Scientific Publication of Agriculture Faculty Unisan Gorontalo / Jurnal Ilmiah Agropolitan Fakultas Pertanian Universitas Ichsan Gorontalo
Not a member yet
80 research outputs found
Sort by
Response to Growth and Production of Several Varieties of Lowland Rice (Oriza Sativa L) Through the Mina Padi System
Pengunaan varietas padi unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang berkontribusi besar terhadap peningkatan produktivitas dan produksi padi. Pelepasan beberapa varietas padi di lapangan menjadi salah satu alternatif pilihan bagi petani dalam pengembangan budidaya padi secara organik yang sesuai dengan kondisi lingkungannya. Untuk mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat salah satunya dilakukan melalui pengembangan diversifikasi usaha tani dan perikanan melalui sistem minapadi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui varietas padi yang tepat dalam budidaya sistem mina padi terhadap peningkatan kualitas tanah serta pertumbuhan dan produksi tanaman padi sehingga mampu mengatasi keterbatasan lahan, serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Metode Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor dengan perlakuan yaitu P0 (Varietas Inpara 10), P1 (Varietas Cakrabuana), P2 (Varietas Inpari 42), dan P3 (Varietas Nutrizink). Hasil penelitian menujukkan bahwa perlakuan beberapa varietas padi sawah melalui sistem mina padi memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan/perumpun, jumlah anakan produktif tanaman padi. Sedangkan Perlakuan P2 (Inpari 42) menghasilkan rata-rata produksi tanaman padi perhektar tertinggi yaitu 5,70 ton/ha. Sedangkan bobot ikan mutlak tertinggi yaitu perlakuan P2 (Padi Inpari 42) mencapai 318 (g) dan tingkat kelangsungan hidup ikan sebesar 48,57 %.The use of high-yielding rice varieties is a technological component that contributes greatly to increasing rice productivity and production. With the many varieties of rice released, it can be used as an alternative choice for farmers in developing organic rice cultivation in accordance with their environmental conditions. To support food security and improve people's welfare, one of which is carried out through the development of diversification of farming and fisheries through the minapadi system. The purpose of this research is to find out the right rice varieties in the cultivation of the Mina Padi system to improve soil quality and the growth and production of rice plants so that they can overcome land limitations, and can increase farmers' income. Methods the study was conducted using a one-factor Randomized Block Design (RBD) with treatments namely P0 (Inpara 10 variety), P1 (Cakrabuana variety), P2 (Inpari 42 variety), and P3 (Nutrzink variety). The results showed that the treatment of several lowland rice varieties through the Mina Padi system had a significant effect on plant height, number of tillers/clusters, Number of productive tillers of rice plants. The P2 treatment of (rice Inpari 42) resulted in the highest average production of rice plants per hectare, namely 5.70 tons/ha. While the highest absolute fish weight was the P2 (rice Inpari 42) treatment which reached 318 (g) and the fish survival rate was 48.57%. Perlakuan beberapa varietas padi sawah melalui sistem mina padi memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan/perumpun, jumlah anakan produktif tanaman padi
Physicochemical Characteristics, Sensory and Glycemic Index of Flakes of Different Flour Variations
