833 research outputs found

    Pengembangan Kurikulum dalam Era Desentralisasi Pendidikan

    Get PDF
    Akhir-akhir ini isu desentralisasi pendidikan telah menjadi agenda publik. Munculnya isu ini disemangati oleh isu otonomisasi daerah tingkat I dan tingkat II, yang undang-undangnya baru saja disahkan. Inti dari desentralisasi adalah diserahkannya sejumlah aset nasional untuk dikelola dan dikembangkan oleh daerah tingkat I dan tingkat II. Sehingga hanya tinggal lima bidang yang tetap diurus secara nasional, yaitu hukum, keamanan, keuangan, agama, dan hubungan luar negeri. Salah satu aset yang diserahkan ke daerah adalah urusan pendidikan. Diserahkannya pendidikan ke daerah ini kemudian memunculkan harapan dan kecemasan di pihak pelaku pendidikan. Di satu sisi, dengan desentralisasi lembaga pendidikan akan lebih bebas mengembangkan apa yang dimaui dan dianggap baik, dan di sisi lain, banyak yang tidak siap melakukan upaya untuk itu. Tapi yang jelas, siap tidak siap, lembaga pendidikan harus melakukan reposisi-reposisi dan reorientasi untuk menyikapi desentralisasi ini. Salah satu aspek penting yang harus diadakan reorientasi dan restrukturisasi adalah aspek kurikulum

    Generator Sinyal Electromyographic Dengan Menggunakan Metode Fast Fourier Transform

    Get PDF
    Generator Sinyal mempunyai peranan penting dalam identifikasi sinyal biomedik. Salah satu sinyal biomedik adalah sinyal Electromyographic (EMG). Sinyal Electromyographic merupakan sinyal yang dihasilkan oleh otot dan dapat dianalisis dengan mengamati bentuk, amplitudo dan frekuensinya. Dengan membandingkan frekuensinya kita dapat membedakan antara sinyal emg normal dengan sinyal pasien yang mempunyai kelainan. Sedangkan metode untuk mendapatkan respon frekuensinya dapat digunakan Fast fourier transform (FFT). Pada penelitian ini telah dibuat sinyal generator EMG yang menghasilkan 4 sinyal normal dan 4 sinyal yang mempunyai kelainan. Sinyal normal yang dihasilkan mempunyai range frekuensi 6 ā€“ 15 Hz dengan amplitudo ā€“2.5 sampai 2.5 milivolt pada saat otot beristirahat. Daerah pengukuran terletak pada otot Biceps,Ā  Tibialis Anterior, First Dorsal Interosseus, dan triceps.Ā  Sinyal abnormal yang dihasilkan terdiri dari myophaty dengan daerah pengukuran di otot biceps, neurophaty di Tibialis Anterior,Ā  neurophaty di Biceps, dan cedera syaraf sciatica di Tibialis Anterior. Untuk sinyal abnormal yang telah dihasilkan cenderung terjadi pengurangan amplitudo dan penambahan frekuensi

    Humanisme Hukum Islam tentang Waria Kajian Filsafat Hukum Islam tentang Praktik Keagamaan Waria di Pesantren Khusus Waria Senin-Kamis Yogyakarta

