62 research outputs found

    LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LOKASI SMA NEGERI 1 KOTA MUNGKID

    Get PDF
    Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ketiga, yaitu pengabdian kepada masyarakat, maka tanggung jawab seorang mahasiswa selain belajar di kampus yaitu menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya agar memberi manfaat pada masyarakat, nusa, dan bangsa. Program PPL merupakan salah satu wujud komitmen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) terhadap dunia pendidikan sekaligus cara untuk mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ketiga tersebut. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai misi menyiapkan tenaga pendidik untuk siap bertugas dalam bidang pendidikan, baik sebagai guru maupun tenaga lainnya yang tugasnya bukan sebagai pengajar. UNY salah satu fungsi utamanya adalah mendidik calon guru dan tenaga profesi kependidikan harus mampu menunjukkan keprofesiannya yang ditandai dengan penguasaan akademik kependidikan dan kompetensi bidang studi sesuai dengan ilmunya. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru diantaranya kompetensi dalam bidang pengajaran, kepribadian, dan sosial. Seorang guru yang mempunyai potensi tersebut dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti ditegaskan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tetang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya

    Pengaruh Laba dan Komponen Arus Kas terhadap Return Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Terdaftar di Bei Periode Tahun 2007–2009)

    Full text link
    This study aims to provide empirical evidence of the influence of the information published financial statements, the accounting profit, cash flow components comprising cash flows from operating activities, cashflows from investing activities and cash flows from financing akrivitas on stock returns manufktur companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). During the observation period of 2006 - 2009 This study used a sample of 99 listed companies amounted selected using purposive sampling method. The data in this study is a secondary data obtained from the Indonesian Capital Market Directory and IDX Corner at the Faculty of Economics, University of Diponegoro in Semarang. The statistical methods used to analyze the data using multiple regression analysis. Variable used is earnings accounting proxy retun on assets (ROA), a component of cash flows from the activities of the Operating Cash Flow, Cash Flow from Investing activities, cash flow from financing activities as an independent variable, while the Stock Return as the dependent variable. Of testing the hypothesis, this study produced findings that variable accounting profit / ROA has a significant positive effect on stock returns, the variable Cash Flows from Operating Akrivitas not have asignificant influence on stock returns, while Cash Flows from Investing Activities and Cash Flow from Financing activities influence significant positive stock returns

    Why West Acehnese Shift Their Dialect to Other Acehnese Dialect

    Get PDF
    The aim of this study was to investigate the reasons for dialect shifting by speakers from West Aceh when they speak Acehnese outside of the West Aceh area. A qualitative method was used for this research. The data was collected using interviews following an interview guide. The researcher interviewed the informants who were all from West Aceh and living in Banda Aceh for educational purposes. Based on the results from the interviews, the researcher found that the West Acehnese shifted their dialect into other dialects when they spoke with other Acehnese outside of West Aceh. The dialect was shifted by them for various reasons, such as lacking confidence to use their own dialect, to avoid embarrassment or being ridiculed by other speakers, to make them easier to be understood, to get acceptance and respect from the community where they were and due to being influenced, unconsciously, by other, more dominant dialects

    The Use of Lamtoro Plants as Organic Fertilizers for Cayenne Pepper Plants of Local Varieties (Capsicum frutescens L.)

    Get PDF
    Lamtoro is a dry land plant that is widely found in East Nusa Tenggara. The abundant availability of this plant causes this plant to be of no economic value. On the other hand, this plant contains a lot of nitrogen which can be used to supply nutrients for plants, by utilizing the leaf extract.Lamtoro leaf extract can be used as organic fertilizer for chili plants, where this plant has economic value and is in great demand by the public. This study aimed to determine the effect of various concentrations of lamtoro leaf extract which showed the best results on cayenne pepper. This research has been carried out on farmers' land located in the Liliba Family, Oebobo District, Kupang City which took place from April 2020 to July 2020. The design used in this study was a randomized block design (RAK) with 5 treatments and 4 replications, with treatment P0 (control), P1 (administration of 200 ccliter of lamtoro extract concentration of water-1), P2 (administration of 250 ccliter of water-1 extract of Lamtoro concentration). ), P3 (Giving Concentration of Lamtoro Extract 300 ccliter water-1), P4 (Giving Concentration of Lamtoro Extract 350 ccliter water-1). The results of this study indicate that the treatment of lamtoro leaf extract has a very significant effect on plant height(111cm), number of leaves (221.25 pieces), number of fruit (175.25 pieces), and fruit weight (128,875 kg)

