7 research outputs found

    The Analyze Of Investment For Alleviating Unemployment Problems in Banten Province

    Get PDF
    The amount of investment coming into the Banten province has not been in line with the absorption of labor so that the percentage of the unemployment rate in this region always shows above the national average. Therefore, this study aims to analyze the investment in the Banten region in order to obtain a strategy that can alleviate unemployment problems. The research was conducted through a qualitative descriptive approach carried out from August to November 2019. In addition to being based on secondary data obtained from legitimate institutions, to strengthen the results of the analysis, focus group discussions were carried out involving related stakeholders. The results showed that in terms of the distribution of investment in each district/ city, proportion of investment that comes from FDI and DDI or even government spending is dominated by the North Banten and Central Banten regions. So far, the sectors that have become the priority of investors are electricity, gas and water, transportation, warehousing, and telecommunications, which have relatively few workers. Increasing investment in the agribusiness sector is an alternative for efforts to accelerate the reduction in the unemployment rate in Banten Province. Various agribusiness sub-systems ranging from upstream, on-farm agribusiness, downstream agribusiness and agribusiness service provider sub-systems will absorb a lot of labor if realized Keywords: Unemployment; Investment; Qualitative Metho

    Analisis Pemangku Kepentingan Pengembangan Pelabuhan Perikanan Labuan untuk Peningkatan Perekonomian Masyarakat

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan melakukan optimalisasi keberadaan Pelabuhan Perikanan Labuan agar dapat menjadi pengungkit perekonomian daerah. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan November 2021 dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mix method). Pengumpulan data primer yang terkait dengan persepsi setiap pemangku kepentingan (stakeholder) dilakukan melalui wawancara dan diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion), sedangkan analisis data menggunakan MACTOR (matrix of alliance, conflicts, tactics, objectives and recommendations). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sebelas pemangku kepentingan yang berperan dalam pengembangan Pelabuhan Perikanan Labuan dengan empat pemangku kepentingan di antaranya, yakni UPTD PPP, nelayan, pengelola TPI, dan kelompok pengolah hasil perikanan, memiliki tingkat ketergantungan serta tingkat pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan pengembangan Pelabuhan Perikanan Labuan. Seluruh pemangku kepentingan bersepakat bahwa tujuan pengembangan pelabuhan perikanan diarahkan pada peningkatan peran UPTD PPP dalam pencapaian tujuan pembangunan, keamanan dan keselamatan pelayaran, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatan pendapatan desa, dan fasilitasi bagi nelayan. Keberadaan pedagang kaki lima di wilayah pelabuhan akan menimbulkan permasalahan jika tidak dikelola dengan baik. Rekomendasi yang diberikan adalah perlunya optimalisasi peran seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pengembangan Pelabuhan Perikanan Labuan, sinkronisasi program kerja dari seluruh pemangku kepentingan untuk mengembangkan pelabuhan perikanan di Labuan agar tujuan pengembangannya tercapai dan memberikan manfaat bagi masyarakat, serta perlunya pelibatan institusi desa melalui pengadaan lahan bagi pedagang kaki lima agar keberadaannya tidak mengganggu fungsi pelabuhan. Title: Stakeholders Analysis for the Development of Labuan Fishery Port to Improve Economy of the Community This study aims to optimize the existence of the Labuan Fishing Port so that can be leveraged for the regional economy. This research was conducted