8 research outputs found

    Efikasi Ekstrak Daun dan Bunga Kecombrang (Etlingera elatior) terhadap Larva Aedes aegypti

    Get PDF
    Three widely known dengue vector control programs in Indonesia are chemical, biological, and environmental modification control where chemical control with organophosphate insecticide (malathion and temephos) is the most common. The long term use of chemical insecticide will result in the vector being tolerant and eventually resistant to insecticide. One of the alternative solutions is to use biological larvacide from the plant. The objective of this study was to determine the lethal concentration of the extract of Kecombrang (Etlingera elatior) leaves and flowers against Aedes aegypti larvae. This was an experimental study where the sample size was determined by using the Federer formula. The study used six different concentrations and four repetitions. Two controls group, Bacillus thuringiensis and water used as positive and negative control. The results showed that the LC50 and LC90 of Kecombrang leave extract were 1.20% and 2.05% respectively whereas for Kecombrang flowers extract were 0,05% and 0.09% respectively. Extract of Kecombrang leaves and flowers is effective to kill Ae. aegypti larvae where the flowers extract is more effective than the leaves extract in killing Ae. aegypti larvae

    Pengetahuan dan Perspektif Masyarakat Lokal Terhadap Schistosomiasis di Indonesia

    Get PDF
    ABSTRACT Schistosomiasis, also known as snail fever, is caused by a parasitic worm. These parasites emerge from snails (conch) to contaminate fresh water and then infect humans or mammals such as cows, buffalo, and pigs whose skin is in contact with water. Various efforts continue to be encouraged so that cases of schistosomiasis decrease. Methods to prevent disease include increasing access to clean water, reducing snail populations, improving waterways, and the role of local community leaders. This study aimed to explore people's local knowledge and perspectives in endemic schistosomiasis areas. This study uses a cross-sectional design for quantitative and qualitative by collecting data through FGD. With as many FGD participants in each group, as many as ten people. The number of respondents was selected by simple random sampling. The results showed that local people's knowledge was still low, especially about the causes and modes of transmission of schistosomiasis. The community's perspective on controlling schistosomiasis carried out by cross-sectoral and health services and their staff is quite good. Local people expect stockpiling/drying of snail-focused areas, giving PPE boots for free. Local perspectives on the involvement of community leaders are still lacking, especially in community social groups such as PKK and dasawisma. In addition, cross-sectoral collaboration, the health office, and community leaders still need to be improved. The need for strengthening the eradication of schistosomiasis by involving informal, formal leaders in endemic schistosomiasis areas ABSTRAK Schistosomiasis atau disebut juga demam keong, disebabkan oleh parasit cacing. Parasit ini muncul dari siput (keong) untuk mencemari air tawar dan kemudian menginfeksi manusia ataupun hewan mamali. Metode untuk mencegah penyakit ini adalah meningkatkan akses terhadap air bersih, mengurangi populasi keong, perbaikan saluran air, dan peran dari tokoh masyarakat setempat. Tujuan penelitian ini mengeksplorasi pengetahuan dan perspektif lokal masyarakat di daerah endemis schistosomiasis. Peneltian ini menggunakan desain cross-sectional melalui pendekatan kuantitatif dan Kualitatif dengan cara pengumpulan data melalui Focus Group Discussion (FGD). Jumlah peserta FGD masing-masing kelompok sebanyak 10 orang. Jumlah responden 1692 yang dipilih secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan, pengetahuan masyarakat lokalmasih rendah khususnya tentang penyebab dan cara penularan schistosomiasis. Persepektif masyarakat tentang pengendalian schistosomiasis yang dilakukan oleh lintas sector dan dinas kesehatan bersama jajarannya sudah cukub baik. Masyarakat lokal mengharapkan penimbunan/ pengeringan areal fokus keong,pemberian Alat Pelindung Diri (APD) sepatu bot secara gratis. Perspektif lokal tentang keterlibatan tokoh-tokoh masyarakat masih kurang terutama kelompok sosial masyarakat seperti Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan dasawisma. Selain itu kerjasama lintas sektor, dinas kesehatan dan tokoh-tokoh masyarakat masih perlu ditingkatkan. Perlunya penguatan dalam pemberantasan schistosomiasis dengan melibatkan tokoh formal nonformal di daerah endemis schistosomiasis

    STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR, STUDI KASUS DI KECAMATAN PEMIJAHAN DAN LEUWILIANG

    Get PDF
    Bogor Regency has big potential in agricultural resources with population about 4,2 million of which 20,4 percent work as farmers. Yet, the number of people living under poverty is around 1,1 million. Therefore research to find strategy in alleviating poverty is important. The main objective of this research is to formulate stategies in alleviating poverty by agricultural development in Bogor Regency. Moreover, specific purposes are: 1) Identifying the characteristic and the buying power of people in Bogor Regency; 2) Analyzing the correlation between the poverty rate and the household characteristic in Bogor Regency; 3) Analyzing potential agricultural commodities in Bogor Regency and 4) Evaluating Government Policy in alleviating poverty at Bogor Regency. Methods used in this research were Quantitative Descriptive Analysis, Correlation Analysis, and LQ. The SWOT and QSPM Analysis were also used to formulate strategies. Nine strategies, which are alternative strategies to be applied by the government of Bogor Regency, are designed to alleviate poverty in Bogor Regency through Agricultural development. Poverty allevieting in Bogor Regency should be focused on three strategies, those are: 1) Increase of human resource quality of farmers; 2) Development of potential commodities, i.e. wetland rice, sweet potato, siam orange, and mangosteen; and 3) Development of agricultural infrastructure and facility.Keywords: Strategies, Bogor Regency, Poverty, Policy, AgricultureABSTRAK Kabupaten Bogor memiliki potensi sumberdaya alam pertanian untuk dikembangkan yang didukung oleh populasi yang mencapai 4,2 juta jiwa, dimana 20,4 persen dari jumlah tersebut bermata pencaharian sebagai petani. Namun kenyataannya, penduduk miskin mencapai lebih dari 1,1 juta jiwa. Untuk itu, penelitian terkait perancangan strategi penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi dan program penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan pertanian di Kabupaten Bogor dengan tujuan khusus antara lain: 1) Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan daya beli masyarakat miskin di Kabupaten Bogor; 2) Menganalisis hubungan antara tingkat kemiskinan dengan beberapa karakteristik rumahtangga miskin di Kabupaten Bogor; 3) Menganalisis komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Bogor; dan 4) Mengevaluasi kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif kuantitatif, analisis korelasi, dan analisis LQ. Metode SWOT dan QSPM digunakan untuk merumuskan strategi alternatif. Hasil kajian menetapkan 9 strategi penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan pertanian di Kabupaten Bogor, yang merupakan alternatif strategi yang dapat dijalankan ke depan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor harus difokuskan kepada tiga strategi yaitu: 1) Peningkatan kualitas SDM petani; 2) Pengembangan komoditas unggulan padi sawah, ubi jalar, jeruk siam dan manggis; dan 3) Peningkatan sarana dan prasarana pertanian.Kata kunci: Strategi, Kabupaten Bogor, Kemiskinan, Kebijakan, Pertania

    Capacity and Stability Analysis of Cipamingkis Weir Failure, West Java

    Get PDF
    One of the water management efforts that can be done is the construction of a weir. Aspects that need to be considered in the planning and construction of a weir are capacity and stability. Cipamingkis weir was built in 1980 and is a vital irrigation infrastructure because it irrigates ± 7.508 hectares of rice fields in Bogor Regency and Bekasi Regency. This study aims to determine the capacity of the weir and then calculate its stability condition. Through calculations, it is known that the stability of the weir during normal water level conditions is safe against overturning with a safety factor of 3,8 greater than 1,5 for overturning with earthquake and a safety factor of 10,8 greater than 1,5 for overturning without earthquake. Under normal water level conditions, the weir is known to be safe against shear with a factor of safety of 1,56 greater than 1,1 for shear with earthquake and a factor of safety of 2,99 greater than 1,3 for shear without earthquake. Under flood water conditions, the stability of the weir is safe against overturning with a factor of safety of 1.67 greater than 1,5 for overturning with earthquake and a factor of safety of 2,38 greater than 1,5 for overturning without earthquake. Likewise, the stability of the weir against shear is known to be safe with a factor of safety of 1,68 greater than 1,1 for shear with earthquake and a factor of safety of 3,11 greater than 1,3 for shear without earthquake. The capacity of the weir using the 50-year return period is 1647,44 m3/sec as the ideal design discharge and for the 100-year return period is 1859,36 m3/sec

    Analisis Profil Muka Air Banjir Sungai Way Sikula Kota Ambon Menggunakan HEC – RAS

    Get PDF
    Sungai Way Sikula merupakan salah satu sungai yang terdapat di Kota Ambon dengan Panjang sungai 22,55 km. Sungai Way Sikula berada pada Sub DAS Way Sikula dan DAS Air Manis. Pada Juli 2022, terjadi banjir di hilir sungai yang mengakibatkan akses jalan arah Kota Ambon dan Kecamatan Leihitu Barat lumpuh. Sehubungan dengan itu, maka perlu dilakukan analisis profil muka air banjir di sungai yang diharapkan menjadi rencana pengendalian banjir di masa yang akan datang. Perhitungan debit banjir di Sungai Way Sikula untuk kala ulang 2, 5, 10, 25, dan 50 tahun digunakan metode Rasional menggunakan data curah hujan dari stasiun BMKG Pattimura Ambon dan Stasiun Pos Gunung Nona Ambon tahun 2012 – 2021. Hasil perhitungan debit banjir untuk kala ulang 2, 5, 10, 25 dan 50 tahun secara berurutan adalah 99,51 m3/s, 130,47 m3/s, 150,36 m3/s, 168,87 m3/s, dan 192,74 m3/s. Analisis profil muka air banjir menggunakan bantuan software HEC-RAS ver. 5.0.7. Dari hasil simulasi diketahui Sungai Way Sikula mulai meluap pada debit banjir Q2 tahun pada seluruh penampang yang disimulasikan dengan tinggi luapan banjir pada debit banjir 50 tahun mencapai 1,86 meter