    Stereotip Etnis Tionghoa dalam Stand-Up Comedy pada Lakon “KOPER” (Analisis Semiotika)

    Full text link
    1ABSTRAKSIJudul Skripsi : Stereotip Etnis Tionghoa Dalam Stand-Up Comedy padalakon “KOPER” (Analisis Semiotika)Nama : Nur AiniNim : D2C308012Jurusan : Ilmu KomunikasiKaum minoritas dapat dianggap sebagai kelompok subkultur yang dapat menyebabkan pergolakan di sebuah negara. Perbedaan identitas menjadi kerap muncul sebagai awal permasalahan SARA yang salah satunya ditandai dengan adanya stereotip kelompok, terutama pada kaum minoritas. Kemunculan stand-up comedy di Indonesia yang turut meramaikan hiburan tanah air, menjadi salah satu media bagi kaum minoritas untuk lebih terbuka dalam mengkomunikasikan hal tabu seperti rasisme yang dialami oleh etnis Tionghoa. Melalui stand-up comedy hal tersebut diangkat dengan perspektif dan cara yang lebih dapat diterima.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang makna yang diungkapkan dalam pertunjukan stand-up comedy lakon “Koper” pada sesi Ernest Prakasa, seorang keturunan etnis Cina-Betawi. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes untuk memaknai kode-kode secara denotatif dan konotatif, juga teknik analisis Fiske dengan menguraikan simbol-simbol tayangan yang disajikan melalui tiga level analisis yaitu reality, representation, dan ideology.Hasil penelitian menunjukkan adanya temuan mengenai representasi etnis Tionghoa yang digambarkan melalui stand-up comedy dalam lakon “Koper”. Pertama mengenai diskriminasi sosial yang dialami, etnis Tionghoa seringkali mendapatkan perilaku yang berbeda dari masyarakat karena dianggap sebagai liyan. Kedua, adanya stereotip tentang fisikalitas Tionghoa terutama bentuk mata sipit sebagai ciri khas yang dimiliki masyarakat Tionghoa atau keturunannya, hingga sekarang masih seringkali muncul. Dan yang ketiga adalah kemampuan sosial-ekonominya yang selalu dianggap berada di tingkat menengah ke atas, di mana hal tersebut berdampak pada kecemburuan sosial masyarakat.Disetujui oleh Pembimbing 1Semarang, Maret 2013Drs. Adi Nugroho, M.SiNIP 19651017.199311.1.0012PENDAHULUANIndonesia, sebuah negara besar yang terdiri dari berbagai kepulauan, memiliki begitu banyak ragam etnis kebudayaan. Salah satunya etnis Tionghoa yang meskipun dianggap sebagai kelompok subkultur, namun secara faktual merupakan warga Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi, di negara ini seolah memandang etnis tersebut dengan sebelah mata. Adanya ketimpangan sosial yang terjadi pada masa lalu antara kelompok pribumi dan Tionghoa (keturunan) membuat pribumi merasa takut dan terancam. Refleksi ketakutan yang muncul dari kalangan pribumi tersebut pada akhirnya berubah menjadi persepsi umum. Charless A. Coppel dan Rizal Sukma (dalam http: //www.yusufmaulana.com/2009/07/menakar-diaspora-etnis-tionghoa.html) mengidentifikasi lima persepsi masyarakat pribumi terhadap karakter umum etnis Tionghoa, yaitu :1. Mereka adalah bangsa (ras) yang terpisah, yakni bangsa Cina;2. Posisi mereka diuntungkan dalam struktur sosial di bawah pemerintahan kolonial Belanda;3. Struktur sosial diskriminatif selama penjajahan Belanda menempatkan mayoritas mereka lebih suka mengidentifikasi dengan bangsa Belanda, memiliki sikap arogan, memandang rendah masyarakat Indonesia asli, cenderung eksklusif, dan mempertahankan hubungan kekerabatan dengan Cina daratan;4. Merupakan kelompok yang tidak mungkin berubah dan akan selalu memperhatikan nilai-nilai kulturalnya di mana pun mereka berada;35. Merupakan kelompok yang hanya peduli kepada kepentingan mereka sendiri, khususnya kepentingan ekonomi.Pemerintahan pasca-reformasi akhirnya kembali mengakui keberadaan etnis Tionghoa. Warga etnis Tionghoa diakui sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) sah