1,614 research outputs found
IMPROVING THE FOURTH GRADE STUDENTSâ SPEAKING SKILLS THROUGH BOARD GAMES AT SD MUHAMMADIYAH PEPE BANTUL YOGYAKARTA
This study was aimed at improving the fourth grade studentsâ speaking
skills through board games at SD Muhammadiyah Pepe, Bantul Yogyakarta.
Based on the preliminary observation, there were some problems in the teaching
and learning of speaking. They dealt with studentsâ speaking skills related to
studentsâ participation, confidence, comprehension, fluency, vocabulary,
pronunciation and grammatical accuracy. The solution for these problems was
applying board games and other actions that supported the gamesâ role in solving
the problems.
This study is action research. This research consisted of two cycles with
three meetings in each cycle. The subjects of the research were the fourth grade
students of SD Muhammadiyah Pepe, the English teacher as the collaborator and
the researcher. The data collection techniques were observations, interviews and
tests. Hence, the data were in the form of field notes, interview transcripts and
studentsâ speaking scores. In analyzing those data, two methods were used. The
qualitative data were analyzed in five steps, i.e. assembling the data, coding the
data, comparing the data, building interpretations, and reporting the outcomes.
The quantitative data in the form of pre-test and post-test scores were analyzed by
comparing the mean scores.
The result of the research showed that the use of board games in
combination with applying various media in the presentation, using songs, using
classroom English, and conducting listening activities was able to improve
studentsâ speaking skills. Based on the qualitative data, the students could respond
to the language functions appropriately, speak at the normal speech without
pausing for words, say the language function in correct pronunciation and
appropriate intonation, and use the language functions without grammatical
errors. They also enthusiastically joined the teaching and learning activities.
Based on the quantitative data, the studentsâ speaking scores and the number of
students who performed each indicator increased. The improvements of the mean
scores were 53.85% for comprehension, 66.67% for fluency, 41.7% for
vocabulary, 43.8% for pronunciation, and 85.1% for grammatical accuracy. From
the data above, it can be concluded that the studentsâ speaking skills improved
LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DI SMK N 4 Yogyakarta
Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Negeri 4 Yogyakarta ini bertujuan untuk 1. Mendapatkan bimbingan pra PPL untuk mahasiswa dalam mengajar, 2. Memperluas wawasan, peningkatan keterampilan, kemandirian dan tanggung jawab dengan melakukan persiapan PPL, 3. Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk melaksanakan PPL mengenal, mempelajari, dan memecahkan masalah pada proses pembelajaran dikelas, 4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menerapkan ketrampilan dan wawasan yang dimiliki dengan berpartisipasi dalam kegiatan persekolahan.
Pada tanggal 10 Agustus 2015, mahasiswa mulai melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Kegiatan yang dilakukan pada Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) ini memiliki pra PPL dan PPL. Kegiatan Pra PPL meliputi : sosialisasi, koordinasi, observasi potensi pengembangan sekolah, observasi proses pembelajaran dan kegiatan manejerial, identifikasi dan infentarisasi permasalahan, penentuan progam kerja dan penyusunan proposal kegiatan, diskusi dengan guru dan dosen pembimbing. Persiapan PPL yang dilaksanakan di SMK N 4 Yogyakarta dimulai dengan pembekalan PPL, micro teaching dan observasi langsung di SMK N 4 Yogyakarta. Progam PPL meliputi penyusunan RPP, pembuatan media pembelajaran sampai dengan evaluasi pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam PPL adalah praktik mengajar pada progam keahlian Tata Busana. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode ceramah, demonstrasi, dan diskusi, dengan tambahan penggunaan media, serta evaluasi. Pelaksanaan praktik PPL mulai dari tanggal 10 Agustus 2015 sampai dengan 12 September 2015.
