380 research outputs found
PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PENGRAJIN PANDE BESI RNDI GAMPONG BAET MESJID KECAMATAN SUKAMAKMUR KABUPATEN ACEH BESAR, 1992-2014
ABSTRAKKata kunci : Perkembangan, Sosial Ekonomi, PengrajinSkripsi ini berjudul Perkembangan Sosial Ekonomi Pengrajin Pande Besi di Gampong Baet Mesjid Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar, 1992-2014. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui perkembangan sosial ekonomi pengrajin pande besi di Gampong Baet Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar, 1992 -2014, (2)untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh pengrajin pande besi di Gampong Baet Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar, 1992-2014. Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode sejarah. Data-data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa: (1) Perkembangan sosial ekonomi pengrajin pande besi di Gampong Baet Mesjid sangat baik. Kerajinan pande besi telah membawa perubahan besar bagi perekonomian penduduk di gampong ini. Usaha kerajinan pande besi ini sangat membantu dan cukup memadai dalam memenuhi kebutuhan hidup penduduk di Gampong Baet Mesjid. (2) Hambatan yang dihadapi oleh pengrajin pande besi di Gampong Baet Mesjid Pertama, kesulitan mendapatkan bahan baku. Kedua, minimnya modal membuat mereka sulit mengembangkan usaha yang mereka geluti selama ini. Ketiga, sulitnya akses pemasaran ke luar daerah karena dianggap senjata tajam
THE EARLY MARRIAGE AMONG THE FARMING COMMUNITY
ABSTRACTThis article focuses on early marriage among the farming community. Marriage is a social institution that is recognized in every society. Marriage at a young age is a marriage performed by young couples under the age of 21. The purpose of this study is to find out what factors cause early marriage among the farming community and know the negative positives of early marriage. The method used is a qualitative method using an interactive model data analysis consisting of four components, namely Data Collection, Data Reduction, Data Presentation and Conclusion Withdrawal. The results of the study state that the factors that cause early marriage among the farming community are 6 factors: (1) Education. (2) Biology. (3) Pregnancy Before Marriage. (4) Understanding of Religion. (5) Economy. (6) Customs and Culture.keywords : For Young Marriage, Factors, Farmer Community.
Recommended from our members
Environmental offences: finally making the polluter pay?
This update focuses on developments in sentencing for environmental crimes. The imposition of appropriate penalties is crucial, not only to the use of judicial mechanisms for securing access to environmental justice, but also to respect for the polluter pays principle, a keystone of environmental law. There has been long-standing criticism in the UK of the failure of the courts to treat environmental crimes sufficiently seriously when imposing sentences. Fisher et al observed that insufficiently severe sentences, including low levels of fines, undermine the effectiveness of criminal prosecutions, reinforce an attitude of moral ambiguity towards environmental crime and do not produce a deterrent effect. The issues relate to sentencing for both individuals and businesses, though the latter has arguably been the most problematic. Two important facets of this problem have both been addressed this year, through developments in sentencing guidance and in decisions of the Court of Appeal
Recommended from our members
Judicial review procedures and access to environmental justice.