yang dilindungi dengan UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Etnis Tionghoa mulai menunjukkan eksistensinya pada berbagai aspek kehidupan bermasyarakat mulai dari bidang politik, sosial, budaya, tidak terkecuali dalam bidang hiburan.Dalam dunia hiburan, Indonesia kembali mengalami satu era baru dengan kemunculan stand-up comedy. Stand-up comedy adalah komedi tunggal secara monolog yang ditampilkan di atas panggung, berinteraksi secara langsung dengan audiens, dan memiliki konten atau materi humor yang lebih tajam dan kritis. Dalam bukunya, Sudarmo juga menyebutkan bahwa dengan stand-up comedy, orang-orang berbagi tawa untuk melepas kegetiran hidup (Sudarmo, 2012: 175).Sudarmo (2012: 175) juga menyebutkan bahwa dengan SUC, orang-orang berbagi tawa untuk melepas kegetiran hidup. Ia juga mendefinisikan stand-up comedy sebagai kombinasi antara teater dan lawak improvisasi. Tradisi teater mensyaratkan kesiapan naskah/skenario, latihan, dan arahan sutradara. Lawak improvisasi, meskipun sebenarnya memiliki konsep/naskah, namun tidak tertulis, atau hanya mengandalkan kesepakatan dalam brifing sutradara (Sudarmo, 2012: 182). Dalam Stand-up comedy lakon “Koper”, setiap comic menyampaikan materi mereka dengan tetap menjaga karakter kentalnya masing-masing. Pertunjukan ini menceritakan perjalanan sebuah koper yang tua dan besar yang hendak dibuang4oleh pemiliknya di sebuah terminal karena dianggap berisi kenangan tentang istrinya yang membawa sial. Koper tersebut kemudian berpindah tangan, dari orang yang satu ke orang lainnya yang tidak saling mengenal.Berkaitan dengan penelitian ini, stereotip etnis minoritas yang sudah ada sejak dulu dan secara umum dianggap negatif, digambarkan menggunakan humor yang pada penelitian ini dikemukakan dalam stand-up comedy lakon “KOPER”. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui adalah bagaimana representasi “Stereotip Etnis Tionghoa dalam Stand Up Comedy “KOPER”?”Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan representasi stereotip etnis Tionghoa dalam Stand Up Comedy pada lakon “KOPER”. Peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca dalam memahami serta mengetahui studi semiotik mengenai representasi Stereotip Etnis Tionghoa dalam Stand Up Comedy “KOPER” serta dapat dijadikan bahan rujukan ataupun pertimbangan untuk kajian ilmu komunikasi dan menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya, serta menjadi masukan tersendiri di bidang Stand Up Comedy.Metodologi Penelitian1. Tipe PenelitianMenggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah semiotik Barthes.2. Subyek PenelitianSasaran penelitian ini adalah stand-up comedy lakon “KOPER”, dengan subjek penelitian yaitu comic Ernest Prakasa.53. Unit AnalisisItem-item dalam stand-up comedy lakon “Koper” yang terdiri atas scene-scene, monolog yang terdiri dari bit-bit dan punchline yang mempunyai relevansi dengan rumusan masalah.4. Teknik Pengumpulan DataData primer penelitian ini berupa potongan gambar scene-scene dari pertunjukan yang disiarkan di Metro TV pada tanggal 19 dan 26 Februari 2012 dengan tajuk stand-up comedy lakon “Koper”. Sedangkan data sekundernya adalah studi pustaka mengenai sosok tionghoa yang diperoleh dari artikel, buku maupun sumber dari internet.5. Teknik Analisis DataTeknik analisis data pada penelitian ini didasarkan pada konsep The Codes of Television dipaparkan oleh Fiske (1987:5) bahwa peristiwa yang akan disiarkan telah dienkode oleh kode-kode sosial. Kode-kode tersebut terdiri dari beberapa level, sebagai berikut:a. Level 1: “Reality”b. Level 2: “Representation”c. Level 3: “Ideology”6HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSosok Tionghoa dalam stand-up comedy lakon Koper