Flakes merupakan salah satu pilihan menu sarapan pagi yang praktis, sehat, serta mengandung karbohidrat sehingga bisa menjadi pengganti nasi. Flakes biasa disajikan bersama susu cair atau yoghurt. Bahan yang digunakan pada penelitian ini menggunakan tepung jagung sebagai kontrol, tepung porang, tepung kacang merah dan tepung terigu dengan formulasi yang berbeda yaitu P0 (100% tepung jagung), P1 (4% tepung porang : 46% tepung kacang merah : 50% tepung terigu), P2 (8% tepung porang : 47% tepung kacang merah : 45% tepung terigu), P3 (12% tepung porang : 50% tepung kacang merah : 38% tepung terigu). Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini di antaranya karakteristik fisikokimia, uji sensori dan indeks glikemiks. Pengujian kimiawi menghasilkan kadar air tertinggi pada P3 sebesar 9,49%, kadar abu tertinggi pada P1 sebesar 4,76%, kadar lemak tertinggi pada P3 sebesar 1,95%, kadar protein tertinggi pada P3 sebesar 14,79%, kadar KH tertinggi pada P2 sebesar 84,42%, serat kasar tertinggi pada P3 sebesar 3,71%, kadar oksalat tertinggi pada P3 sebesar 0,57%. Pada uji fisik dan sensori menghasilkan nilai densitas kamba tertinggi ditunjukkan oleh formulasi P3 dengan nilai 0,60 g/ml, nilai daya serap air tertinggi oleh formulasi P2 dengan nilai 2,24%, derajat pengembangan tertinggi oleh formulasi P0 yaitu 40,64%, dan ketahanan sereal dalam susu tertinggi oleh formulasi P2 yaitu 39,03 menit. Sedangkan hasil sensori dari 25 panelis terhadap atribut sensori tekstur tertinggi ditunjukkan oleh formulasi P1 dan P2 yaitu 3,12 (suka), warna tertinggi oleh formulasi P0 yaitu 3,24 (suka), aroma tertinggi oleh formulasi P1 yaitu 3,28 (suka), dan rasa tertinggi oleh formulasi P1 yaitu 3,32 (suka). Uji indeks glikemik menghasilkan nilai sebesar 50 dengan kategori indeks glikemik rendah.Flakes are a breakfast menu choice that is practical, healthy, and contains carbohydrates, so they can be a substitute for rice. Flakes are usually served with liquid milk or yoghurt. The materials used in this study used corn flour as a control, porang flour, red bean flour, and wheat flour with different formulations, namely P0 (100% corn flour), P1 (4% porang flour: 46% red bean flour: 50% flour wheat), P2 (8% porang flour: 47% red bean flour: 45% wheat flour), and P3 (12% porang flour: 50% red bean flour: 38% wheat flour). Tests carried out in this research included physicochemical characteristics, sensory tests, and glycemic index. Chemical testing produced the highest water content in P3 at 9.49%, the highest ash content at P1 at 4.76%, the highest fat content at P3 at 1.95%, the highest protein content at P3 at 14.79%, the highest KH content at P2 at 84.42%, the highest crude fibre content at P3 at 3.71%, and the highest oxalate content at P3 at 0.57%. In the physical and sensory tests, the highest kamba density value was shown by the P3 formulation with a value of 0.60 g/ml, the highest water absorption value was by the P2 formulation with a value of 2.24%, the highest degree of expansion was by the P0 formulation, namely 40.64%, and the highest resistance of cereal in milk was by formulation P2, namely 39.03 minutes. Meanwhile, the sensory results from 25 panellists for the highest texture sensory attributes were shown by formulations P1 and P2, namely 3.12 (like), the highest colour by formulation P0, namely 3.24 (like), the highest aroma by formulation P1, namely 3.28 (like). , and the highest taste by formulation P1, namely 3.32 (like). The glycemic index test produces a value of 50 in the low-glycemic index category
The Effect of The Dose And Timing of Carbofuran Application on Nematode Attack on G1 Potato Seeds Granola Cultivars
Penurunan produktivitas kentang salah satunya disebabkan oleh nematoda. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian nematoda yaitu dengan menggunakan nematisida yang berbahan aktif karbofuran. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui apakah terjadi interaksi dan pengaruh mandiri antara efektivitas dosis dan waktu aplikasi nematisida karbofuran terhadap serangan nematoda pada perbenihan kentang G1 kultivar Granola. Percobaan dilaksanakan di Desa Simpang Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut dengan ketinggian tempat 1.200 meter di atas permukaan laut. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2020. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan dua ulangan. Faktor pertama dosis nematisida karbofuran (K) terdiri atas empat taraf yaitu, k1: 0 g/tanaman, k2: 0,15 g/tanaman, k3: 0,30 g/tanaman dan k4: 0, 45 g/tanaman. Faktor kedua Waktu Aplikasi Nematisida (W) terdiri atas empat taraf w1: 1 MST, w2: 2 MST, w3: 3 MST, dan w4: 4 MST. Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara dosis dan waktu aplikasi nematisida karbofuran terhadap parameter pengamatan jumlah umbi terserang dan tingkat kerusakan oleh nematoda. Terjadi pengaruh mandiri aplikasi dosis dan waktu aplikasi nematisida karbofuran terhadap efikasi karbofuran. Interaksi terbaik pada 0,45 g/tanaman (k4) dan 3 MST (w3) memberikan hasil yang paling sedikit untuk jumlah umbi terserang yaitu 0,250 umbi dan tingkat kerusakan oleh nematoda sebesar 2,52 %.One of the decreases in potato productivity is due to nematodes. One way that can be done in controlling nematodes is to use nematicide made from carbofuran. The purpose of the study was to determine whether there was an interaction and independent influence between dose effectiveness and time of application of carbofuran nematicide against nematode attack on G1 potato seed cultivar Granola. The experiment was carried out in Simpang Village, Cikajang District, Garut Regency with an altitude of 1,200 meters above sea level. The research was conducted in April-June 2020. The study used a Randomized Blok Design (RBD) factorial pattern consisting of two factors with two repeats. The first factor of carbofuran nematicide dose (K) consists of four levels, namely, k1: 0 g / plant, k2: 0.15 g / plant, k3: 0.30 g / plant and k4: 0, 45 g / plant. The second factor of Nematicide Time (W) consists of four levels w1: 1 Weak After Plant (WAP), w2: 2 WAP, w3: 3 WAP, and w4: 4 WAP. The results showed an interaction between the dose and application time of carbofuran nematicide on the observation parameters of the number of affected tubers and the level of nematode damage. There is an independent influence of dose application and time of application of carbofuran nematicide on the efficacy of carbofuran. The best interaction at 0.45 g/plant (k4) and 3 WAP (w3) gave the least yield for the number of affected tubers at 0.250 tubers and a nematode damage rate of 2.52%
Microwave assisted extraction of betacyanin from peel of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) (Study of the extraction time and the ratio of materials : solvent)
This study aims to get the right combination and determine the best treatment effect of extraction time and the ratio of solvents to the yield and quality of the skin pigment red dragon fruit using MAE (Microwave Assisted Extraction) with 100 watts of power. In the collection phase, the pigment betacyanin used the method of randomized block design with 2 factors, namely the time of extraction (T) consisting of 3 levels (T1, T2, and T3 respectively - each 5, 10, and 15 minutes) and the second factor is the ratio of materials: Solvent (R) consisting of 2 levels (R1 and R2) each - each 1:20 and 1:30 (w/v). Each treatment was repeated 3 times to obtain 18 units of the experiment. Followed by DMRT (Duncan Multiple Range Test) if there is an interaction between the two factors or further test BNT. From the research that has been done, the best treatment is obtained by the old extraction treatment of 5 minutes and the ratio of materials: solvent 1:30 (w/v) with a temperature range of ± 60°C produces the best characteristics with a total value betacyanin 0.4120mg/100g, 2.25 pH value, the total yield of as much as 15.11%, the level of brightness (L*) 20.4, the intensity of the red color (a*) 10.8, and the intensity of the yellow color (b*) 6.5.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi yang tepat perlakuan terbaik dan mengetahui pengaruh lama ekstraksi dan rasio bahan : pelarut terhadap rendemen dan kualitas pigmen kulit buah naga merah menggunakan metode MAE (Microwave Assisted Extraction) dengan menggunakan daya 100 watt. Dalam tahap pengambilan pigmen betasianin digunakan metode Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor perlakuan yaitu lama ekstraksi (T) yang terdiri atas 3 level (T1, T2, dan T3 masing – masing 5, 10, dan 15 menit) dan faktor kedua yaitu rasio bahan : pelarut (R) yang terdiri atas 2 level (R1 dan R2) masing – masing 1:20 dan 1:30 (b/v). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. Dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) jika terdapat interaksi antara kedua faktor atau dilakukan uji lanjut BNT. Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh perlakuan terbaik adalah perlakuan dengan lama ekstraksi 5 menit dan rasio bahan : pelarut 1:30 (b/v) dengan kisaran suhu ±60 oC menghasilkan karakteristik terbaik dengan nilai total betasianin 0.4120mg/100g, nilai pH 2.25, total rendemen sebanyak 15.11%, tingkat kecerahan (L*) 20.4, intensitas warna merah (a*) 10.8, dan intensitas warna kuning (b*) 6.5
Response of germination local rice seed siam kuning from gamma irradiation
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki karakter fisiologi dan morfologi tanaman padi local “Siam Kuning”. Dosis iradiasi gamma yang digunakan pada benih padi adalah 0 Gy, 200 Gy, 300 Gy dan 400 Gy. Iradiasi gamma yang dilakukan menghasilkan pengaruh yang signifikan. Peningkatan dosis iradiasi menurunkan daya kecambah dan keserempakan tumbuh benih padi. Pada perlakuan 0 Gy dihasilkan 78% benih yang tumbuh, perlakuan 200 Gy menghasilkan 70% yang tumbuh, perlakuan 300 Gy menghasilkan 64% benih yang tumbuh dan perlakuan 400 Gy menghasilkan 31% benih yang tumbuh. Selanjutnya parameter laju perkecambahan yang paling cepat adalah perlakuan 0 Gy, 200 Gy dan 300 Gy didapatkan 4 hari sedangkan perlakuan 400 Gy selama 5 hari. Sedangkan untuk mutasi klorofil daun didapatkan beberapa tipe mutasi antara lain Albino, Clorina dan Striata. Dari perlakuan Iradiasi sinar gamma dapat diperoleh nformasi tentang perbaikan karakter benih padi siam kuning.The aims of this study were improve the physiological and morphological characters of the local rice plant "Siam Kuning". The doses of gamma irradiation used in rice seeds were 0 Gy, 200 Gy, 300 Gy and 400 Gy. Gamma irradiation is performed to produce a significant effect. Increasing the irradiation dose decreased the germination and the simultaneous growth of rice seeds. In the 0 Gy treatment, 78% of the seeds grew, the 200 Gy treatment produced 70% that grew, the 300 Gy treatment produced 64% of the seeds that grew and the 400 Gy treatment produced 31% of the seeds that grew. Furthermore, the fastest germination rate parameters were 0 Gy, 200 Gy and 300 Gy treatment obtained for 4 days while the 400 Gy treatment was for 5 days. As for the leaf chlorophyll mutations, several types of mutations were obtained, including Albino, Clorina and Striata. From the gamma ray irradiation treatment, information about improving the varian resistance of yellow Siamese rice seeds can be obtained
The Efisiensi penggunaan pupuk anorganik untuk produksi tanaman jagung manis (Zea mays L. Saccharata) melalui pemanfaatan gulma kayu apu (Pistia stratiotes L.) sebagai pupuk organik
Development of potential organic matter that can reduce the use of inorganic fertilizers, especially in sweet corn cultivation. Water lettuce is a source of organic material that can be used to reduce the use of inorganic fertilizers. This study aims to determine growth and production of sweet corn with the application of water lettuce compost and inorganic fertilizer. The research was carried out in the Tinelo Village, Tilango District, Gorontalo Province, from May until October 2022. The experiment was carried out using a factorial randomized block design, namely water lettuce compost and inorganic fertilizer. There were three levels of water lettuce compost dosage, i.e. 0, 5 and 10 tons/ha. Furthermore, three levels of inorganic fertilizer dosages are 0, 150 and 300 kg/Ha. There were 9 treatment combinations which were 3 replication so that there were 27 experimental units. The results showed that there was a significant effect on the application of apu wood compost and inorganic fertilizer but no significant interaction was found on the growth of sweet corn plants