A number of separate but related threads have, over the past year, drawn attention to questions about accountability, transparency and accessibility of environmental law in the UK. This country report on the UK provides a summary of some of these issues focusing on: changes to judicial review procedures, complaints about the failure of the UK government to fulfil its obligations under the Aarhus Convention and, more generally, some of the assessments being carried out on the state and future of UK environmental law
Penatalaksanaan Pottâs Puffy Tumor dengan Pendekatan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional dan Kraniektomi
Pottâs puffy tumor adalah abses subperiosteal pada dinding anterior sinus frontal yang berhubungan dengan osteomielitis. Insiden pottâs puffy tumor lebih sering terjadi pada usia remaja. Faktor penyebab utama pottâs puffy tumor adalah sinusitis frontalis dan trauma kepala bagian frontal. Pottâs puffy tumor mempunyai risiko tinggi menyebabkan komplikasi ke intrakranial. Tujuan: Memberikan pengetahuan tentang diagnosis dan tata laksana pottâs puffy tumor yang tepat sehingga mencegah terjadinya komplikasi.  Laporan kasus: Dilaporkan seorang laki-laki berusia 56 tahun dengan diagnosis pottâs puffy tumor et causa sinusitis frontalis. Dari pemeriksaan tomografi komputer sinus paranasal dan kepala didapatkan kesan pottâs puffy tumor (osteomielitis sinus frontal). Pasien ditatalaksana dengan drainase abses melalui pendekatan Bedah Sinus Endoskopi Fungsional dan kraniektomi. Kesimpulan: Pottâs puffy tumor paling sering disebabkan oleh sinusitis frontalis. Pemeriksaan tomografi komputer memiliki peranan penting untuk diagnosis dan mendeteksi perluasan pottâs puffy tumor ke intrakranial. Kolaborasi antara ahli THT-KL dan ahli Bedah Saraf serta pemberian antibiotik yang adekuat diperlukan untuk penatalaksanaan pottâs puffy tumor.
KAJIAN REDUPLIKASI MORFEMIS BAHASA INDONESIA BERANCANGAN BENTUK DASAR DAN MODEL PROSES SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
Salah satu masalah perkuliahan reduplikasi morfemis bahasa Indonesia (RMBI) pada mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia yaitu sulitnya memilah unsur-unsur kata ulang bahasa Indonesia (KUBI) atas bentuk dasar (BD) dan morfem {R}. Morfem {R} memiliki struktur yang sama atau mirip dengan seluruh atau sebagian BD, namun berbeda makna. Dari penelusuran, ternyata belum ada satu pun literatur yang secara tegas bisa dijadikan acuan atau pedoman untuk bisa memilah dan menetapkan unsur-unsur KUBI. Berdasarkan hal itu dilakukan penelitian kombinasi desain urutan pemuan (sequential exploratory design). Tahap pertama penelitian kualitatif diberi nama âKajian RMBI berancangan BDdMPâ. Kajian ini dilandasi tiga prinsip yaitu: (1) setiap KUBI harus bisa dikembalikan kepada BD (Parera, 1988); (2) terdapat relasi struktural antara signifiant âpenandaâ dan signifie âpetandaâ (Hidayat, 2006); dan (3) model proses sebagai salah satu model analisis morfologi yang mencermati dua komponen yaitu (bentuk) dasar dan proses (Hocket, 1958; Kridalaksana, 1989). Penelitian ini mengkaji RMBI dengan mengaitkan dua sisi yaitu struktur dan makna. Temuan utama penelitian ini yaitu rumus XY = XZ (semula diberi nama AB = AC), di mana X = BD; Y = morfem {R}; dan Z = makna gramatikal. Dengan menggunakan rumus itu, kajian RMBI pun menghasilkan konsep: (1) pemilahan BD dan morfem {R} sebagai unsur KUBI; (2) pola struktur KUBI; (3) klasifikasi KUBI berdasarkan wujud morfem {R}, posisi morfem {R}, dan fungsi morfem {R}; (4) fungsi morfem {R}; (5) makna morfem {R}; (6) satuan-satuan lain yang mirip KUBI; dan (7) ciri-ciri dan definisi KUBI. Tahap kedua, penelitian kuantitatif dengan mengembangkan hasil penelitian pertama menjadi bahan ajar. Melalui uji kelayakan oleh pakar, serta uji terbatas dan respon pengguna, ternyata âModel Bahan Ajar Kajian RMBI berancangan BDdMPâ dinyatakan berhasil dan terbukti mudah dipahami oleh mahasiswa sehingga dinyatakan layak sebagai alternatif subbahan ajar Morfologi Bahasa Indonesia.;--- One