hanya diwakili oleh karakter Ernest Prakasa sebagai comic. Dalam beberapa bagian, Ernest menggambarkan sebuah keadaan yang menjadi stereotip mengenai etnis Tionghoa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo (2005), dikemukakan persepsi orang Jawa tentang stereotip Cina dalam komunikasi antaretnis, sebagai berikut:Tabel 4.1Persepsi tentang stereotip dalam komunikasi antaretnisNoStereotipJawa - Cina (skala 1-5)1Pelit2,482Licik2,343Curiga2,144Sombong2,445Eksklusif2,276Mementingkan diri sendiri2,397Memandang rendah2,068Malas bekerja1,929Mudah disuap2,4110Hemat3,6611Jujur3,5012Sopan3,9213Ramah3,831. Diskriminasi Sosial Etnis TionghoaMonolog menggunakan kata “rasis” terdengar menyindir (meskipun dengan bercanda), yang ditujukan kepada panitia acara yang memilihkan peran itu untuknya sebagai penjaga toilet.7Seragam PDL. Seragam adalah simbol kepatuhan, kepasrahan, dan tunduk kepada peraturan. Pakaian yang dikenakan Ernest (PDL) adalah pakaian seragam yang digunakan oleh seorang pekerja lapangan, bekerja di luar kantor dan lebih banyak menggunakan tenaga. Seperti yang dikemukakan oleh Bungin (2006: 48), bahwa pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas, dan semacamnya yang lebih banyak menggunakan tenaga dari pada kemampuan manajerial distratakan sebagai kelas sosial bawah (lower class).Gesture tubuh yang menyindir, terlihat dari cara mengibaskan baju seragamnya sembari melihat ke arah di luar penonton serta mengucapkan kata “ck..!”. Secara keseluruhan dimaknai sebagai sindiran akan diskriminasi sosial yang dialami oleh kelompok etnis Cina di masa lalu.2. Fisikalitas Etnis TionghoaBentuk mata sipit yang apabila dilihat oleh penonton dari kejauhan seperti orang yang berbicara dengan keadaan mata terpejam.Konotasinya, kalimat-kalimat yang muncul dalam bit tentang bentuk mata sipit merupakan hal yang lucu, ketika seorang comic membuat penonton menertawakannya melalui keadaan fisik yang berbeda pada dirinya. Humor semacam ini menunjukkan sebuah pengakuan atas ketidaksempurnaan dan kelemahan diri kepada penonton. Menurut Malcolm Khusner (dalam Sathyanarayana, 2007 92), meskipun pada menertawakan diri sendiri dapat menjatuhkan, namun sesungguhnya8humor tersebut dapat meningkatkan daya tarik dan membangun empati penonton.Adapun monolog yang sengaja mengganti istilah mata sipit dengan kurang belo, ciri khas yang biasa ditemui pada keturunan India dan Timur Tengah. Dalam teori humor, Ernest menggunakan self deprecating humor dimana mencela kaumnya sendiri merupakan salah satu bagian dari pengungkapan diri dengan menambahkan, “...lha mandang dua mata aja susah..! Apa lagi sebelah..!”. Ungkapan ini memiliki konotasi bahwa orang Cina tidak pernah merendahkan orang lain.Adanya stereotip bahwa orang Cina memiliki sifat angkuh, eksklusif dan memandang rendah etnis lain sengaja ditekankan bahwa hal tersebut tidak benar adanya. Dalam catatan Taher, disebutkan faktor kultural yang memiliki kaitan yang erat dengan permasalahan ini. Meskipun pada masa Orde Baru mengeluarkan kebijakan pemerintah tentang asimilasi (pembauran), ternyata Cina yang merupakan kebudayaan yang tertua di dunia ini cukup kuat dan berpengaruh di wilayah tertentu. Sebagai konsekuensinya, masyarakat Cina menjadi cenderung bersifat chauvinistik, sering memandang rendah kebudayaan bangsa-bangsa lain (Rahardjo, 2005: 19). Namun tentu saja tidak semua dari mereka memiliki sikap yang demikian. Tidak adil apabila stereotip itu dilekatkan pada semua orang Tionghoa padahal masih ada orang Tionghoa yang sangat bersahabat.93. Kelas Sosial-Ekonomi Etnis TionghoaDalam sebuah bit, dimana Ernest menemukan sebuah koper tidak bertuan yang tergeletak begitu saja di jalan. Kemudian dengan rasa penasaran, Ernest memperlihatkan dia sedang memeriksa koper tersebut dan mencoba menentengnya sembari berjalan. Ernest bercerita bahwa ternyata orang Cina tidak semuanya kaya.Konotasinya yaitu anggapan bahwa semua orang Tionghoa di negeri ini dianggap kaya dan memiliki kemampuan ekonomi yang mencukupi. Koper tersebut diartikan sebagai simbol kekayaan yang digunakan untuk menyimpan uang. Dalam bit tersebut Ernest menyebutkan, “gaya ya, kaya business man Shanghai!”