from September to November 2021 with a qualitative and quantitative method approach (mix method). Primary data collection related to the perception of each stakeholder is carried out through interviews and focus group discussions while data analysis used MAXTOR (matrix of alliance, conflicts, tactics, objectives and recommendations) to see the role of stakeholders in achieving outcomes directly or indirectly. The results showed that there were eleven stakeholders who played a role in the development of the Labuan Fishery Port and four of theme, namely UPTD PPP, fishermen, TPI managers and fishery product processing groups, had a high level of dependence and a strong level of influence on the success of fishing port development. All stakeholders agree that the purpose of developing fishing ports is directed at increasing the role of UPTD PPP in achieving development goals, shipping security and safety, improvement of the community’s economy, increase in village income and fisherman facilitation. The existence of street vendors in the port area will cause problems if not managed properly. The recommendations given are the need to optimize the role of all relevant stakeholders in the development of the Labuan Fishing Port, to synchronize the work programs of all stakeholders to develop a fishing port in Labuan so that its development goals are achieved and provide benefits to the community and the need to involve village institutions through land acquisition for street vendors in the port area

    Implementasi Kebijakan Penataan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Dalam Tata-Kelola Pemerintah Daerah di Provinsi Banten

    Get PDF
    Research and development (R & D) is a very important government support affair in giving and providing references for policy makers. The important role of R & D needs to be accommodated in optimal institutions so that the implementation of duties and R & D functions can run smoothly. This article tries to identify the institutions that handle R & D affairs at provincial and regency / city level in the Province of Banten. Using a descriptive-qualitative approach, this study found that R & D affairs in the province of Banten have not been assigned in independent institutions, but attached to Bappeda institutional with the structural level of Field (echelon III). Also, there is a mismatch between the main tasks of the Field that manages R & D affairs and the main task as mandated in Domestic Ministerial Regulation Number 5 Year 2017. Keywords: Research Affairs, institutional, governance, Banten Abstrak Penelitian dan pengembangan (litbang) adalah urusan penunjang pemerintahan yang sangat penting keberadaannya dalam memberikan dan menyediakan stok pengetahuan bagi policy maker. Peran penting litbang tersebut perlu diakomodir dalam kelembagaan yang optimal agar pelaksanaan tugas dan fungsi litbang dapat berjalan lancar. Artikel ini mencoba mengidentifikasi kelembagaan yang menangani urusan litbang di tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota di wilayah Provinsi Banten. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif, penelitian ini menemukan bahwa urusan litbang di wilayah Provinsi Banten belum diakomodir dalam kelembagaan mandiri, namun melekat pada kelembagaan Bappeda dengan tingkatan struktural Bidang (eselon III). Selain itu, berdasarkan uraian tugas pokok dan fungsi dalam peraturan kepala daerah masing-masing wilayah di Provinsi Banten, terdapat ketidaksesuaian antara tugas pokok Bidang yang mengelola urusan Litbang dengan tugas pokok sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri 5/2017. Kata Kunci: Urusan Penelitian, kelembagaan, tata kelola, Bante

    Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2017

    Get PDF