of the issues in Indonesian morphemic reduplication in Indonesian Morphology subject (RMBI) is the difficulty of sorting the elements of Indonesian reduplication words (KUBI) towards the base form (BD) and morpheme {R}. Morpheme {R} has a similar or identical structure to all or part of BD but has different meanings. Based on research, there has not been any literature which firmly can be used as a reference or guidance to sort and determine the elements of KUBI. Therefore, the research combination of sequential exploratory design is conducted. The first stage of qualitative research is named âA Study of RMBI Based on BDdMPâ. This research is based on three principles, those are : (1) every KUBI must be returned to BD (Parera, 1988); (2) there is a structural relation between signifiant and signifie (Hidayat, 2006); and (3) a model process is one of the morphological analysis models that has concern on two components, those are base (form) and process (Hocket, 1958; Kridalaksana, 1989). This research examines RMBI by relating two sides of structure and meaning. The main finding of this research is the formula of XY = XZ (previously named AB = AC), where X = BD; Y = morpheme {R}; and Z = grammatical meaning. By using the formula, the examination of RMBI generates the following concepts i.e.,: (1) the sorting of BD and morpheme {R} as the elements of KUBI; (2) the structural pattern of KUBI; (3) the classification of KUBI based on a morphemic form {R}, (4) morphemic position {R},(5) morphemic meaning {R}; (6) other entities which are similar to KUBI; and (7) KUBI characteristics and definitions. The second stage, the a quantitative research developing the finding of the first research to be a teaching material. Through the feasibility test by experts, restricted test and usersâ responses, âA Teaching Material Model of RMBI Study Based on BDdMPâ is developed and itâs proved easily understood by students so it is eligible as a teaching material of Indonesian morphology
EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN (Studi kasus Di Peternakan Bapak Nur Trianto Desa Ngaglik Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar)
This research have done at Mr. Nur Trianto âs dairy cow breeding, which placed at Ngaglik village, Srengat districk, Blitar, began at 11th until 24th June 2012. This research in order to know the CR, S/C, and NRR grade of his dairy cows.The materials of this research are 30 dairy cows Friesian Holstein (FH) with 63,3% as CR valve, so the conception number is on the standart. Then, S/C value is 1,5, this value shows that S/C value in this breeding is very good. And the last is NRR value, it âs 63,3%, it means that 63,3% or 19 dairy cows do not want be inseminated again after the farmer doing artificially insemination. The result of research that Mr. Nur Trianto âs breeding has dairy cows with a good fertility and standart in farming management. The suggest for this research is the breeder should always make the note of his cattle âs reproduction complete, in order to be able to manage his breeding easier.Key Word: CR, S/C, NR
Konsep Integrasi Ilmu Ghoyah Dan Ilmu Wasilah Dalam Kurikulum Pendidikan Di Sekolah (Studi Kasus Di SMA Al-irsyad Al-islamiyyah Cilacap Tahun 2012-2013)
The study in this research was about the integration concept of ghoyah (goal) and wasilah (medium) science in the school education curriculum. The first purposeof this research was identification of the integration concept of ghoyah (goal) and wasilah (medium) science that was applied at Al-Irsyad Al-Islamiyyah Senior High SchoolCilacap. The second purpose of this research was identification of the main problem andsolution that had to be done in implementation of integration of ghoyah and wasilah science at Al-Irsyad Al-Islamiyyah Senior High School Cilacap. The method used in this research was qualitative research method. This method was used for case study at Al-Irsyad Al-Islamiyyah Senior High School Cilacap. The written data were books,documents and magazines about integration