3 research outputs found

    EFEKTIFITAS PELILINAN GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) TERHADAP DAYA SIMPAN PISANG KEPOK (Musa acuminata balbisiana Colla)

    Get PDF
    Pisang kepok merupakan salah satu buah klimakterik, yaitu buah yang akan tetap mengalami proses kematangan walaupun telah dipanen dan diikuti dengan proses kerusakan karena buah tetap melangsungkan proses respirasi dan metabolisme. Selama proses pascapanen, buah pisang akan mengalami perubahan komposisi kimia karena adanya kegiatan metabolisme berupa respirasi dan reaksi enzimatis. Meningkatnya aktivitas respirasi pada buah klimakterik merupakan aktivitas fisiologis yang terjadi pada saat proses pemasakan buah pisang. Hal ini merupakan kendala dalam upaya mempertahankan umur simpan buah pisang khususnya pisang kepok. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperpanjang masa simpan pisang kepok adalah pelilinan dengan menggunakan gel lidah buaya, sehingga diharapkan dapat memperpanjang umur simpan buah pisang pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelilinan gel lidah buaya (Aloe vera L) terhadap susut bobot, warna dan tekstur pisang kepok setelah masa penyimpanan. Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan  melihat pengaruh pelilinan gel lidah buaya (Aloe vera L.) terhadap masa simpan dan sifat fisik pisang kepok. Penelitian ini menggunakan 2 perlakuan yaitu perlakuan tanpa pelilinan dan menggunakan pelilinan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pelilinan gel lidah buaya pada pisang kepok dapat mempertahankan susut bobot, tekstur dan warna buah pisang kapok selama 6 hari penyimpanan dibandingkan dengan buah pisang kepok yang tidak diberi pelilinan gel lidah buaya yang lebih cepat mengalami perubahan nilai susut bobot, nilai tekstur dan warna (kematangan)

    Edible coating pati singkong (Manihot utilissima Pohl) terhadap mutu nenas terolah minimal selama penyimpanan

    Get PDF
    Pineapple is desirable to be consumed fresh, but it taking too long in stripping the pineapple's outer skin. Therefore, currently, the technology of processing horticultural products is minimally applied. Minimum fruit processing can speed up product shelf life. One way to overcome this is coating. Hydrocolloid edible coating is one type of coating with starch as the base material found in several types of tubers, one of which is cassava tuber. This study used a completely randomized design method consisting of one control sample and 3 treatments, cassava starch concentrations were repeated three times, namely A1: 3% cassava starch, A2: 4% cassava starch, A3: 5% cassava starch with 8 days observation. The variables observed were vitamin C, weight loss and color. The results showed that the highest vitamin C content was in the treatment of 5% cassava starch at 3.20 mg/100 g and the lowest was the control treatment of 3.15 mg/100 g. The smallest weight loss was A3 treatment of 73.75% and the biggest was control treatment 79.67%. The average value of the highest color was found in A3 treatment, which was around 66.92º showed yellow-red.Pineapple is desirable to be consumed fresh, but it taking too long in stripping the pineapple's outer skin. Therefore, currently, the technology of processing horticultural products is minimally applied. Minimum fruit processing can speed up product shelf life. One way to overcome this is coating. Hydrocolloid edible coating is one type of coating with starch as the base material found in several types of tubers, one of which is cassava tuber. This study used a completely randomized design method consisting of one control sample and 3 treatments, cassava starch concentrations were repeated three times, namely A1: 3% cassava starch, A2: 4% cassava starch, A3: 5% cassava starch with 8 days observation. The variables observed were vitamin C, weight loss and color. The results showed that the highest vitamin C content was in the treatment of 5% cassava starch at 3.20 mg/100 g and the lowest was the control treatment of 3.15 mg/100 g. The smallest weight loss was A3 treatment of 73.75% and the biggest was control treatment 79.67%. The average value of the highest color was found in A3 treatment, which was around 66.92º showed yellow-red

    STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR

    Get PDF
    Ikan mas merupakan salah satu sumber protein hewani yang digemari oleh masyarakat.Berbagai upaya telah dilakukan pada usaha budidaya ikan mas untuk peningkatan produktivitasnya, diantaranya adalah pemasaran ikan. Pemasaran ikan biasanya dilakukan dalam keadaan ikan hidup. Pemasaran atau pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai dalam usaha perikanan. Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu sistem basah atau dengan menggunakan air sebagai media dan sistem kering atau menggunakan media tanpa air. Sistem basah dianggap tidak praktis dan tidak efisien karena memiliki banyak kelemahan baik dalam volume maupun biaya sehingga diperlukan cara yang lebih praktis dan efisien yaitu penanganan sistem kering. Pada transportasi ikan hidup dengan sistem kering perlu dilakukan proses penanganan atau pemingsanan terlebih dahulu. Metode pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan cara menggunakan zat anestesi atau dapat juga menggunakan penurunan suhu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tingkat mortalitas terendah dengan metode pemingsanan, penyimpanan dan penyadaran kembali yang standar.Metodologi yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 perlakuan yaitu perlakuan metode pemingsanan yang terdiri atas 2 taraf (pemingsanan dengan suhu ±8°C, pemingsanan dengan suhu  ±8°C + minyak cengkeh konsentrasi 0,02%) dan perlakuan lama penyimpanan yang terdiri atas 5 taraf (0, 2, 4, 6, 8 jam) dengan menganalisis keragamannya menggunakan perhitungan annova dan teknik laboratorium. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Variabel yang diamati meliputi waktu kecepatan pingsan, kondisi fisiologis saat proses pemingsanan, waktu penyadaran kembali dan tingkat mortalitas ikan.Hasil penelitian menunjukkan waktu dan suhu pemingsanan yang optimum dengan penyimpanan terlama 6 jam didapat waktu 11,03 menit dengan suhu 8°C dengan media penyimpanan yang tepat digunakan adalah media sekam padi. Waktu penyadaran yang optimal dengan penyimpanan terlama 6 jam didapat waktu 11,27 menit pada suhu 8°C. Berdasarkan metode pemingsanan, penyimpanan dan penyadaran kembali, tingkat mortalitas terendah yaitu 45,85% didapat dengan menggunakan metode pemingsanan menggunakan suhu 8°C dengan penyimpanan terlama 6 jam.____________________________________________________________________________
    corecore