    It is an enterprise that seeks to convert or distribute raw materials, into half-finished products and into marketable products, and has the sale value of company management capabilities to increase corporate operations that is vital to the increase in corporate profits. The study aims to discover and understand the impact of profitability (ROA), liquidity (CR), and the structure of capital on manufacturing companies registered in the Indonesian stock exchange the 2015-2017 period. Research samples number 70 of the manufacturing companies, determined by sampling methods. The type of data used is the secondary data of a company's finance report 2015-2017. In research, this analysis technique used by means of linear regression analysis using tests and testing based on results suggests that profitability has little effect and no significance to the structure of capital, liquidity has a negative and significant impact on capital structure, and activation structures have no effect and no significance to the structure of capital. Based on the results of this study, it simultaneously proves that independent variables of profitability, liquidity and structure of assets do not affect the dependent variables of capital structures. Keywords :  profitability, liquidity, activation structure and capital structur

    Kajian Manajemen Teknologi Di Pabrik Pengolahan Gondorukem dan Terpentin Sindangwangi Jawa Barat

    Get PDF
    Oki Oktaviana, 2001. Kajian Manajemen Teknologi Di Pabrik Pengolahan Gondorukem dan Terpentin Sindangwangi Jawa Barat. Dibawah bimbingan H. E. Gumbira Sa'id dan H. Wahyudi Produk hasil hutan non kayu yang utama atau yang menjadi andalan Perusahaan Umum (Perum) Perhutani adalah gondorukem. Gondorukem dan terpentin merupakan produk dari Perum Perhutani yang dipasarkan di dalam negeri maupun untuk ekspor. Di dalam negeri Perum Perhutani merupakan produsen tunggal gondorukem dan terpentin, sehingga struktur pasar gondorukem dan terpentin di dalam negeri menjadi monopoli Perum Perhutani. Dengan struktur pasar yang demikian Perum Perhutani menjadi penentu dalam penetapan harga jual gondorukem dan terpentin di dalam negeri. Sedangkan di pasaran luar negeri, Cina merupakan negara pengekspor terbesar goildorukem dunia dan pesaing utama Perum Perhutani. Gondorukem dan terpentin Perum Perhutani dihasilkan dari pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin (PGT) yang tersebar di pulau Jawa. PGT yang terdapat di wilayah Perurn Perhutani Unit 111 Jawa Barat adalah PGT Sindangwangi. Sampai saat ini kapasitas produksi terpasang pabrik belum tergunakan sepenuhnya. Hal tersebut menyebabkan naiknya biaya produksi, yang akhirnya akan mengurangi keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan produk. Disamping itu, rendemen produk yang dihasilkan belum optimal Kapasitas produksi terpasang yang tidak tercapai, kurang optimalnya rendemen hasil produksi, tingginya tingkat persaingan pasar gondorukem dunia, ditambah dengan dimulainya era pasar bebas, dimana produsen gondorukem dari luar negeri akan dengan leluasa masuk ke pasar gondorukem dalam negeri, menyebabkan PGT Sindangwangi perlu untuk memanfaatkan teknologi yang dimilikinya seoptimal mungkin. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengelola empat perangkat teknologi yang terdiri dari perangkat teknologi, perangkat sumberdaya manusia, perangkat informasi, dan perangkat organisasi, sehingga dapat dihasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen, dengan demikian daya saing dan kinerja perusahaan dapat ditingkatkan. Dengan mengkaji keempat komponen teknologi tersebut, PGT Sindangwangi diharapkan dapat menentukan pengembangan teknologi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan. Berdasarltan pennasalahan yang dihadapi PGT Sindangwangi tersebut, maka geladikarya ini difokuskan pada pengltajian berikut. (1) Bagaimana pelaksanaan manajemen teknologi yang diterapkan oleh PGT Sindangwangi ? (2) Bagaimana mengembangkan manajemen telmologi yang diterapkan, agar daya saing dan ltillerja