. Secara harfiah, kalimat tersebut memiliki makna bahwa comic yang merupakan keturunan Cina-Betawi ini adalah bukan seorang pengusaha kaya seperti yang distereotipkan oleh masyarakat.Stereotip ini sendiri bermula dari pemerintahan kolonial Hindia-Belanda yang membagi masyarakat waktu itu menjadi tiga golongan, yaitu 1) orang Eropa yang kedudukannya paling tinggi; 2) orang Cina, India, dan Arab sebagai golongan Timur Asing dengan kedudukan sosial menengah; dan 3) golongan pribumi yang menempati kedudukan sosial terendah (Rahardjo, 2005: 18). Keistimewaan yang diberikan kepada masyarakat keturunan Cina memiliki posisi (ekonomi) yang lebih dominan dibanding komunitas masyarakat lokal. Hal ini membuat interaksi mereka dengan pribumi menjadi berjarak.10Keberhasilan banyak orang Tionghoa di bidang ekonomi memang seringkali menimbulkan kecemburuan sosial. Hanya saja keberhasilan ini tidak terjadi pada seluruh orang Tionghoa. Masih banyak orang Tionghoa biasa yang hidup secara sederhana dengan USAha mereka dan masih berjuang untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak orang Tionghoa yang memiliki kemapanan finansial, namun perlu ditekankan pula bahwa kemapanan tersebut adalah buah dari kerja keras mereka.Selain itu pada bit yang menyampaikan bahwa Engkong atau kakek Ernest adalah seorang warga Tionghoa asli yang merantau ke negeri ini, kemudian ditambahkan bahwa tidak semua produk Cina itu KW, diambil dari kata kualitas dengan pelafalan kwalitas, yang artinya barang tiruan.Ketika dianalisis berdasarkan makna konotasi, terdapat kalimat yang ambigu. Disebutkan di dalam penampilannya, kata asli dalam bit tersebut memiliki artinya yang lain. Stereotip yang ingin diperjelas disini adalah anggapan masyarakat yang menggeneralisasikan bahwa barang made in China (yang berupa produk tekstil/ garmen dan elektronik) bahwa barang Cina seringkali disebut sebagai barang yang memiliki image peyoratif/negatif. dikenal dengan barang tiruan, bermutu rendah, dan murah (dikutip dari republika.co.id), Hal ini seringkali dikaitkan dengan isu ekonomi kapitalis yang digencarkan di negeri tersebut, yang lebih mementingkan bisnis dan ekonomi daripada aspek yang lain, menghalalkan segala cara demi mendapatkan kekayaan yang berlimpah.11PENUTUPStereotip yang direpresentasikan dalam stand-up comedy lakon Koper berbicara mengenai diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dengan anggapan bahwa etnis Tionghoa adalah sebuah kelompok ras yang terpisah, sehingga dibeda-bedakan dengan kelompok masyarakat pribumi. Adapun ciri fisik yang khas dan mencolok yaitu bentuk mata sipit yang menjadi bahan untuk menyudutkan mereka dalam interaksi mereka dengan kaum mayoritas pribumi, dan menyebabkan etnis Tionghoa seringkali mendapatkan serangan verbal sebagai bentuk pengungkungan eksistensi mereka.Status sosial-ekonomi etnis Tionghoa distereotipkan sebagian besar lebih baik dari para pribumi. Padahal untuk mencapai tingkat kesuksesan seperti demikian, kaum Tionghoa telah menjalani kerja keras secara turun temurun. Namun demikian kecemburuan sosial yang merebak dan terstruktur dalam masyarakat Indonesia menyebabkan labelisasi „kaya‟ dan „eksklusif‟ bagi masyarakat Tionghoa. Akibatnya, gerak kaum Tionghoa seolah terkurung dalam ranah ekonomi yang semakin mengukuhkan dominasi finansial mereka