concept of ghoyah and wasilah science.Whereas the unwritten data were taken from Al-Irsyad Al-Islamiyyah Senior HighSchool Cilacap. The collection of data used observation, documentation and interviewmethods. The data had been collected by those method were analyzed in the verbal form using coherence interpretation. The result this research showed that the integration of ghoyah and wasilah science was applied at Al-Irsyad Al-Islamiyyah Senior High SchoolCilacap had some types. They were the integration of ghoyah and wasilah science inpreparation lesson plan, in implementing teaching-learning and extra curricular activitiesand so on. According to researcher\u27s analysis, there were some things that could helpthe process of integration of ghoyah and wasilah science in some activities above. Thefirst, teachers\u27 knowledge and capability in applying the integration concept of ghoyahand wasilah science. The second, there was colaboration between teachers and parentsin supervising students\u27 activities out of school.Key words: integration concept; goal science; medium science.Studi dalam penelitian ini adalah mengenai konsep integrasi ilmu ghoyah(tujuan) dan ilmu wasilah (sarana) dalam kurikulum pendidikan di sekolah. Tujuanyang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi konsep integrasiilmu ghoyah dan ilmu wasilah yang diterapkan di SMA Al-Irsyad Al-IslamiyyahCilacap, dan mengidentifikasi problem utama dan solusi yang harus dilakukan dalamimplementasi integrasi ilmu ghoyah dan ilmu sarana di SMA Al-Irsyad Al-IslamiyyahCilacap. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang merupakan studi kasus di SMA Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap. Fenomena agama adalah fenomenauniversal umat manusia. Selama ini belumada laporan penelitian dan kajian yang menyatakan bahwa ada sebuah masyarakatyang tidak mempunyai konsep tentangagama. Walaupun peristiwa Perubahansosial telah mengubah orientasi dan maknaagama, hal itu tidak berhasil meniadakaneksistensi agama dalam masyarakat. Sehingga kajian tentang agama selalu akanterus berkembang dan menjadi kajian yangpenting dalam berbagai aspek kehidupanmanusia. Sebagaimana dalam ranah pendidikan, agama sangat penting untuk dikaji, karena apabila terjadi dikotomi antaraagama dan pendidikan maka sudah bisadipastikan pendidikan tersebut tidak bisaoptimal dan bahkan tidak akan sampai kepada tujuan yang sebenarnya. Maka dariitu pendidikan tidak akan pernah terlepasdari agama dalam prakteknya.Undang-undang Sistem PendidikanNasional No. 20 Tahun 2003, telah ditetapkan tujuan Pendidikan Nasional yaituuntuk âBerkembangnya potensi pesertadidik agar menjadi manusia yang berimandan bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,kreatif, mandiri dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggung jawabKamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorangatau kelompok orang dalam USAhamendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1Apabila kita memperhatikan tujuandan makna pendidikan di atas, maka padadasarnya pendidikan adalah proses Perubahan sikap dalam USAha mendewasakanseseorang, jadi seseorang dikatakan berpendidikanketika ada Perubahan sikappada dirinya, sikap bukan hanya berartiakhlah atau adab saja, akan tetapi Perutertulis berupa buku, dokumen dan majalah yang berkaitan dengan konseppengintegrasian ilmu ghoyah dan ilmu wasilah. Sedangkan data yang tidak tertulisdidapat dari SMA Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap. Pengumpulan data menggunakanmetode observasi, dokumentasi dan wawancara yang dianalisis dalam bentuk verbal dengan interpretasi koherensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi ilmughoyah dan ilmu wasilah yang diterapkan di SMA Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacapada beberapa bentuk yaitu, integrasi ilmu ghoyah dan ilmu wasilah dalam penyusunanperangkat pembelajaran, pelaksanaan KBM, kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatanlainnya. Menurut analisis peneliti, ada beberapa hal yang dapat membantu berjalannya proses integrasi ilmu ghoyah dan ilmu wasilah dalam beberapa kegiatan di atas, diantaranya adalah: 1. Pengetahuan dan kemampuan guru dalam menerapkan konsep integrasi ilmu ghoyah dan ilmu wasilah. 2. Adanya kerjasama antara guru dan orangtua dalam megawasi kegiatan peserta didik di luar sekolah
