5 research outputs found

    Korelasi Virus-Like Particles (VLPs) Kolam Geomembrane Dan Beton Di Lingkungan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

    Get PDF
    Udang vaname merupakan hewan avertebrata yang banyak diminati masyarakat. Namun tingginya permintaan udang membuat petani budidaya menerapkan padat tebar yang tinggi. Ada beberapa cara untuk meningkatkan padat tebar pada budidaya udang yakni penggunakan plastik geomembrane dan tambak beton. plastik geomembrane memiliki fungsi untuk melapisi atau menutupi seluruh bagian kolam hingga dasar (permukaan tanah). tambak beton sendiri dapat mencegah kebocoran air serta untuk memperbaiki tekstur tanah yang tidak rata atau stabil. selain cara tersebut juga ada monitoring kualitas air. monitoring kualitas air juga penting guna menjaga kestabilan ekosistem akuakultur dan saat kurangnya kontrol kualitas air dan perubahan cuaca yang disignifikan maka dapat menyebabkan udang mengalami stres. Faktor stres yang mempengaruhi respon imun pada udang yang kemudian mudah terserang penyakit. Apabila kualitas perairan menurun memudahkan organisme patogen yang merugikan dapat berkembang biak secara cepat, persebaran organisme patogen bisa secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal dari dasar sedimen kolam hingga permukaan kolam. dan secara horizontal dari suatu partikel mampu mentransfer atau memindahkan gen intergenik yang masuk dalam partikel lainnya. Partikel yang bisa disebut VLPs (Virus-Like Particles).VLPs mengandung gen bakteri dan virus, dimana terdapat VLPs pasti dalam inang memiliki bakteri dan virus yang berpotensi menginfeksi. Hubungan VLPs dengan air karena air merupakan media budidaya yang bersentuh langsung dengan kedalaman kolam. Kedalaman kolam ini terdapat keberdaan VLPs itu sendiri yang dapat mempengaruhi proses budidaya udang berlangsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi korelasi VLPs kolam geomembrane dengan VLPs kolam beton pada udang vaname. Penelitian ini yaitu studi observasi dengan menggunakan teknik sampling dan metode deskripsi. Parameter yang diamati yaitu deteksi VLPs di air yang di amati pemendaran VLPs menggunakan confocal laser scanning microscopy, pembandingnya digunakan pada lokasi pengambilan sampel yang berbeda yakni di tambak Probolinggo dan Situbondo. DOC pada tambak Labortatorium Perikanan Air Payau dan Laut Probolinggo yakni 85 sedangkan pada tambak Lucky Windu Situbondo yakni pada petak 1 DOC 81 dan petak 2 DOC133. Kemudian dianalisa menggunakan analisis korelasi pearson digunakan untuk mencari tingkat keeratan dan arah hubungan. Didapatkan hasil bahwa VLPs kolam geomembrane dan VLPs kolam beton memiliki hubungan yang sangat kuat, dimana dari jenis geomembrane dan beton yang mendekati 1 yakni 0,90; 0,96; 0,69 dan 0,82. Hal ini dikarenakan faktor luas tambak yang berbeda dan indikasi hasil positif dari WSSV bahwa lingkungan budidaya sangat mempengaruhi keberadaan VLPs itu sendiri. Adanya VLPs juga didukung adanya tingginya nitrit 0,1mg/L dan amonium sebesar 0,44 mg/L. Namun VLPs tidak berpengaruh pada pertumbuhan udang vaname selama proses budiday

    Does chlorella vulgaris modulate the expression of COL and MMP Genes in skin ageing?