Pengembangan potensi bahan organik yang dapat menurunkan penggunaan pupuk anorganik terutama dalam budidaya jagung manis. Gulma kayu apu merupakan menjadi sumber bahan organic yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pertumbuhan dan produksi jagung manis dengan aplikasi dosis kompos kayu apu dan dosis pupuk anorganik. Penelitiah dilaksanakan di kebun Desa Tinelo, Kecamatan Tilango, Provinsi Gorontalo, mulai bulan Mei hingga Oktober 2022. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yaitu kompos kayu apu dan pupuk anorganik. Terdapat tiga taraf dosis kompos kayu apu yaitu tanpa aplikasi, 5 ton/Ha dan 10 ton/Ha. Selanjutnya tiga taraf dosis pupuk anorganik yaitu 0, 150 kg/Ha dan 300 kg/Ha. Terdapat 9 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga terdapat 27 unit percoban. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh nyata aplikasi kompos kayu apu maupun pupuk anorganik tetapi tidak ditemukan interaksi nyata pada pertumbuhan tanaman jagung manis.
 
Perbandingan nilai tambah dan peluang pasar gula aren dan gula semut
The research aims to : 1) Calculating the comparison of added value between palm sugar and palm sugar, 2) Identifying market opportunities from palm sugar and palm sugar. The research was conducted in Bone Bolango Regency which focused on the area of sugar palm processing business development in North Bulango and Bulango Ulu Districts. The research was carried out from May to July 2022. The research method used a survey where interviews were conducted using a questionnaire to collect primary data from palm sugar and brown sugar craftsmen. Sampling in this study used the purposive sampling method, namely the research sample was a group of palm sugar farmers who process sap into brown sugar in Bulango Ulu District, especially in Mongiilo Village, 25 people and 2 palm sugar craftsmen in North Bulango District, so that 27 respondents were obtained. Data analysis used descriptive analysis, marketing margin and Hayami added value analysis. The added value in every 1 kg of palm sugar is Rp. 7,978.91 or 90.3% of the product value. This shows that the added value of palm sap into palm sugar is higher than brwon sugar where the added value in every 1 kg of brown sugar product is Rp. 1,566.26 or 64.63% of the product value. greater than 40 percent, indicating the added value of palm sugar and palm sugar is quite high. Palm sugar has a more profitable market opportunity compared to brown sugar because the demand for ant sugar is getting bigger and the amount of production is limited to push the selling price of ant sugar to be two times bigger than palm sugar where the price of palm sugar is Rp. 35,000/kg and brown sugar is Rp. 15,000/kg.Tujuan penelitian adalah:1) Menghitung perbandingan nilai tambah antara gula aren dan gula semut, 2) Mengidentifikasi peluang pasar dari gula aren dan gula semut. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bone Bolango yang terfokus pada wilayah pengembangan usaha pengolahan aren di Kecamatan Bulango Utara dan Bulango Ulu. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan mulai bulan Mei – Juli 2022. . Metode penelitian menggunakan metode survey dimana wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data primer yang berasal dari pengrajin gula aren dan gula semut. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu sampel penelitian adalah kelompok tani Aren yang mengolah nira menjadi gula aren di Kecamatan Bulango Ulu khususnya Desa Mongiilo 25 orang dan 2 orang pengrajin gula semut di Kecamatan Bulango Utara, sehingga diperoleh 27 orang responden. Data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan sekunder. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, margin pemasaran dan analisis nilai tambah Hayami.. Hasil penelitian menunjukkan dalam setiap kilogram gula semut menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 7.978,91 atau 90,3% dari nilai produk. Hal ini menunjukkan nilai tambah nira aren menjadi gula semut lebih tinggi dibandingkan dengan gula aren dimana nilai tambah dalam setiap 1 kg produk gula aren adalah Rp 1.566,26 atau 64,63% dari nilai produk.. Namun berdasarkan dari rasio nilai tambah dari keduanya yang lebih besar dari 40 persen, menunjukkan nilai tambah gula aren maupun gula semut cukup tinggi. Peluang pasar dari gula semut lebih menjanjikan dibanding gula aren sebab harga jualnya lebih tinggi dari gula aren dimana harga gula semut sebesar Rp 35.000/kg dan gula aren sebesar Rp 15.000/kg