PERBEDAAN PENGARUH PENCUCIAN LUKA ANTARA NaCl 0,9 % DAN WATER STERIL FOR IRRIGATION TERHADAP PROSENTASE TAKE LUKA PASCA SPLIT THICKNESS SKIN GRAFT
ABSTRAK OPI ZIANUL HAK. NIM: S561007002. 2015. Perbedaan pengaruh pencucian luka antara NaCl 0,9% dan water steril for irrigation terhadap prosentase take luka pasca Split Thickness Skin Graft. TESIS. Pembimbing I : AmruSungkar, dr, Sp.B, Sp.BP-RE(K). Pembimbing II : Dr.dr. Untung Alifianto, Sp.BS. Program Studi Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas SebelasMaret Surakarta LatarBelakang:Split Thickness Skin Graft (STSG) merupakan salah satu teknik penutupan defek yang luas dengan memindahkan epidermis dan sebagian dermis ketempat yang baru, yang bersifat permanen atau sementara untuk mengurangi risiko infeksi. Keberhasilan teknik ini salahsatunya ditentukan dengan metode perawatan luka yang tepat. Tujuan :Untuk mengetahui perbedaan pencucian luka menggunakan NaCl0,9% dibandingkan water steril for irrigation terhadap prosentase take luka pascaSTSG Metode :Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan pre and post test control group. Sampel dalam penelitian ini adalah 9 orang yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 3 orang perempuan dengan unit analisis 14 karena ada 2 unit analisis pada lima orang. Ditentukan menggunakan quota sampling. Subyek penelitian dibagi 2, kelompok I mendapatkan pencucian luka pasca STSG menggunakan NaCl 0,9%. Kelompok II mendapatkan pencucian luka pasca STSG menggunakan water steril for irrigation. Tiap kelompok diukur persentase take, yaitu menghitung luas area jaringan STSG yang ditempel tulle sesuai bentuk luka kemudian dibandingkan dengan skala yang sama pada hari ke-7. Prosentase take yang didapat dibagi luas jaringan STSG yang ditempel dikalikan 100%. Data yang diperoleh diuji normalitas dengan Kolmogorov smirnov, uji beda dengan uji t-independen dengan menggunakan SPSS 19.0. Hasil :Sebaran menurut jenis kelamin laki-laki (66,7%) lebih banyak dari pada perempuan (33,3%), sebaran yang paling banyak adalah rentang umur 30-40 tahun (55,6%) dan sebaran lokasi STSG terbanyak adalah regio humerus dan antebrachii (28%). Kelompok I menunjukkan hasil prosentasi take yang lebih baik (90,71± 1,30%) dibandingkan dengan kelompok II (90,00 ± 1,89%). Hasil uji t independen pada penelitian ini menunjukkan p = 0,815 (p >0,05). Simpulan :Pencucian dengan NaCl 0.9 % pada hari ke 7 tidak terdapat perbedaan secara signifikan dalam hal prosentase take dibandingkan pencucian dengan water steril for irrigation. Kata kunci :STSG, NaCl 0,9% , water steril for irrigation, Persentase STS
PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) JANTAN LEPAS SAPIH
Etawa Cross Goat (PE) is a kind of a goat. It is a cross breed between Etawa and Kacang goat. Climate, Temperature and Humidity are the important factors to increase the weight of a goat. Some kinds of goat are spread in a mountain range or plateau because the goat is like it. Problem of research is the effect of different site in increasing the weight of weaned male Etawa Cross Goat. Objective of study: To investigate the effect of different site to the weight of weaned male Etawa cross Goat. Method of study: This study is using Experimental design. It is intended to find out the effect of different site to the weight of weaned male Etawa Cross Goat. The technique of data analysis is using T-Test. The finding of study was that the t count = (0,11). Standard deviation of the goat on the plateau is and the standard deviation on the goat on lowland is. This means that there was not significant different weight of weaned male Etawa Cross goat which is live on plateau and on lowland.Key words: Etawa Cross Goat, Different Site, Animal Weigh
- âŠ