    Get PDF
    Tesis ini bertujuan untuk menjawab 3 (tiga) persoalan dalam kajian filsafat hukum Islam tentang praktik keagamaan waria; (1) bagaimana ketentuan hukum Islam (fiqh) yang telah ada dalam mengatur praktik keagamaan waria?, (2) bagaimana fenomena empiris-filosofis praktik keagamaan waria di Pesantren Waria Senin-Kamis Yogyakarta?, dan (3) bagaimana nilai-nilai humanisme dapat diterapkan dalam sistem hukum Islam terkait dengan praktik keagamaan waria?. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan studi fenomenologi dan filosofis tentang situasi aktual yang kontroversial, khususnya yang bersifat normatif (Connolly, 2011: 114; Bakker & Zubair, 1990: 107). Langkah-langkah yang diambil adalah: Pertama, mengarahkan penelaahan atas teks fiqh mengenai keagamaan waria untuk mengetahui model kesadaran dan pemikiran keagamaan yang mengitari teks. Kedua, mencermati praktik keagamaan waria di Pesantren Waria Senin-Kamis Yogyakarta untuk mengetahui dan memahami perilaku yang tampak dari waria serta kesadaran/pemikiran yang mendasarinya. Dan ketiga, memikirkan kemungkinan aspek-aspek kemanusiaan waria dapat memengaruhi terbentuknya hukum Islam selanjutnya tentang waria. Adapun untuk menuju pada kesimpulan, analisis dilakukan dengan pandangan humanisme yang diposisikan dalam sorotan filsafat hukum Islam. Kesimpulan yang didapat adalah: Pertama, pencermatan literatur fiqh atas fenomena waria berdasar pada tinjauan fisik luarnya saja dan berdasar pada pemaknaan literal-praktis (bayani); bahwa waria itu adalah khuntsa, sementara laki-laki yang menyerupai lawan jenisnya disebut mutasyabbih yang menyalahi kodrat dan karenanya dilaknat/berdosa. Fiqh juga berpandangan tidak konsisten terhadap identitas waria; terkadang waria diidentifikasi sebagai perempuan, terkadang sebagai laki-laki, dan terkadang pula sebagai setengah laki-laki dan perempuan. Meskipun demikian, terdapat penemuan fiqh yang menyatakan bahwa waria ā€œasliā€ (mukhannats min ashl al-khilqah), di mana kelainannya telah terjadi sejak dalam janin dan di luar kemampuannya untuk menghindar, dapat diterima serta tidak dilaknat oleh Islam. Kedua, santri Pesantren Waria Senin-Kamis Yogyakarta melaksanakan ibadah berdasarkan kesadaran identitas gendernya sebagai ā€œperempuan bertubuh laki-lakiā€. Sebagian di antara mereka ada yang ketika beribadah harus ā€œmenjadi laki-laki untuk sementaraā€, dan sebagian lainnya ada yang ā€œmemberanikan diriā€ menggunakan atribut ibadah perempuan. Pemikiran keagamaan waria menegaskan bahwa menjadi waria merupakan takdir Allah yang harus dijalani, bukan didustai. Selagi manusia berada pada keimanan yang benar, menjalankan ibadah dan tidak merugikan orang lain, maka menurut mereka itulah kebenaran Islam yang harus dihargai. Ketiga, humanisme memandang hukum Islam sejatinya didasarkan pada standar dan tabiat kemanusiaan. Itu sebabnya, sisi kemanusiaan waria dalam beragama semestinya dapat diterapkan sebagai pertimbangan hukum Islam, yang di antaranya dapat diwujudkan melalui perumusan fiqh waria (fiqh al-mukhannats), yakni seperangkat pemikiran hukum Islam (fiqh) khusus waria dalam menjalani agamanya atas dasar kekhususan kondisi kehidupannya. ABSTRACT This thesis aims to answer three issues in the philosophical study of Islamic law regarding the religious practice of transgender adherents; (1) how do existent provisions of Islamic law (fiqh) regulate religious practices of transgender followers?, (2) what empirical phenomena can be observed in religious practice at the Senin-Kamis Transgender Islamic Boarding School in Yogyakarta?, and (3) how can humanism values be applied within the Islamic legal system as it relates to the religious practices of transgender persons?. To achieve these objectives, this study used a phenomenological approach and philosophical studies about the controversial actual situation, especially normative (Connolly, 2011: 114; Bakker & Zubair, 1990: 107). The steps taken are: First, direct review of the religious texts of fiqh regarding transgender to know the model of awareness and religious idea around the text. Second, observe religious practices in Senin-Kamis Transgender Islamic Boarding School in Yogyakarta to know and understand the observed behavior of transgender also awareness / underlying idea. And third, think of the possibility of human aspects of transgender can affect subsequent formation of Islamic law on transgender. As for the lead to the conclusion, the analysis is done with a humanism view that is positioned in the spotlight of the philosophy of Islamic law. The conclusion is: First, the scrutiny of fiqh literature on transgender phenomenon based on outward physical review and based on the practical meaning of literal (Bayani), that transgender is khuntsa (hermaphrodite), while men who resemble the opposite sex called mutasyabbih (transvestism) the accusatory nature and therefore cursed / sinful. Fiqh is also inconsistent view of the transgender identity; sometimes transgender is identified as a woman, sometimes as a men, and sometimes also as half of men and women. Nevertheless, there are inventions fiqh which states that ā€œoriginal transgenderā€œ (mukhannats min ashl al-khilqah), in which the disorder has occurred since the fetus and beyond his ability to dodge, acceptable and not cursed by Islam. Second, students of Senin-Kamis Transgender Islamic Boarding School in Yogyakarta perform worship based awareness gender identity as ā€œa women-bodied menā€. Some of them were when worship should ā€œbe a man for a whileā€, there are also some who ā€œdaredā€ to use the attributes of worship women because he believes that him self is a women. Religious thought of students of Senin-Kamis Transgender Islamic Boarding School asserts that being transgender is a destiny that God should be lived, not deceived. While humans are the true faith, to worship and do not harm others, then they think that is the truth of Islam that must be appreciated. Third, his true humanism regard Islamic law based on the standard and nature of humanity. Thatā€™s why, the humanity of transgender religious considerations should be applied as the law of Islam, some of which can be realized through the formulation ā€œIslamic law of transgenderā€ (fiqh al-mukhannats), which is a set of Islamic legal thought (fiqh) undergoing religious specialized transgender in the conditions of life on the basis of specificity

