil KCKT preparatif dipilih dengan mempertimbangkan luas dan tinggi area pada kromatogram yang menunjukkan konsentrasi lebih besar di bandingkan puncak fraksi aktif lainnya. Kromatogram KCKT analitik Fraksi 10 menunjukkan puncak tunggal pada rt 16.801 menit, dengan spektrum UV didapatkan (lmax 213nm, 266nm). Hasil LC-MS didapatkan senyawa dengan formula (C19H15Cl3O5) dan berat molekul (429.00476 m/z) yang dianalisis menggunakan software mzCloud library dan prediksi dengan database Discovery of Natural Product software. Hasil identifikasi berdasarkan formula, berat molekul, spektrum UV dan mikroba yang menghasilkan, maka senyawa tersebut merupakan senyawa nornidulin. Selanjutnya uji eksperimental dilakukan untuk mengetahui efikasi nornidulin dari Aspergillus sp. BioMCC f.T.8501 terhadap enzim PfMQO, kultur P. falciparum 3D7 serta uji toksisitas terhadap sel DLD-1 dan sel vero. Didapatkan hasil Senyawa Nornidulin memiliki aktivitas dalam menghambat aktivitas PfMQO dengan IC50 51 μM dan menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum 3D7 dengan IC50 44.6 μM dan tidak menunjukan efek hambatan sel DLD-1 dan sel vero secara in vitro. Sampai saat ini laporan aktivitas senyawa nornidulin terhadap enzim PfMQO dan kemampuan dalam menghambat pertumbuhan P. falciparum 3D7 secara in vitro belum tersedia. Kesimpulan pada penelitian ini, didapatkan senyawa nornidulin yang merupakan senyawa yang berasal dari mikroba isolat Indonesia Aspergillus sp. BioMCC f.T.8501 yang untuk pertama kalinya dilaporkan sebagai penghambat PfMQO, serta mampu menghambat proliferasi P. falciparum 3D7, tetapi tidak sel DLD-1 dan sel Vero dengan indeks selektivitas lebih dari 10x. Hal ini menunjukkan potensi strain mikroba Indonesia sebagai sumber penemuan obat antimalaria yang menjanjikan
    corecore