Pelaksanaan PPL dilaksanakan di SMK N 4 Yogyakarta selama 1 bulan mendapatkan hasil observasi potensi pengembangan sekolah yaang sudah cukup memadai, observasi proses pembelajaran kelas XI dan XII yang sudah menggunakan kurikulum 2013. Pada praktik mengajar mahasiswa berkesempatan untuk mengajar siswa kelas XI Busana 3 dan XII Busana 4 mata pelajaran Desain Busana. Sebelum mahasiswa melaksanakan praktik mengajar mahasiswa menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus, lembar penilaian, materi yang akan disampaikan dalam bentuk handout/jobsheet, dan media pembelajaran berupa power point yang dikonsultasikan terlebih dahulu pada guru pembimbing. Mahasiswa melaksanakan pengajaran busana selama lima minggu, dengan jadwal mengajar Desain Busana setiap hari Rabu untuk kelas XI Tata Busana 3 dan Sabtu untuk kelas XII Tata Busana 4 dengan total delapan kali mengajar 3 jam pelajaran @45 menit (@45 menit x 3 x 8 = 1080 menit). Mahasiswa juga mengikuti kegiatan belajar guru setiap hari Senin di kelas X Tata Busana 3 untuk mata pelajaran Dasar Teknik Menjahit, Kamis dan Jumâat di kelas XI Tatat Busana 3 untuk mata pelajaran Busana Industri. Kegiatan lain yang dilakukan adalah piket setiap hari selasa, upacara bendera, upacara hari nasional, menata display serta berpartisipasi dalam persiapan Karnaval JFW 2015 yang diikuti oleh SMK Negeri 4 Yogyakarta
Characteristics of Nori Moringa Leaves with Suweg (Amorphophallus campanulatus) Starch Addition
Nori is a thin sheet made from dried Porphyra seaweed, which grows only in subtropical climates, posing challenges to its availability in Indonesia. To address this limitation, diversification of nori with other ingredients such as moringa leaves becomes imperative. Moringa leaves are used due to their green color, high nutritional content, and easy availability. A binder and gel-forming agent containing high amylopectin are also needed to achieve a high-quality and compact nori texture. Suweg is an underutilized gel-forming agent with high amylopectin content. Therefore, this research aimed to characterize moringa leaf nori supplemented with suweg starch (Amorphophallus campanulatus) at concentrations of 0%, 1.25%, 2.5%, 3.75%, and 5%. The results indicated that suweg starch influenced tensile strength, thickness, water content, water activity, ash content, and protein, as well as sensory tests for color, aroma, brittleness, and taste, while crude fiber content was not affected. Based on sensory, physical, and chemical tests the best nori was achieved with the addition of 1.25% suweg starch. The result of characterization of this nori included a tensile strength of 355.90 gf, thickness 0.0145 mm, water content 15.50%, water activity value 0.645, ash content 15.30%, protein content 9.88%, and crude fiber of 2.18%. The sensory evaluation showed that the nori had a green color (3.1), a subtle leafy aroma (3.1), slightly broken (2.9), and a slightly bitter taste (3.2) with preference scores categorized as preferred (3.5), slightly favored (3.3), favored (3.7), and moderately liked by the panelists (score 3.3), respectively. The resulting nori has a thinner thickness and lower tensile strength than commercial productsNori is a thin sheet made from dried Porphyra seaweed, which grows only in subtropical climates, posing challenges to its availability in Indonesia. To address this limitation, diversification of nori with other ingredients such as moringa leaves becomes imperative. Moringa leaves are used due to their green color, high nutritional content, and easy availability. A binder and gel-forming agent containing high amylopectin are also needed to achieve a high-quality and compact nori texture. Suweg is an underutilized gel-forming agent with high amylopectin content. Therefore, this research aimed to characterize moringa leaf nori supplemented with suweg starch (Amorphophallus campanulatus) at concentrations of 0%, 1.25%, 2.5%, 3.75%, and 5%. The results indicated that suweg starch influenced tensile strength, thickness, water content, water activity, ash content, and protein, as well as sensory tests for color, aroma, brittleness, and taste, while crude fiber content was not affected. Based on sensory, physical, and chemical tests the best nori was achieved with the addition of 1.25% suweg starch. The result of characterization of this nori included a tensile strength of 355.90 gf, thickness 0.0145 mm, water content 15.50%, water activity value 0.645, ash content 15.30%, protein content 9.88%, and crude fiber of 2.18%. The sensory evaluation showed that the nori had a green color (3.1), a subtle leafy aroma (3.1), slightly broken (2.9), and a slightly bitter taste (3.2) with preference scores categorized as preferred (3.5), slightly favored (3.3), favored (3.7), and moderately liked by the panelists (score 3.3), respectively. The resulting nori has a thinner thickness and lower tensile strength than commercial products