    Perempuan dalam posisi kepemimpinan pendidikan

    Get PDF
    Rendahnya jumlah wanita potensial dalam posisi kepimpinan telah menyebabkan kesenjangan gender tidak hanya di pendidikan tetapi juga di tempat kerjalainnya. Masyarakat telah menyepakati hanya laki-laki yang bisa menjadi pemimpin yang baik; oleh karenanya masyarakat masih tetap menolak akses wanita dalam kepemimpinan karena tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Wanita yang menginginkan posisi kepemimpinan menghadapi hambatan-hambatan dan seringkali harus menyerah karena merasa tidak mampu mengatasi berbagai hambatan itu.Laki-laki dan perempuan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, tapi perbedaan ini bukan berarti yang satu lebih baik dari lainnya. Kenyataannya, perilaku efektif kepemimpinan erat hubungannya dengan karakteristik yang dapat diatribusikan kepada feminitas

    Kepemimpinan pondok pesantren: individual atau kolektif

    Get PDF
    Dalam suatu kelompok atau organisasi dapat dipastikan ada pemimpinnya. Adanya pemimpin dalam suatu kelompok bisa karena ā€˜dipaksaā€™ harus ada ataupun karena ā€˜memang harusā€™ ada (natural). Dari perspektif ini maka banyak orang mencari bentuk-bentuk kepemimpinan dalam setiap kelompok manusia dan menentukan pemimpin mana yang akan membawa kelompoknya mencapai hasil gemilang di masa depan. Pemimpin manusia, dalam hal ini pesantren yang terpilih tentu juga manusia, yang membawa sekian potensi untuk dikembangkan. Dalam konteks ini maka orang berbicara teologi kepemimpinan, yaitu suatu gerakan dasar (keyakinan tersembunyi) yang menggerakkan pemimpin berbuat sesuatu. Dalam proses penggerakan ini pandangan pribadi pemimpin ikut berbicara. Agama yang dianut, ajaran yang ditaati, situs sosial yang memaksa, dan pengalaman diri, masing-masing bisa terbentuk menjadi basis teologis itu. Maka sangat sulit melihat potensi teologi tunggal apa yang menyebabkan pemimpin membawa kelompoknya ke depan. Artikel ini membahas aspekaspek kepemimpinan pesantren dan mencoba menawarkan gagasan bagi kemajuan pesantren melalui kepemimpinannya. Sebelum sampai pada inti makalah ini perlu dibahas secara detail aspek-aspek kemepimpinan pada umumnya

    Pesantren dan Pendidikan Karakter Bangsa

    Get PDF
    Kajian tentang pesantren sampai sekarang masih menjadi topik aktual pada acara seminar nasional maupun lokal. Penelitian juga banyak mengungkap rahasia lembaga pendidikan ini: mulai era kolonial sampai era reformasi. Sebagian kajian dan penelitian terfokus pada penggambaran sistem pesantren dan sebagian lain mengarah pada pengembangan pesantren. Terlepas dari tumpukan kajian tentang pesantren, nampaknya orang masih rela mencurahkan waktunya untuk berkonsentrasi memikirkan pesantren. Ini wajar karena secara sosio-edukasional, banyak sekali masyarakat Muslim di Indonesia, dengan kadar tertentu, pernah hidup di pesantren. Seminar kali ini juga bermaksud untuk melihat pesantren dari sisi yang belum diketahui. Makalah ini ditulis untuk mengkaji ulang, menambah wawasan, dan menatap prospek masa depan pesantren dalam konteks pendidikan karakter bangsa: bangsa yang bermartabat! Pertanyaan sentralnya adalah siap-tidaknya pesantren dalam menghadapi tantangan kekinian dan sekaligus menjadi garda moralitas bangsa