    Pengembangan Self Esteem Siswa Smkn 31 Jakarta Sebagai Upaya Mempersiapkan Diri Memasuki Dunia Kerja

    Get PDF
    Remaja merupakan tahapan perkembangan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja adalah mencapai ego identity, yakni memiliki pandangan yang jelas terhadap berbagai aspek dalam dirinya, serta mampu menerima segala kelebihan dan kekurangan dalam dirinya tersebut. Untuk mencapai ego identity tersebut, remaja perlu memiliki konsep diri (self-concept) yang jelas, serta harga diri (self-esteem) yang positif. Hanya saja, hal tersebut tidaklah mudah karena justru remaja seringkali mendapatkan pengaruh negatif dari lingkungan sekitarnya, baik itu orangtua, guru, teman sebaya, hingga media massa. Keharusan untuk mendapat nilai terbaik, pengakuan guru yang terbatas hanya pada siswa berprestasi, tuntutan untuk “gaul” ala remaja, hingga naskah sosial di media massa seringkali justru remaja sulit memiliki penghargaan positif terhadap dirinya, dan melupakan potensi yang sebetulnya ada dalam dirinya. Program pengembangan harga diri (self-esteem) merupakan salah satu bentuk upaya yang perlu dilakukan bagi remaja, terutama oleh sekolah. Namun sayangnya, tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang memadai untuk melakukan hal tersebut, seperti SMK Negeri 31 yang berlokasi di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Oleh karena itu, program pengabdian masyarakat ini ditujukan untuk membantu siswa SMK Negeri 31 agar dapat memiliki penghargaan yang lebih positif terhadap dirinya, serta menelaah dan mengembangkan potensi dirinya. Hasil evaluasi efektivitas kegiatan menunjukkan bahwa pelatihan yang dilakukan tidak efektif dalam meningkatkan self esteem siswa. Akan tetapi, secara umum kegiatan yang dilakukan mendapatkan penilaian positif dari peserta

    Efikasi Ekstrak Daun dan Bunga Kecombrang (Etlingera elatior) terhadap Larva Aedes aegypti

    No full text
    Abstract. Three widely known dengue vector control programs in Indonesia are chemical, biological, and environmental modification control where chemical control with organophosphate insecticide (malathion and temephos) is the most common. The long term use of chemical insecticide will result in the vector beingtolerant and eventually resistant to insecticide. One of the alternative solutions is to use biological larvacide from the plant. The objective of this study was to determine the lethal concentration of the extract of Kecombrang (Etlingera elatior) leaves and flowers against Aedes aegypti larvae. This was an experimentalstudy where the sample size was determined by using the Federer formula. The study used six different concentrations and four repetitions. Two controls group, Bacillus thuringiensis and water used as positive and negative control. The results showed that the LC50 and LC90 of Kecombrang leave extract were 1.20% and 2.05% respectively whereas for Kecombrang flowers extract were 0,05% and 0.09% respectively. Extract of Kecombrang leaves and flowers is effective to kill Ae. aegypti larvae where the flowers extract is more effective than the leaves extract in killing Ae. aegypti larvae.Keywords: dengue, Ae. aegypti, larvae, Etlingera elatiorAbstrak. Pengendalian vektor penular demam berdarah dengue (DBD) yang selama ini dikenal yaitu pengendalian secara kimia, biologi dan modifikasi lingkungan. Pengendalian vektor DBD di Indonesia masih banyak dilakukan dengan menggunakan insektisida dari golongan organofosfat (malation dan temefos). Penggunaan insektisida kimia dalam jangka waktu lama akan memberi efek menekan dan menyeleksi serangga vektor sasaran untuk menjadi toleran sampai resisten. Salah satu solusi alternatif yaitu menggunakan larvasida yang berasal dari tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daya bunuh ekstrak daun dan bunga kecombrang (Etlingera elatior) terhadap larva nyamuk Ae. aegypti. Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimental murni, besar sampel ditentukan berdasarkan rumus federer sehingga diperoleh 6 konsentrasi perlakuan dan 4 pengulangan. Terdapat 2 kelompok kontrolyaitu kontrol positif dan kontrol negatif dimana kontrol positif menggunakan Bacillus thuringiensis dan kontrol negatif menggunakan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada uji akhir untuk ekstrak daun kecombrang diperoleh nilai LC50 sebesar 1,204% dan LC90 sebesar 2,053%, sedangkan untuk ekstrak bunga kecombrang LC50 sebesar 0,053% dan LC90 sebesar 0,095%. Ekstrak daun dan bunga kecombrangefektif dalam membunuh larva Ae.aegypti. Daya bunuh ekstrak bunga kecombrang lebih efektif dibandingkan ekstrak daun kecombrang.Kata Kunci: demam berdarah dengue, Ae. aegypti, larva, Etlingera elatio
    corecore