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TK TUNAS MEKAR II PINGIT KECAMATAN PRINGSURAT TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Tunas Mekar II Pingit. Penelitian ini dilakukan karena peneliti melihat kemampuan motorik halus pada anak yang belum sesuai harapan. Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Kelas B TK Tunas Mekar II Pingit Kecamatan Pringsurat melalui penerapan metode demonstrasi. Sedang Manfaat yang akan diperoleh yaitu Anak-anak akan lebih aktif, kreatif, merasa senang dan kemampuan motorik halus dapat berkembang secara optimal seiring dengan tugas perkembangan yang diharapkan, Guru akan memperoleh sejumlah pengalaman baru, wawasan yang lebih mendalam tentang metode demonstrasi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang dimiliki anak, serta sebagai salah satu rujukan yang tepat bagi guru apabila kelak dikemudian hari mempunyai kesulitan yang serupa atau hampir sama,bagi orang tua Sebagai tambahan wawasan baru bagi orang tua bagaimana cara membantu guru dalam mengatasi masalah yang terjadi serta membantu guru dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada diri anak dan bagi peneliti sendiri untuk mengetahui cara menerapkan praktik langsung untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dengan penerapan metode demonstrasi pada anak. Dalam Penelitian ini menggunakan metode Observasi dan dokumentasi. Metode observasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan motorik halus anak. Sedang metode dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan maupun hasil kegiatan siswa. Pada saat dilaksanakan pengamatan dengan metode demontrasi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus TK Tunas Mekar II Pingit dengan jumlah siswa 19 anak, Peneliti mencatat pada pra siklus yaitu 32 %. Maka dilakukan penelitian perbaikan, tujuanya untuk mengetahui peningkatan anak terhadap pengembangan motorik halus. Perbaikan dilakukan dengan PTK dan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Pada pembelajaran siklus I dengan kegiatan melukis dengan benang dan finger painting dengan pewarna makanan.ĂÂ Pada pembelajaran siklus II dengan kegiatan melukis dengan cat air dan finger painting dengan jenangan warna. Pada Siklus I mencapai 47 % dan Siklus II naik menjadi 79 %. Simpulan dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Tunas Mekar II Pingit
The Value of Customer Loyalty and Satisfaction in Antamâs Precious Metal Products (A Kano Model Analysis)
Abstract. This researcher aims to map and analyze the customer loyalty and satisfaction of Antam's Precious Metal (LM) products through four categories of the Kano model. These include one dimensional or performance needs, must be or basic needs, attractive or excitement needs, and indifferent needs. This is a qualitative research with data obtained from interviews, observation and documentation. The study shows that the value of customer loyalty and satisfaction in Precious Metal products, referring to the Kano model analysis, is included in the one-dimensional or performance requirements. Here, the level of satisfaction is directly proportional to the performance attributes. This means that the performance attributes can affect the level of customer satisfaction. Pure Gold, as an Antamâs Precious Metal products, is not considered as must-be or basic needs. It is regarded as attractive or excitement needs due to the rapid development of PT. Antam which is strongly influenced by the quality and development of its product attributes, especially the precious metal products. This study proposes the formation of classification of customer satisfaction using the Kano model and customer loyalty so that it provides benefits in terms of the classification of customer satisfaction.Keywords: Loyalty, Satisfaction, Customer, Antam and Kano Model Analysis Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis loyalitas dan kepuasan konsumen produk Logam Mulia (LM) Antam melalui empat kategori model Kano yaitu: one dimensional atau performance needs, must be atau basic needs, atractive atau excitement needs, dan Indifferent. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai loyalitas dan kepuaan konsumen pada LM Antam, perspektif model Kano, masuk pada kategori one dimensional atau performance needs. Ini berarti tingkat kepuasan berbanding lurus dengan kinerja atribut, sehingga berdampak pada tingginya kepuasan konsumen. Sedangkan emas LM Antam tidak masuk kategori must be atau basic needs, atractive atau excitement needs, dan Indifferent karena perkembangan pesat PT. Antam saat ini sangat dipengaruhi oleh kualitas dan perkembangan Atribut produk, khususnya pada LM Antam. Hasil penelitian tersebut berimplikasi pada terbentuknya klasifikasi kepuasan konsumen dengan menggunakan model Kano dan loyalitas konsumen. Hal ini memberikan manfaat dalam hal klasifikasi kepuasan konsumen.Kata kunci: Loyalitas, Kepuasan, Konsumen, Antam dan Model Kan
DEKOMPOSISI GRAF SIKEL, GRAF RODA, GRAF GIR DAN GRAF PERSAHABATAN
Dekomposisi graf adalah koleksi subgraf tak kosong dari sedemikian hingga = , untuk suatu subgraf tak kosong dari dimana adalah partisi dari Subgraf pada dekomposisi G tidak memuat titik terisolasi. Jika adalah sebuah dekomposisi dari , maka dinotasikan dan didekomposisikan ke dalam subgraf di mana | | = t. Dengan kata lain, jika adalah dekomposisi graf
Dekomposisi dari graf sikel adalah –dekomposisi dengan , , . Graf roda , merupakan – dekomposisi, graf gir , merupakan – dekomposisi dan Graf persahabatan , merupakan dekomposisi.
Kata kunci: Dekomposisi, graf sikel, graf roda, graf gir, graf persahabata
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TK TUNAS MEKAR II PINGIT KECAMATAN PRINGSURAT TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Tunas Mekar II Pingit. Penelitian ini dilakukan karena peneliti melihat kemampuan motorik halus pada anak yang belum sesuai harapan. Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan motorik halus anak di Kelas B TK Tunas Mekar II Pingit Kecamatan Pringsurat melalui penerapan metode demonstrasi. Sedang Manfaat yang akan diperoleh yaitu Anak-anak akan lebih aktif, kreatif, merasa senang dan kemampuan motorik halus dapat berkembang secara optimal seiring dengan tugas perkembangan yang diharapkan, Guru akan memperoleh sejumlah pengalaman baru, wawasan yang lebih mendalam tentang metode demonstrasi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang dimiliki anak, serta sebagai salah satu rujukan yang tepat bagi guru apabila kelak dikemudian hari mempunyai kesulitan yang serupa atau hampir sama,bagi orang tua Sebagai tambahan wawasan baru bagi orang tua bagaimana cara membantu guru dalam mengatasi masalah yang terjadi serta membantu guru dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada diri anak dan bagi peneliti sendiri untuk mengetahui cara menerapkan praktik langsung untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dengan penerapan metode demonstrasi pada anak. Dalam Penelitian ini menggunakan metode Observasi dan dokumentasi. Metode observasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan motorik halus anak. Sedang metode dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan maupun hasil kegiatan siswa. Pada saat dilaksanakan pengamatan dengan metode demontrasi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus TK Tunas Mekar II Pingit dengan jumlah siswa 19 anak, Peneliti mencatat pada pra siklus yaitu 32 %. Maka dilakukan penelitian perbaikan, tujuanya untuk mengetahui peningkatan anak terhadap pengembangan motorik halus. Perbaikan dilakukan dengan PTK dan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Pada pembelajaran siklus I dengan kegiatan melukis dengan benang dan finger painting dengan pewarna makanan. Pada pembelajaran siklus II dengan kegiatan melukis dengan cat air dan finger painting dengan jenangan warna. Pada Siklus I mencapai 47 % dan Siklus II naik menjadi 79 %. Simpulan dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Tunas Mekar II Pingit
PENGARUH UPAH, LINGKUNGAN KERJA, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT INDONESIA ANTIQUE DI GATAK SUKOHARJO
Meningkatnya persaingan di era kompetisi dalam dunia bisnis membuat
perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerja karyawannya. Hal tersebut dapat
dicapai dengan sistem pemberian upah yang layak dan adil, dengan lebih
memperhatikan lingkungan kerja karyawan yang nyaman, serta gaya
kepemimpinan yang baik untuk meningkatkan semangat kerja karyawan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh upah, lingkungan kerja, dan
gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan PT Indonesia Antique di Gatak
Sukoharjo.