Pengaruh tumpangsari kopi terhadap peningkatan pendapatan petani dataran tinggi Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah
This research aims to determine how much influence Arabica coffee intercropping has on increasing upland farmers' income. The object of this research is the Farmers Group by Raharja Mukti, located in Gunung Malang Hamlet, Serang Village, Karang Reja District, Purbalingga Regency, Central Java. The basis for choosing the location is because the location is right as the location where the Department of Agriculture distributes Arabica Coffee seeds and is also supported by the altitude of the location which is 1,400 meters above sea level. The number of samples in this study was 32 farmers and the sample selection was carried out by purposive sampling. The results of the normality test for each income of upland farmers who use the coffee intercropping system and those who do not are normally distributed. The analysis of this study shows that the lowest income for farmers who use the Arabica coffee intercropping system is IDR. 41,700,000 per year and the highest is IDR. 43,100,000. The average income of farmers with the intercropping system is IDR. 42,140,625 while the farmers who do not use the intercropping system are IDR. 40,418,750. There is a difference in the average income of farmers with the intercropping system and not IDR. 1,721,875, -. The t-test results show the value of Asymp. Sig. is 0.000 where the value is <0.05 so it can be said that the test of the average income of farmers with coffee intercropping and farmers not using intercropping is significant.Riset ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tumpangsari kopi arabika terhadap peningkatan pendapatan petani dataran tinggi. Objek penelitian ini adalah Kelompok Tani karya Raharja Mukti yang berlokasi di Dusun Gunung Malang, Desa Serang, Kecamatan Karang Reja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Dasar pemilihan lokasi adalah karena lokasi tersebut tepat sebagai lokasi dimana Dinas Pertanian membagikan bibit Kopi Arabika dan juga didukung oleh ketinggian lokasi yang berada pada 1.400 mdpl. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 32 petani yang dimana pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil uji normalitas masing-masing pendapatan petani dataran tinggi yang menggunakan sitem tumpangsari kopi dan yang tidak menggunakan tupangsari adalah berdistribusi normal. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukan angka pendapatan terendah bagi petani yang menggunakan sistem tumpang sari Kopi Arabika adalah sebesar Rp. 41.700.000 pertahun dan tertinggi sebesar Rp. 43.100.000. Rata-rata pendapatan petani dengan sistem tumpangsari adalah Rp. 42.140.625 sedangkan petani yang tidak menggunakan sistem tumpangsari adalah Rp. 40.418.750. Terdapat selisih rata-rata pendapatan petani dengan sistem tumpangsari dan tidak sebesar Rp. 1.721.875. Hasil uji-t menunjukan nilai Asymp. Sig. adalah 0,000 dimana nilainya <0,05 sehingga dapat dikatakan pengujian rata-rata pendapatan petani dengan tumpangsari kopi dan petani yang tidak menggunakan tumpangsari adalah signifikan
Pengaruh media tongkol jagung dan air cucian beras terhadap pertumbuhan tanaman Zinnia (Zinnia elegans Jaqc)