    Pengaruh Aktivitas Scaffolding Dalam Konteks Scientific Approach Terhadap Hasil Belajar Konsep Kalor

    Full text link
    The research aimed to knowthe infulence of scaffolding activity based on scientific approach to the result on heat concept of junior high school. Scaffolding strategy was a helped strategy by teacher to student in the learning process until student can be interacted with each other and can be motivated the higher scaffolding activity. This research used one-shot case study design. The result of research showed that there was an infulence of scaffolding activity based on scientific approach to learning result on heat concept of junior high school with score 47% with average percent score 69.95% high category, while result study average student with score 73.68 as high category.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas scaffolding dalam konteks scientific approach terhadap hasil belajar konsep kalor SMP. Strategi scaffolding merupakan strategi berbantuan oleh guru kepada siswa dalam proses pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat saling berinteraksi satu sama lain dan dapat mendorong aktivitas scaffolding lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan desain one-shot case study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh aktivitas scaffolding dalam konteks scientific approach terhadap hasil belajar konsep fisika SMP sebesar 47% dengan persentase rata-rata aktivitas scaffolding adalah sebesar 69,95% dengan kategori tinggi, sedangkan rata-rata nilai hasil belajar siswa adalah sebesar 73,68 dengan kategori tinggi

    Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Sistem Pengendalian Intern, dan Desentralisasi terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Skpd Kabupaten Pasaman)

    Full text link
    This study aims to determine the influence of empirical evidence budget goal clarity, internal control system and decentralization the performance of local government officials Pasaman regency. This research was conducted by using a survey of local work unit Pasaman. The population in this study is 31 working units Pasaman. Samples taken amounted to 93 respondents. The type of data used are primary data with data collection method using a questionnaire. Data analysis method used in this study. The results showed that the Budget Targets Clarity significant effect on the performance of local governments with a regression coefficient of 0.748 with 0.001 significance (alpha 0.05), Internal Control System have a significant effect on the performance of local governments with a regression coefficient of 0.182 with 0.000 significance (alpha 0.05), Decentralization significantly affect the performance of local governments with a regression coefficient of 0.351 with 0.000 significance (alpha 0.05). With a total number of (Adjusted R²) square value of 0.450, which means by 45.0%. While the remaining 55.0% influenced by other variables not included in the regression models were not included in this study as organizational commitment, participation budgeting and others.Keywords: Performance, governments, budget, internal control systems, and decentralizatio

    Studi Pembuatan Model Tarikan Pergerakan Orang Pada Pusat Kegiatan Pendidikan Dengan Metode Analisis Regresi (Studi Kasus: Kampus Universitas Brawijaya)