    Idealitas Kurikulum Jurusan Kependidikan Islam

    Get PDF
    Harapan masyarakat akan adanya suatu pendidikan yang berkualitas semakin marak. Pendidikan diharapkan memberi sesuatu dan merefleksikan kebutuhan konsumen (link & match) disamping pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermakna prediktif dalam mereformasi masyarakat di masa datang. Namun harapan ini tidak mudah direalisasikan dengan capat karena peningkatan mutu pendidikan lebih merupakan proses daripada kejadian seketika. Berbagai upaya dilakukan untuk ā€œmemperbaikiā€ lembaga pendidikan. Secara tradisional upaya ini adalah melalui peningkatan mutu tenaga pengajar (misalnya, D2 untuk guru SD, S2 dan S3 untuk guru peruguruan tinggi), perbaikan kurikulum (kurikulum sekolah 1994 mengganti kurikulum 1984 dan kurikulum 1995 IAIN serta kurikulum IAIN 1997 ditawarkan sebagai alternatif pengganti kurikulum sebelumnya), dan peningkatan sarana-prasaranan lainnya. Hanya permasalahannya adalah apakah kurikulum-kurikulum yang ā€˜dianggapā€™ sebagai penyempurna itu benar-benar lebih sempurna untuk mencapai idealitas pendidikan tertentu. Khusus kurikulum Jurusan Kependidikan Islam (KI) di lingkungan IAIN, apakah kurikulum selama ini (1995) kurang berkualitas? Atau apakah kurikulum 1997 ini lebih berkualitas? Jawabnya tidak mudah!!! Makalah ini akan mencermati kedua kurikulum KI ini untuk melihat kemungkinan sejauhmana peranannya dalam mencapai idealitas jurusan KI

    Fakultas Tarbiyah: harapan dan kenyataan untuk menatap masa depan

    Get PDF
    Makalah ini membahas sejarah, harapan dan tantangan Fakultas Tarbiyah dan bagaimana Fakultas Tarbiyah menyiapkan diri dalam menghasilkan lulusan yang siap kompetisi dalam era global dan informasi

    Kepemimpinan pondok pesantren: individual atau kolektif

    Get PDF
    Dalam suatu kelompok atau organisasi dapat dipastikan ada pemimpinnya. Adanya pemimpin dalam suatu kelompok bisa karena ā€˜dipaksaā€™ harus ada ataupun karena ā€˜memang harusā€™ ada (natural). Dari perspektif ini maka banyak orang mencari bentuk-bentuk kepemimpinan dalam setiap kelompok manusia dan menentukan pemimpin mana yang akan membawa kelompoknya mencapai hasil gemilang di masa depan. Pemimpin manusia, dalam hal ini pesantren yang terpilih tentu juga manusia, yang membawa sekian potensi untuk dikembangkan. Dalam konteks ini maka orang berbicara teologi kepemimpinan, yaitu suatu gerakan dasar (keyakinan tersembunyi) yang menggerakkan pemimpin berbuat sesuatu. Dalam proses penggerakan ini pandangan pribadi pemimpin ikut berbicara. Agama yang dianut, ajaran yang ditaati, situs sosial yang memaksa, dan pengalaman diri, masing-masing bisa terbentuk menjadi basis teologis itu. Maka sangat sulit melihat potensi teologi tunggal apa yang menyebabkan pemimpin membawa kelompoknya ke depan. Artikel ini membahas aspekaspek kepemimpinan pesantren dan mencoba menawarkan gagasan bagi kemajuan pesantren melalui kepemimpinannya. Sebelum sampai pada inti makalah ini perlu dibahas secara detail aspek-aspek kemepimpinan pada umumnya
    • ā€¦
    corecore