Penelitian ini menggunakan metode survei. Populasi dari penelitian ini
adalah semua karyawan PT Indonesia Antique. Pengumpulan data dilakukan
dengan kuesioner. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara convenience
sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 71 responden. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan uji regresi linear berganda, uji t, uji F, serta koefisien
determinasi (R2
).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 15 diperoleh
persamaan regresi Y = 9,690 + 0,183X1 + 0,095X2 + 0,171X3. Hasil uji t diperoleh
hasil p-value variabel upah 0,046, p-value lingkungan kerja 0,353, dan p-value
kepemimpinan 0,042. Jika p-value α
(0,05), maka tidak signifikan. Artinya: H1 dan H3 diterima yaitu upah dan gaya
kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, sedangkan H2
ditolak yaitu lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Sedangkan uji F diperoleh hasil p-value sebesar 0,001 < p-penelitian (0,05),
sehingga membuktikan ada pengaruh yang signifikan dari upah, lingkungan kerja
dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan.
Besarnya pengaruh upah, lingkungan kerja dan gaya kepemimpinan adalah
20,8%, sedangkan sisanya 79,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian
ini
Ketidakstabilan ruang tubuh sebagai strategi pascakolonial melalui karya sastra Indonesia
Tulisan ini membahas tentang ketidakstabilan ruang yang menjadi strategi kekuatan bangsa terhadap wacana kolonial. Menurut Upstone, ruang yang cair adalah bentuk strategi pascakolonial dalam melawan bangsa Barat. Walaupun keberadaan penjajah di wilayah okupasi sudah tidak ada lagi tetapi mereka masih menanamkan strategi penjajahan melalui pikiran yaitu ruang-ruang yang ditingalkan dibentuk menjadi ruang yang seakan-akan mutlak tidak dapat tergoyahkan. Hal ini bertujuan agar bangsa bekas jajahan tetap mudah dikontrol. Akan tetapi, hal in tidak semata-mata diterima oleh bangsa Indonesia sebagai bangsa bekas jajahan sebab ada upaya resistensi melalui kecairan ruang. Tujuan dari makalah ini untuk menguraikan strategi bangsa Indonesia dalam melawat konstruksi dari wacana kolonial. Selain itu makalah ini juga ingin membahas bagaimana ruang-ruang yang cair menjadi strategi kultural bangsa Indonesia melalui karya sastra
Hubungan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan Daya Dengar Tenaga Kerja Bagian Produksi Di Pt Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalengka
Noise is one of the physical factors such as noise that can lead to bad consequences for health and safety . In an industrial activity , exposure and risk of danger in the workplace can not always be avoided . Therefore we need a comfortable working environment in order to avoid noise workforce . The aim of this study was to determine the relationship of the intensity of noise with reduced hearing labor in production PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalengka. This research uses an observational analytic approach cross sectional. Sampling techniques using methods purposive sampling with a sample of 30 respondents. Analysis of data using statistical tests chi-square with a significant level α = 0.05 using SPSS. The results showed that there is a significant correlation between the intensity of noise with reduced hearing ( p =0,028) (p < 0,05)
- âŠ