PGT Sindangwangi meningkat? Tujuan dari geladikarya ini, yaitu mengkaji pelaksanaan manajemen teknologi produksi di PGT Sindangwangi, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan manajemen teknologi pada PGT Sindangwangi,dan memberikan alternatif pengembangan teknologi yang mungkin dilaksanakan sesuai dengan kondisi perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kaus dengan analisis deskriptif. Kajian manajemen teknologi didasarkan pada pengkajian indikator transformasi teknologi dan indikator kemampuan teknologi. Pengkajian indiiator tranformasi teknologi dilakukan terhadap empat komponen teknologi yang meliputi perangkat telaologi (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware), dan perangkat organisasi (orgaware). Pengkajian kemampuan teknologi dilakukan terhadap kemampuan operatif, akuisitif, suportif, dan inovatif. Pengolahan data menggunakan program Minitab dan pengujian menggunaltan metode Mann-Whitney dan metode Chi-Square. Hasil pengolahan data dianalisa dengan metode Science and Technological management Information System terhadap kedua indikator teknologi. Analisa internal-eksternal dilakukan untuk mengetahui kondisi pabrik, termasuk di dalamnya peluang, ancaman, kekuatan, dan Itelemahan pabrik. Analisa internal-eltsternal dilaltukan dengan menggunakan metode Internal Factor valuation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Matrix, Internal-External Matrix. Hasil pengkajian indikator transformasi teknologi adalah sebagai berikut. (I) Perangkat teknologi produksi yang digunakan PGT menggunakan mesin manual sampai dengan mesin khusus (nilai median 4). Kondisi perangkat teknologi tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen PGT, yaitu menggunakan mesin manual sampai mesin khusus (nilai median 4). Perangkat teknologi yang ada sekarang dinilai sudah mampu untuk bersaing. (2) Perangkat manusia di PGT Sindangwangi sekarang ini berada pada kemampuan mereparasi, memproduksi, sampai mengadaptasi (nilai median 5), sedangkan kondisi yang diharapkan oleh manajemen tidak berbeda nyata yaitu berada pada kemampuan meproduksi, mengadaptasi, sampai menyempurnakan (nilai median 6). (3) Perangkat informasi pabrik sekarang ini berada pada kemampuan menerangkan sampai pada menggunakan fakta (nilai median 4), sedangkan kondisi yang diharapkan manajemen yaitu pemanfaatan informasi tersebut berada pada kondisi menghayati sampai mengkaji fakta (nilai median 7). (4) Perangkat organisasi pabrik sekarang ini berada pada tahap menciptakan pola kerja baru sampai menstabilkan pola lterja (nilai median 5). Kondisi perangkat organisasi yang sekarang ini belurn sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen, yaitu perangkat organisasi yang dapat menstabilkan pola kerja sampai menguasai pola kerja unggul (nilai median 7). Pengkajian indiltator kemampuan teknologi menunjukkan bahwa ltemampuan PGT Sindangwangi saat ini sebanding dengan kemarnpuan PGT Perum Perhutani lainnya (nilai median 2). Kondisi tersebut tidak berbeda nyata dengan yang diharapkan manajemen (nilai median 3), yaitu menjadi yang terbaik diantara PGT Perum Perhutani lainnya. Beberapa alternatif pengembangan manajemen teknologi yang dapat dildcukan, yaitu: (1) Peningkatan pemanfaatan perangkat teknologi seoptimal mungkin melalui pengoperasian pabrik pada tingkat ltapasitas produksi terpasangnya dan meningkatkan rendemen produk. (2) Untuk pengembangan perangkat manusia perlu dilakultan pelatihan secara kontinyu di bidang teknis produksi maupun manajemen serta studi banding ke pabrik lainnya. (3) Pengeinbangan perangkat informasi dilakultan dengan meningkatkan kemampuan pabrik dalam perencanaan produksinya sendiri berdasarkan permintaan pasar melalui pemanfaatan laporan hasil kegiatan produksi. (4) Untuk pengembangan perangkat organisasi pabrik di masa yang altan datang, perlu dilalukan pengkajian terhadap restrukturisasi organisasi