40 research outputs found

    Pengaruh Suplementasi Vitamin E, Mineral Selenium dan Zink Terhadap Konsumsi Nutrien, Produksi dan Kualitas Semen Sapi Simental

    Get PDF
    (Effect of supplementation of vitamin E, Selenium and Zinc mineral against to nutrient consumption, production and quality cement simental cow)ABSTRACT. Simental bulls often experience a decline in production and semen quality in the rainy season, which have a higher humidity and high rainfall. This study aims to maintain nutrient consumption, production and semen quality Simental bulls during the rainy season through the supplementation of Vitamin E, Selenium and Zinc Minerals. The study was conducted in July-December 2012 at the Artificial Insemination Center (BIB) Unggaran. The research material used in this study were 12 males Simental cows BIB Unggaran grouped by age. The experimental design used in this study is a randomized block design (RBD) with 3 treatments T1 (ration + Vit. E), T2 (ration + Vit. E + Se), T3 (ration + Vit. E + Se + Zn) and 4 groups as replicates. Parameters measured were dry matter intake and nutrient consumption, production and semen quality. Cement production was measured from fresh semen volume during the study, whereas semen quality measured motility and concentration of spermatozoa from fresh semen. Data consumption of dry matter and nutrient intake obtained were processed using analysis of variance, followed by Duncan test. While data on production and semen quality were analyzed descriptively. The results showed that the combination of vitamin E supplementation, minerals Selenium and Zinc did not affect dry matter intake, total digestible nutriens and crude protein, but resulted in a decrease in the percentage of shelter, semen volume, sperm motility and concentration smaller than before treatment. Treatment T1, T2 and T3 resulted in a decrease in the number of shelter respectively 41,55%, 19,56% and 13,63% compared to before treatment, whereas a decrease in semen volume unchanged at 44,9 %, 43,7% and 40,99%. Sperm motility due to treatment T1, T2 and T3 respectively decreased by 55,87%, 22,10% and 13,63% compared to before treatment. In line with sperm motility, sperm concentration in treatment T , T2 and T3, respectively decreased by 49,16%, 22,85% and 14,88%. The conclusion is a combination of vitamin E supplementation, minerals Selenium and Zinc can prevent the decline in cement production, sperm motility and sperm concentration Simental bulls during the rainy season

    Repeatability and Phenotypic Correlation Among Semen Quality Traits in Holstein Bulls

    Get PDF
    The purpose of this research was to analysis the value of repeatability and correlation among the traits affecting the production of frozen semen from Holstein’s bull in Indonesia. Repeatability and correlation were calculated based on the data of frozen semen production of 15.699 records from 44 Holstein bulls at Singosari Artificial Insemination Center (SAIC) and 8.935 records from 39 Holstein bulls at Lembang Artificial Insemination Center (LAIC). Repeatability for volume, motility, fresh semen concentration and frozen semen production was evaluated by intraclass correlation method. The repeatability values of LAIC for volume, motility, fresh semen concentration and frozen semen production were 0.60; 0.54; 0.37 and 0.47. The repeatability values of SAIC for volume, motility, fresh semen concentration and frozen semen production were 0.54; 0.30; 0.43 and 0.29. The linear correlation value between volume, motility and fresh semen concentration with the amount of semen produced per collections were 0.41, 0.36, and 0.58. Concentration was the most factors influencing the number of frozen semen produced. The effectiveness of the selection of Holstein's frozen semen producing could be determined by the value of repeatability and the phenotypic correlation among semen quality traits such as volume, motility, concentration and frozen semen production

    Persentase Membran Plasma Utuh dan Tudung Akrosom Utuh Spermatozoa Kambing Peranakan Etawah dalam Pengencer yang Berbeda

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keutuhan membran plasma dan tudung akrosom sel spermatozoa kambing Peranakan Etawah (PE) pada 2 pengencer yang berbeda pada tahap ekuilibrasi dan pasca freezing. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di Balai Inseminasi Buatan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah yang bertempat di Sidumulyo Kabupaten Ungaran, Jawa Tengah. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semen hasil koleksi dari Pejantan Kambing Peranakan Etawah (PE) sebanyak 6 ekor yang berumur 5 – 7 tahun dalam keadaan sehat dan libido tinggi. Bahan yang digunakan yaitu larutan Hypo Osmotic Swelling (HOS) yang merupakan campuran dari 0,9 g fruktosa, natrium sitrat 0,48 g dan aquabidestilata 100 ml, pH meter, larutanNaCl fisiologis yang ditambahkan 1% formalin, N2 cair, larutan AndroMed® yang terdiri dari aquabidest, phospholipids, fructose, glycerol,buffers, citric acid, spectinomycin, gentamycin, tylosin dan lincomycin (Minitub,2001). Larutan Bioxcell® yang mengandung carbohydrates, mineral salt, buffer, antioxidant, phospholipids, ultra pure water, glycerol, Gentamycin, Tylosin, lincomycin dan Spectinomycin (imv, 2014), label dan tissu. Perlakuan yang digunakan pada penelitian adalah penambahan 2 pengencer (extender) semen yaitu Andromed® dan Bioxcell® dan masing-masing pejantan diamati sebanyak 8 kali ulangan. Parameter yang diamati yaitu persentase keutuhan membran plasma dan tudung akrosom. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji-t. Persentase membran plasma utuh (MPU) dan tudung akrosom utuh (TAU) spermatozoa pada tahap paska ekuilibrasi dalam pengencer Andromed® adalah 47,64±3,52% dan 48,10±4,89%, sedangkan dalam pengencer Bioxcell® 47,61±4,71% dan 48,93±5,54%. Persentase MPU dan TAU spermatozoa pada tahap post thawing dalam pengencer Andromed® 42,68±4,23% dan 42,91±6,12%, sedangkan dalam pengencer Bioxcell® 43,30±5,35% dan 42,44±5,04%. Persentase MPU antar T1 dan T2 pada tahap paska ekuilibrasi dan post thawing tidak menunjukan pengaruh yang nyata. Persentase TAU antar T1 dan T2 pada tahap paska ekuilibrasi dan post thawing tidak menunjukan pengaruh yang nyata. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pengencer komersial Andromed® dan Bioxcell® tidak menunjukkan perbedaan persentase MPU dan TAU secara nyata.Disimpulkan kedua pengencer memiliki kemampuan yang sama dalam mempertahankan keutuhan membran plasma dan tudung akrosom sperma kambing Peranakan Etawah selama proses kriopreservasi