    Full text link
    Pusat kegiatan pendidikan merupakan tata guna lahan yang mempunyai intensitas yang tinggi untuk menarik pergerakan, timbulnya interaksi bagi arus pergerakan orang baik untuk tujuan pendidikan untuk para mahasiswa dan bekerja untuk dosen dan karyawan. Besarnya tarikan pergerakan dipengaruhi oleh beberapa variabel. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan memodelkan tarikan pergerakan orang terhadap variabel yang berpengaruh dari tata guna lahan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pendidikan, studi kasus Kampus Universitas Brawijaya Malang (UB). Dalam studi ini, terdapat dua macam variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas diantaranya adalah jumlah Mahasiswa S1, S2, S3, jumlah dosen, jumlah karyawan, luas lahan bangunan (m2), jarak tempat tinggal ke kampus, jumlah mata kuliah yang dipilih atau diajar, tingkat pendidikan, kepemilikan motor, kepemilikan mobil, jenis kendaraan yang digunakan ke kampus, tingkat penghasilan bulanan dan tingkat pengeluaran bulanan. Variabel terikat adalah jumlah perjalanan orang ke kampus dalam seminggu. Dari hasil studi, didapatkan model tarikan Mahasiswa S1 : Y= -719,735+4,138X1 dan dari data karakteristik diperoleh model tarikan Mahasiswa S1: Y=0,842+0,970X6+0,081X10. Tarikan pergerakan Mahasiwa S1, S2, S3: Y= -822,022+3,865X1+12,843X2 dan dari data karakteristik diperoleh model tarikan pergerakan Mahasiswa S1, S2, S3: Y= 0,561-0,064X5+1,013X6+0,149X10. Tarikan pergerakan dosen : Y=3,71+1,82X2+0,75X9 dan dari data karakteristik diperoleh model tarikan pergerakan dosen: Y=1,543+0,722X6+0,28X9. Untuk tarikan karyawan : Y=-486,076+9,808X3+134,615X10. Tarikan pergerakan dosen dan karyawan: Y= -337,18+1,753X2+7,564X3+55,261X6+44,399X10 dan model tarikan pergerakan Mahasiswa S1, S2, S3, dosen, dan karyawan : Y=-649,997+3,813X1+18,375X2

    EDUKASI PETUGAS PENDAFTARAN TERKAIT PROSES REGISTRASI PASIEN

    Get PDF
    ABSTRAKBelum sesuainya kualifikasi yang dimiliki oleh petugas pendaftaran serta tata cara registrasi dan sistem penamaan yang benar menjadi permasalahan yang terdapat pada klinik X. Adapun tujuan dari dilakukannya edukasi terkait sistem registrasi pasien yaitu dapat meningkatkan pengetahuan petugas pendaftaran terkait kualifikasi petugas dan tata cara registrasi pasien yang meliputi sistem penamaan yang benar. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari dengan peserta yang terlibat adalah petugas pendaftaran dan direktur klinik X dengan jumlah 4 orang dengan metode sosialisasi dan diskusi interaktif. Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi terkait tata cara registrasi pasien kemudian dilanjutkan dengan materi terkait kualifikasi dan jumlah tenaga pendaftaran menggunakan metode analisis perhitungan SDM dan terakhir menjelaskan terkait sistem penamaan. Sebelum dan sesudah kegiatan, peserta akan diberikan tes sebagai salah satu alat untuk evaluasi dalam kegiatan ini. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peserta yang menunjukkan peningkatan sebesar 30% dari nilai pretest yaitu 60.00 dan nilai postest yaitu 90.00. Adanya peningkatan pengetahuan dan peserta dalam kegiatan ini dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan petugas pendaftaran dalam proses registrasi pasien sesuai dengan prosedur yang berlaku dan menciptakan kesan baik saat melakukan proses registrasi pasien.   Kata kunci: sistem registrasi pasien; petugas pendaftaran; kegiatan; sosialisasi ABSTRACTThe incompatibility of the qualifications of the registrar as well as the registration procedures and the correct naming system is a problem that exists at clinic X. The purpose of conducting education related to the patient registration system is to increase the knowledge of registrars regarding the qualifications of officers and procedures for patient registration which includes correct naming system. This activity was carried out for 3 days with participants involved being registrars and director of clinic X with a total of 4 people with interactive socialization and discussion methods. This activity began with socialization regarding patient registration procedures, then continued with material related to the qualifications and number of registration staff using the HR calculation analysis method and finally explained the naming system. Before and after the activity, participants will be given a test as a tool for evaluation in this activity. The results of the activity showed an increase in the participants' knowledge which showed an increase of 30% from the pretest score, which was 60.00 and the posttest score, which was 90.00. An increase in knowledge and participants in this activity can help improve the ability of registration officers in the patient registration process in accordance with applicable procedures and create a good impression when carrying out the patient registration process.. Keywords: patient registration system; registration officer; activity; socializatio
    • …
    corecore