pabrik. Struktur organisasi pabrik tersebut menggambarkan; sebuah perusahaan mandiri dan profesional yang mempunyai kewenangan dalam perencanaan produksi sampai dengan pemasaran produlnya. Dengan dikelolanya PGT Sindangwangi secara mandiri, Perum Perhutani Unit 111 dan KPH Bandung Utara pada khususnya dapat lebih fokus dalam mengelola kawasan hutan serta industri-industri lainnya yang berada di Bandung Utara dan Jawa Barat pada umumnya. Berdasarkan hasil analisis pabrik dengan menggunakan matriks I - E diperoleh hasil bahwa posisi perusahaan terletak di posisi pertumbuhan. Pada posisi tersebut strategiyang dapat dilakukan oleh PGT Sindangwangi adalah strategi pertumbuhan melalui integrasi horisontal, melalui integrasi internal dan integrasi eksternal. Integrasi internal dilakukan dengan memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki pabrik, yaitu dengan mengoperasikan produksi sampai pada tingkat kapasitas terpasangnya, memproduksi produk turunan gondorukem dan terpentin serta mengembangkan wilayah pemasaran. Integrasi ekstemal dilakultan melalui peningkatan kerja sama dengan mitra swasta, yaitu dengan membantu pemberdayaan SDM serta meningkatkan kuantitas dan mutu pasokan getah ke mitra swasta tersebut agar kuantitas dan mutu produk yang dihasilkannya meningkat. Tujuan dari diterapkannya strategi petumbuhan dengan integrasi horisontal tersebut adalah untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan. PGT Sindangwangi telah dapat mengelola perangkat telaologi, perangkat manusia, perangkat informasi, dan perangkat organisasi. Tetapi dalam menghadapi era pasar bebas dengan tingkat persaingan yang tinggi terutama adanya persaingan dari Cina yang menguasai pangsa pasar terbesar dan menggunakan teknik dumping, penerapan manajemen teknologi masih perlu di tingkatkan lagi agar daya saing pabrik meningkat. Hal tersebut dapat dicapai dengan peningltatan pemanfaatan perangkat telaologi, pengembangan kemampuan sumberdaya manusia, pembentukan SIM yang handal, dan merestrukturisasi perangkat organisasi. Prioritas integrasi strategi telaologi yang dapat diterapkan adalah melalui strategi pemanfaatan teknologi (Technology Exploiter Strategy) dan strategi bisnis melalui Unggul Harga dan Unggul Mutu. Upaya-upaya lainnya yang dapat dilakukan untuk mendukung pencapaian tujuan dan pengembangan PGT Sindangwangi, antara lain adalah • melakukan penelitian yang berhubungan dengan produk turunan gondorukem dan terpentin. Penelitian tersebut antara lain meliputi kajian terhadap kuantitas dan mutu produk turunan yang diinginkan oleh pasar serta studi kelayakannya tentang teknologi, SDM, maupun dana yang yang dibutuhkan. • Melakukan kajian khusus untuk menemukan cara yang lebih baik dalam pengujian getah yang diterima pabrik agar didapatkan hasil yang lebih akurat. • Melakukan kajian mengenai struktur dan perilaku organisasi dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat dan perubahan yang sangat cepat di era pasar bebas mendatang. Kata kunci: Gondorukem dan Terpentin, Pabrik Gondorukem dan Terpentin Sindangwangi, Jawa Barat, Manajemen Telaologi, Analisa Manajemen Teknologi, Analisa Internal - Eksternal, Integrasi Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi, Metode Mann- Whitney, Chi-Square, Studi Kasus. Kata kunci: Gondorukem dan Terpentin, Pabrilc Gondorukem dan erpentinSindangwangi, Jawa Barat, Manajemen Telaologi, Analisa ManajemenTeknologi, Analisa Internal - Eksternal, Integrasi Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi, Metode Mann- Whitney, Chi-Square, Studi Kasus

    Kajian Manajemen Teknologi Di Pabrik Pengolahan Gondorukem dan Terpentin Sindangwangi Jawa Barat

    Get PDF