The aims of this study were 1) to determine the effect of corncob media composition on zinnia plant growth, 2) to determine the effect of rice washing water concentration on zinnia plant growth and 3) to determine the interaction of corncob composition and rice washing water on zinnia plant growth. This study took place from October to December 2019. This study used a two-factor factorial design (F2F) in the RAK and was repeated 3 times. The first factor is the composition of the growing media, namely; soil : manure : corn cobs (M); which consists of 3 levels, among others; M1 = 2:2:2 ; M2 = 2:1:1 ; and M3 = 1:1:1. The second factor is the concentration of rice washing water (P) which consists of 4 levels, namely; P0 = control ; P1 = 50% ; P2 = 75% ; P3 = 100%. The results obtained were that the composition of the planting medium and the concentration of rice washing water did not have a significant effect on the growth of the zinnia plant, while the interaction between the two gave a significant effect on the growth of the zinnia plant on the parameter of the highest number of plant leaves found in the treatment composition of the planting media 2:2: 2 with 75% rice washing water.Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pengaruh komposisi media tongkol jagung terhadap pertumbuhan tanaman zinnia, 2) untuk mengetahui pengaruh konsentrasi air cucian beras terhadap pertumbuhan tanaman zinnia dan 3) untuk mengetahui interaksi komposisi tongkol jagung dan air cucian beras terhadap pertumbuhan tanaman zinnia. Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober hingga Desember 2019. Penelitian ini menggunakan rancangan factorial dua faktor (F2F) dalam RAK dan diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah komposisi media tanam yaitu ; tanah : pupuk kandang : tongkol jagung (M); yang terdiri dari 3 taraf antara lain; M1 = 2:2:2 ; M2 = 2:1:1 ; dan M3 = 1:1:1. Faktor kedua adalah konsentrasi air cucian beras (P) yang terdiri 4 taraf yaitu; P0 = control ; P1 = 50% ; P2 = 75% ; P3 = 100%. Hasil yang diperoleh adalah komposisi media tanam dan konsentrasi air cucian beras tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman zinnia, sedangkan Interaksi antar keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap perttumbuhan tanaman zinnia pada parameter jumlah daun tanaman terbanyak terdapat pada perlakuan komposisi media tanam 2:2:2 dengan pemberian air cucian beras 75%
Pertumbuhan dan produksi jagung pulut lokal Gorontalo, efektivitas agronomi, dan ekonomi dengan pemberian pupuk organik di Bualo, Kabupaten Boalemo
Waxy maize is a source of local food for the community so that it can achieve food security, but its availability is still low. In addition, the cultivation of waxy maize so far still relies on inorganic fertilizers that have the potential to endanger public health. The purpose of this study was to analyze the growth and production of waxy maize, as well as to determine the effectiveness of agronomy and economy by applying organic fertilizer in Bualo Village, Boalemo Regency. The data obtained were designed in a randomized block design consisting of 11 treatments and 3 replications, so there were 33 experimental units. The results showed that the application of organic fertilizer of as much as 2,000 kg.ha–1 was able to increase the growth and production of the best waxy maize. Organic fertilizers, both agronomic and economical were classified as effective in increasing waxy maize production.Jagung pulut menjadi sumber pangan lokal bagi masyarakat sehingga dapat mewujudkan ketahanan pangan, tetapi ketersediaannya masih rendah. Selain itu, budidaya jagung pulut selama ini masih bergantung pada pupuk anorganik yang berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pertumbuhan dan produksi jagung pulut, serta menentukan efektivitas agronomi dan ekonomi dengan pemberian pupuk organik di Desa Bualo, Kabupaten Boalemo. Data yang diperoleh dirancang dengan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 11 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga terdapat 33 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik sebanyak 2.000 kg.ha–1 mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung pulut terbaik. Pupuk organik baik secara agronomis dan ekonomis tergolong efektif meningkatkan produksi jagung pulut