    Get PDF
    Chlorella vulgaris, a unicellular microalgae, produces many intracellular phytochemicals namely carotenoids, tocopherols, ubiquinone and protein. Skin ageing which is induced by oxidative stress involves decreased extracellular matrix synthesis and increased expression of enzymes that degrade the collagenous matrix. The objective of this study was to determine the effect of C. vulgaris on the expression of genes encoded for collagen (COL) and matrix metalloproteinases (MMPs) which are involved in skin ageing. Human diploid fibroblasts (HDFs) were obtained from circumcision foreskin of 8-12 year-old boys. HDFs were cultured into 3 groups: untreated control cells, cells with stress-induced premature senescence (SIPS; cells were induced with H2O2 at passage 6 for 2 weeks) and SIPS treated with C. vulgaris (prolonged C. vulgaris treatment started at passage 4 and combined treatment with H2O2 at passage 6 for 2 weeks). Senescence-associated ß-galactosidase (SA ß-gal) was determined using senescent cells histochemical staining kit (Sigma, USA). Expression of COLI, COLIII, COLIV, MMPI, MMPII and MMPIII genes was quantitatively analysed with real-time RT-PCR method (iScript™ One Step real-time PCR with SYBR® Green; Biorad). HDFs treated with H2O2 (SIPS) exhibited senescent morphological features of flattening and enlarged with increased expression of SA ß-gal (p<0.05). Gene expression analysis showed COLI was downregulated in SIPS and SIPS treated with C. vulgaris (p<0.05) while COLIII decreased in SIPS and increased in SIPS treated with C. vulgaris (p<0.05). Expression of MMPI was increased in SIPS and SIPS treated with C. vulgaris (p<0.05) indicating its synergistic effect with H2O2 treatment. In conclusion, in skin ageing, COLI and COLIII genes were downregulated while MMPI was upregulated. C. vulgaris modulated the expression of COL and MMP genes by downregulating COLI and upregulating COLIII and MMPI but it did not exert anti-ageing effect

    Keberhasilan Kebuntingan Dan Proporsi Jenis Kelamin Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Sexing Pada Dosis Yang Berbeda Pada Sapi Persilangan Limousin

    No full text
    Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, Jawa Timur dan Laboratorium Reproduksi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya yang dimulai pada bulan Juli 2018-Maret 2020. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keberhasilan kebuntingan dan proporsi jenis kelamin hasil IB menggunakan semen sexing dengan dosis yang berbeda (single dan double) pada sapi Persilangan Limousin. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi betina Persilangan Limousin sebanyak 117 ekor dengan kriteria Body Condition Score (BCS) 3-6, dengan umur lebih dari 1,5 tahun yang didentifikasi berdasarkan pergantian gigi seri permanen (PI) dan memiliki kondisi yang sehat. Semen yang digunakan untuk penelitian ini adalah semen beku yang diproduksi oleh Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental, dengan menyeleksi ternak betina yang sesuai kriteria. Data yang didapatkan di analisa secara deskriptif. Kemudian ternak yang berahi dan dideposisikan pada posisi 4+, masing-masing perlakuan sebanyak 39 ekor diinseminasi semen dengan 3 perlakuan yaitu non sexing single dosis, perlakuan ke dua semen sexing single dosis, sedangkan perlakuan ketiga semen sexing double dosis hasil sexing metode Sentrifugasi Gradien Densitas Percoll (SGDP). Hasil penelitian menunjukkan semen sexing memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dibandingkan semen non sexing. Dilihat dari nilai NRR, S/C, CR dan Proporsi Jenis Kelamin yang lahir. Pada penelitian ini semen sexing double dosis (P2) lebih tinggi dengan nilai Non Return Rate (NRR21) yaitu sebesar 92,31 %, (NRR42) sebesar 87,18%. Service per Conception (S/C) 1,1 Conception Rate (CR) 92.31%, dan proporsi jenis kelamin jantan lahir diperoleh 20 ekor ± 55,56%. Kemudian IB semen Non Sexing memiliki nilai (NRR21) sebesar 76,92 %, (NRR42) sebesar 71,79%, Service per Conception (S/C) 1,2. Conception Rate (CR) 76,92% dan proporsi jenis kelamin jantan yang lahir diperoleh 18 ekor ± 56,25%. Kedua perlakuan tersebut memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan P1 (sexing single dosis) yang memiliki nilai (NRR21) sebesar 56,41%, (NRR42) sebesar 41,03%. Service per Conception (S/C) 1,4. Conception Rate (CR) 56,41%, dan proporsi jenis kelamin jantan diperoleh 12 ekor ± 50,00%. Parameter ketepatan jenis kelamin pedet yang lahir dibandingkan dengan proporsi spermatozoa pada semen adalah semakin kecil selisih maka tingkat keakuratan akan semakin tinggi. Kelahiran pedet berjenis kelamin jantan pada dengan menggunakan semen beku sexing spermatozoa – Y dengan metode SGDP memiliki tingkat ketepatan jenis kelamin yang tinggi, mengacu pada proporsi spermatozoa - Y sebesar 42% dapat menghasilkan pedet dengan jenis kelamin jantan dengan persentase kelahiran sebesar 55,56