    Oki Oktaviana, 2001. Kajian Manajemen Teknologi Di Pabrik Pengolahan Gondorukem dan Terpentin Sindangwangi Jawa Barat. Dibawah bimbingan H. E. Gumbira Sa'id dan H. Wahyudi Produk hasil hutan non kayu yang utama atau yang menjadi andalan Perusahaan Umum (Perum) Perhutani adalah gondorukem. Gondorukem dan terpentin merupakan produk dari Perum Perhutani yang dipasarkan di dalam negeri maupun untuk ekspor. Di dalam negeri Perum Perhutani merupakan produsen tunggal gondorukem dan terpentin, sehingga struktur pasar gondorukem dan terpentin di dalam negeri menjadi monopoli Perum Perhutani. Dengan struktur pasar yang demikian Perum Perhutani menjadi penentu dalam penetapan harga jual gondorukem dan terpentin di dalam negeri. Sedangkan di pasaran luar negeri, Cina merupakan negara pengekspor terbesar goildorukem dunia dan pesaing utama Perum Perhutani. Gondorukem dan terpentin Perum Perhutani dihasilkan dari pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin (PGT) yang tersebar di pulau Jawa. PGT yang terdapat di wilayah Perurn Perhutani Unit 111 Jawa Barat adalah PGT Sindangwangi. Sampai saat ini kapasitas produksi terpasang pabrik belum tergunakan sepenuhnya. Hal tersebut menyebabkan naiknya biaya produksi, yang akhirnya akan mengurangi keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan produk. Disamping itu, rendemen produk yang dihasilkan belum optimal Kapasitas produksi terpasang yang tidak tercapai, kurang optimalnya rendemen hasil produksi, tingginya tingkat persaingan pasar gondorukem dunia, ditambah dengan dimulainya era pasar bebas, dimana produsen gondorukem dari luar negeri akan dengan leluasa masuk ke pasar gondorukem dalam negeri, menyebabkan PGT Sindangwangi perlu untuk memanfaatkan teknologi yang dimilikinya seoptimal mungkin. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengelola empat perangkat teknologi yang terdiri dari perangkat teknologi, perangkat sumberdaya manusia, perangkat informasi, dan perangkat organisasi, sehingga dapat dihasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen, dengan demikian daya saing dan kinerja perusahaan dapat ditingkatkan. Dengan mengkaji keempat komponen teknologi tersebut, PGT Sindangwangi diharapkan dapat menentukan pengembangan teknologi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan. Berdasarltan pennasalahan yang dihadapi PGT Sindangwangi tersebut, maka geladikarya ini difokuskan pada pengltajian berikut. (1) Bagaimana pelaksanaan manajemen teknologi yang diterapkan oleh PGT Sindangwangi ? (2) Bagaimana mengembangkan manajemen telmologi yang diterapkan, agar daya saing dan ltillerja PGT Sindangwangi meningkat? Tujuan dari geladikarya ini, yaitu mengkaji pelaksanaan manajemen teknologi produksi di PGT Sindangwangi, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan manajemen teknologi pada PGT Sindangwangi,dan memberikan alternatif pengembangan teknologi yang mungkin dilaksanakan sesuai dengan kondisi perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kaus dengan analisis deskriptif. Kajian manajemen teknologi didasarkan pada pengkajian indikator transformasi teknologi dan indikator kemampuan teknologi. Pengkajian indiiator tranformasi teknologi dilakukan terhadap empat komponen teknologi yang meliputi perangkat telaologi (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware), dan perangkat organisasi (orgaware). Pengkajian kemampuan teknologi dilakukan terhadap kemampuan operatif, akuisitif, suportif, dan inovatif. Pengolahan data menggunakan program Minitab dan pengujian menggunaltan metode Mann-Whitney dan metode Chi-Square. Hasil pengolahan data dianalisa dengan metode Science and Technological management Information System terhadap kedua indikator teknologi. Analisa internal-eksternal dilakukan untuk mengetahui kondisi pabrik, termasuk di dalamnya peluang, ancaman, kekuatan, dan Itelemahan pabrik. Analisa internal-eltsternal dilaltukan dengan menggunakan metode Internal Factor valuation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Matrix, Internal-External Matrix. Hasil pengkajian indikator transformasi teknologi adalah sebagai berikut. (I) Perangkat teknologi