    EFEK HETEROSIS BERBAGAI PENAMPILAN TIKTOK JANTAN DAN BETINA

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek heterosis dari tiktok jantan dan betina. Materi yang digunakan itik 24 jantan, 12 betina, entok 12 jantan, 23 betina dan tiktok 24 jantan, 24 betina. Variabel yang diukur adalah berat badan,karkas, non karkas, jerohan, telur, panjang badan, leher, tulang dada dan lingkar dada. Analisis data yang digunakan adalah uji rata-rata menurut metode General Linier Model (GLM), dari program Stastitical Analysis Sistem (SAS) dan perhitungan efek heterosis secara statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek heterosis ukuran tubuh tiktok jantan lebih banyak positif, 0,69 - 8,81%, sebagian kecil negatif -2,23 sampai -2,74%. Pada tiktok betina semua efek heterosis negatif yaitu -0,03 sampai -45,36%. Disimpulkan bahwa efek heterosis tiktok jantan lebih banyak positif sedang pada betina semuanya negatif.(Kata kunci: Persilangan, Spesies, Tiktok, Ukuran tubuh, Efek heterosis

    Hubungan Indeks Ukuran Tubuh Induk dengan Penampilan Anak pada Kambing Peranakan Etawah

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ukuran tubuh induk kambing PE dengan bobot lahir anak kambing Peranakan Etawah (PE). Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2016 di peternakan kambing PE milik CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. Materi yang digunakan adalah 46 ekor induk kambing PE yang baru saja beranak terdiri dari berbagai umur dan cempe sebanyak 83 ekor. Parameter yang diamati pada induk adalah ukuran panjang badan, ukuran lingkar dada, dan poel. Sedangkan pada anak jenis kelamin, jumlah anak per kelahiran dan bobot lahir. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan bantuan aplikasi program komputer SAS dengan prosedur regresi korelasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh indeks hubungan ukuran tubuh induk dengan penampilan anak kambing, uji T untuk mengetahui perbandingan bobot lahir anak kambing jenis kelamin betina dengan jantan dan uji General Linear Model (GLM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan dan lingkar dada induk berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot lahir anak, adanya kenaikan bobot lahir anak setiap kenaikan indeks ukuran tubuh induk, tidak adanya hubungan antara indeks ukuran tubuh induk dengan jumlah anak per kelahiran. Rata–rata bobot lahir nyata cempe kelamin jantan dan betina masing–masing adalah 2,85 ± 0,70 kg dan 2,81 ± 0,95 kg, sedangkan bobot lahir terkoreksi pada kelamin jantan dan betina masing – masing adalah 2,76 ± 2,01 kg dan 2,54 ± 1,93 kg. Persamaan regresi linear antara indeks ukuran tubuh induk dengan bobot lahir anak kambing adalah Y = -0,994 + 3,539X. Simpulan penelitian ini adalah Terdapat kecenderungan dimana semakin besar indeks ukuran tubuh induk semakin besar pula bobot lahir anak yang dilahirkan. Hasil penelitian indeks ukuran tubuh induk dapat dijadikan patokan untuk seleksi indukan yang berpotensi menghasilkan anak kambing dengan bobot lahir yang tinggi. Setiap kenaikan indeks ukuran tubuh induk ± 0,01 maka akan menaikkan bobot lahir cempe sekitar 0,03 – 0,04 kg. Indeks ukuran tubuh induk dengan jumlah anak per kelahiran memiliki hubungan yang sangat rendah (r = 0,08), sehingga indeks ukuran tubuh induk tidak dapat dijadikan patokan untuk memilih indukan yang prolifikasinya tinggi

    PENYULUHAN MANAJEMEN PEMULIAAN DAN REPRODUKSI SAPI PERAH DI KTT SUBUR MAKMUR 2, DESA KALONGAN, KECAMATAN UNGARAN TIMUR, KABUPATEN SEMARANG

    Get PDF
    ABSTRAK  Tujuan dari penyuluhan ini adalah peningkatan pengetahuan masyarakat tentang inseminasi buatan dan pemuliaan sapi perah yang baik dan berhasil guna ditandai dengan peningkatan produktivitas ternak. Selain itu juga mendukung peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pakan, kesehatan dan pemeliharaan ternak. Leaflet dan poster digunakan dalam kegiatan penyuluhan ini. Ceramah dan diskusi mendalam digunakan dalam kegiatan ini. Informasi metode pelaksanaan deteksi berahi dan inseminasi buatan disampaikan dalam materi teknologi reproduksi. Metode pemilihan pejantan dan betina dan manfaat program pemuliaan disampaikan dalam materi pemuliaan ternak. Beberapa gangguan reproduksi seperti retentio secundinarum dan prolapsus uterydibahas dalam penyuluhan ini. Manajemen pemerahan, pakan dan perkandangan sapi perah merupakan penambahan materi untuk memperkaya pengetahuan masyarakat. Diskusi mendalam dilakukan dengan memberikan sharing pengetahuan dan pengalaman dalam manajemen sapi perah
    corecore