    Carbon Footprint dari Sektor Permukiman di Kecamatan Tuban Jawa Timur

    No full text
    Kecamatan Tuban merupakan kecamatan yang menempati urutan ketiga besar terpadat di Kabupaten Tuban Jawa Timur dengan jumlah penduduk sebanyak 84.542 jiwa dengan laju kepadatan penduduknya mencapai 39,8 jiwa/ha. Berbagai aktivitas rumah tangga yang melibatkan penggunaan energi menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2). Keterlibatan peningkatan aktivitas manusia berpengaruh atas semakin banyak energi yang digunakan dan memperbesar nilai carbon footprint yang dihasilkan. Emisi yang bersumber dari sektor permukiman terbagi atas emisi CO2 primer yang dihasilkan melalui penggunaan bahan bakar memasak dan emisi CO2 sekunder berasal dari konsumsi energi listrik. Penelitian dilakukan untuk menghitung emisi CO2 yang dihasilkan dari sektor permukiman di Kecamatan Tuban. Pengumpulan data primer diperoleh melalui survei lapang berupa kuisioner dan wawancara yang melibatkan 100 responden untuk mengetahui konsumsi bahan bakar memasak, tipe daya listrik, dan jumlah penghasilan pokok. Sedangkan data sekunder mengacu dari literatur dan instansi terkait yang akan digunakan sebagai data penelitian awal dan data pendukung untuk analisis. Variabel penelitian yang digunakan adalah konsumsi bahan bakar memasak, klasifikasi daya listrik, tipe rumah, dan jumlah pendapatan pokok bulanan kepala rumah tangga. Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini adalah jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh Kecamatan Tuban sebesar 9.923,128 tCO2/tahun untuk emisi CO2 primer, 45.788,850 tCO2/tahun untuk emisi CO2 sekunder, dan 55.711,978 tCO2/tahun untuk emisi CO2 total. Melalui pemetaan sebaran carbon footprint didapatkan informasi bahwa Kelurahan Perbon, Kelurahan Latsari, dan Kelurahan Sidorejo berada pada jangkauan emisi sangat tinggi; Desa Sumurgung, Desa Sugiharjo, Kelurahan Ronggomulyo, dan Kelurahan Kebonsari berada pada tingkat emisi tinggi; Kelurahan Mondokan, Kelurahan Kutorejo, Kelurahan Sendangharjo, dan Kelurahan Baturetno berada pada jangkauan emisi sedang; Kelurahan Karangsari, Kelurahan Kingking, dan Kelurahan Sidomulyo berada pada jangkauan emisi rendah; dan Desa Kembangbilo, Kelurahan Doromukti, Kelurahan Sukolilo pada tingkat emisi sangat rendah. Uji statistik menunjukkan adanya hubungan negatif dengan derajat korelasi sangat lemah antara variabel tipe rumah dan pendapatan pokok namun terdapat hubungan positif dengan derajat korelasi sangat kuat antara variabel konsumsi bahan bakar memasak terhadap emisi CO2 primer, sedangkan ketiga variabel penelitian berhubungan positif dan memiliki derajat korelasi kuat terhadap emisi CO2 sekunder
    corecore