produksi yang digunakan PGT menggunakan mesin manual sampai dengan mesin khusus (nilai median 4). Kondisi perangkat teknologi tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen PGT, yaitu menggunakan mesin manual sampai mesin khusus (nilai median 4). Perangkat teknologi yang ada sekarang dinilai sudah mampu untuk bersaing. (2) Perangkat manusia di PGT Sindangwangi sekarang ini berada pada kemampuan mereparasi, memproduksi, sampai mengadaptasi (nilai median 5), sedangkan kondisi yang diharapkan oleh manajemen tidak berbeda nyata yaitu berada pada kemampuan meproduksi, mengadaptasi, sampai menyempurnakan (nilai median 6). (3) Perangkat informasi pabrik sekarang ini berada pada kemampuan menerangkan sampai pada menggunakan fakta (nilai median 4), sedangkan kondisi yang diharapkan manajemen yaitu pemanfaatan informasi tersebut berada pada kondisi menghayati sampai mengkaji fakta (nilai median 7). (4) Perangkat organisasi pabrik sekarang ini berada pada tahap menciptakan pola kerja baru sampai menstabilkan pola lterja (nilai median 5). Kondisi perangkat organisasi yang sekarang ini belurn sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen, yaitu perangkat organisasi yang dapat menstabilkan pola kerja sampai menguasai pola kerja unggul (nilai median 7). Pengkajian indiltator kemampuan teknologi menunjukkan bahwa ltemampuan PGT Sindangwangi saat ini sebanding dengan kemarnpuan PGT Perum Perhutani lainnya (nilai median 2). Kondisi tersebut tidak berbeda nyata dengan yang diharapkan manajemen (nilai median 3), yaitu menjadi yang terbaik diantara PGT Perum Perhutani lainnya. Beberapa alternatif pengembangan manajemen teknologi yang dapat dildcukan, yaitu: (1) Peningkatan pemanfaatan perangkat teknologi seoptimal mungkin melalui pengoperasian pabrik pada tingkat ltapasitas produksi terpasangnya dan meningkatkan rendemen produk. (2) Untuk pengembangan perangkat manusia perlu dilakultan pelatihan secara kontinyu di bidang teknis produksi maupun manajemen serta studi banding ke pabrik lainnya. (3) Pengeinbangan perangkat informasi dilakultan dengan meningkatkan kemampuan pabrik dalam perencanaan produksinya sendiri berdasarkan permintaan pasar melalui pemanfaatan laporan hasil kegiatan produksi. (4) Untuk pengembangan perangkat organisasi pabrik di masa yang altan datang, perlu dilalukan pengkajian terhadap restrukturisasi organisasi pabrik. Struktur organisasi pabrik tersebut menggambarkan; sebuah perusahaan mandiri dan profesional yang mempunyai kewenangan dalam perencanaan produksi sampai dengan pemasaran produlnya. Dengan dikelolanya PGT Sindangwangi secara mandiri, Perum Perhutani Unit 111 dan KPH Bandung Utara pada khususnya dapat lebih fokus dalam mengelola kawasan hutan serta industri-industri lainnya yang berada di Bandung Utara dan Jawa Barat pada umumnya. Berdasarkan hasil analisis pabrik dengan menggunakan matriks I - E diperoleh hasil bahwa posisi perusahaan terletak di posisi pertumbuhan. Pada posisi tersebut strategiyang dapat dilakukan oleh PGT Sindangwangi adalah strategi pertumbuhan melalui integrasi horisontal, melalui integrasi internal dan integrasi eksternal. Integrasi internal dilakukan dengan memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki pabrik, yaitu dengan mengoperasikan produksi sampai pada tingkat kapasitas terpasangnya, memproduksi produk turunan gondorukem dan terpentin serta mengembangkan wilayah pemasaran. Integrasi ekstemal dilakultan melalui peningkatan kerja sama dengan mitra swasta, yaitu dengan membantu pemberdayaan SDM serta meningkatkan kuantitas dan mutu pasokan getah ke mitra swasta tersebut agar kuantitas dan mutu produk yang dihasilkannya meningkat. Tujuan dari diterapkannya strategi petumbuhan dengan integrasi horisontal tersebut adalah untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan. PGT Sindangwangi telah dapat mengelola perangkat telaologi, perangkat manusia, perangkat informasi, dan perangkat organisasi. Tetapi dalam menghadapi era pasar bebas dengan tingkat persaingan yang tinggi terutama adanya persaingan dari Cina yang menguasai pangsa pasar terbesar dan menggunakan teknik dumping, penerapan manajemen teknologi masih perlu di tingkatkan lagi agar daya saing pabrik meningkat. Hal tersebut dapat dicapai dengan peningltatan pemanfaatan perangkat telaologi, pengembangan kemampuan sumberdaya manusia, pembentukan SIM yang handal, dan merestrukturisasi perangkat organisasi. Prioritas integrasi strategi telaologi yang dapat diterapkan adalah melalui strategi pemanfaatan teknologi (Technology Exploiter Strategy) dan strategi bisnis melalui Unggul Harga dan Unggul Mutu. Upaya-upaya lainnya yang dapat dilakukan untuk mendukung pencapaian tujuan dan pengembangan PGT Sindangwangi, antara lain adalah • melakukan penelitian yang berhubungan dengan produk turunan gondorukem dan terpentin. Penelitian tersebut antara lain meliputi kajian terhadap kuantitas dan mutu produk turunan yang diinginkan oleh pasar serta studi kelayakannya tentang teknologi, SDM, maupun dana yang yang dibutuhkan. • Melakukan kajian khusus untuk menemukan cara yang lebih baik dalam pengujian getah yang diterima pabrik agar didapatkan hasil yang lebih akurat. • Melakukan kajian mengenai struktur dan perilaku organisasi dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat dan perubahan yang sangat cepat di era pasar bebas mendatang. Kata kunci: Gondorukem dan Terpentin, Pabrik Gondorukem dan Terpentin Sindangwangi, Jawa Barat, Manajemen Telaologi, Analisa Manajemen Teknologi, Analisa Internal - Eksternal, Integrasi Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi, Metode Mann- Whitney, Chi-Square, Studi Kasus. Kata kunci: Gondorukem dan Terpentin, Pabrilc Gondorukem dan erpentinSindangwangi, Jawa Barat, Manajemen Telaologi, Analisa ManajemenTeknologi, Analisa Internal - Eksternal, Integrasi Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi, Metode Mann- Whitney, Chi-Square, Studi Kasus

    Kebijakan Peningkatan Kontribusi Sektor Ekonomi Kreatif Bagi Perekonomian di Provinsi Banten

    No full text
    Ekonomi kreatif turut memberikan kontribusi yang positif bagi pembangunan ekonomi baik regional maupun nasional. Dalam upaya pengembangannya masih banyak ditemukan permasalahan seperti faktor permodalan, sumber daya manusia, hak cipta, maupun pemasaran yang menyebabkan pengembangan sektor industri kreatif di Indonesia belum berjalan optimal. Kondisi permasalahan serupa juga dialami dalam pengembangan ekonomi kreatif di Provinsi Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengulas upaya peningkatan peran sektor ekonomi kreatif dalam perekonomian di Provinsi Banten melalui dukungan kebijakan daerah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif berdasarkan data sekunder serta studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan dan upaya pembangunan sektor ekonomi kreatif. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa kontribusi nilai ekspor sektor ekonomi kreatif di Provinsi Banten masih mengandalkan subsektor fashion (pakaian serta sepatu dan peralatan kaki lainnya) yang cenderung bersifat industri konvensional; letak geografis Provinsi Banten yang berbatasan langsung dengan Jakarta sebagai pusat pemerintahan, serta beragamnya objek wisata yang dimiliki merupakan peluang untuk terus mengembangkan sektor ekonomi kreatif melalui kolaborasi quadruple helix; diperlukan regulasi yang berisi grand design pengembangan ekonomi kreatif yang dapat mewadahi berbagai kepentingan; faktor kelemahan sumber daya manusia pelaku ekonomi kreatif dalam melakukan inovasi, dapat diatasi dengan kehadiran perguruan tinggi atau pun lembaga litbang di wilayah Provinsi Banten untuk menghasilkan paket teknologi atau pun ide-ide inovatif dalam peningkatan nilai tambah barang dan jasa sehingga sesuai dengan keinginan pasa
    corecore