65 research outputs found

    PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK RIMPANG RUMPUT TEKI (Cyperusrotundus L) TERHADAP EKSPRESI GEN VIMENTIN DAN NEUROFILAMEN PADA PERKEMBANGAN RANGKA ANGGOTA TUBUH MENCIT (Mus musculus L)

    Get PDF
    ABSTRAK PENGARUHPEMBERIAN EKSTRAK RIMPANG RUMPUT TEKI (Cyperusrotundus L) TERHADAP EKSPRESI GENVIMENTIN DAN NEUROFILAMEN PADA PERKEMBANGAN RANGKA ANGGOTA TUBUH MENCIT (Mus musculus L) Penelitian terdahulu menunjukkanbahwabeberapatanamanobatmempunyaiefeksamping, khususnya selama perkembangan embrio, sepertiefekteratogenik dan embriotoksik. Salah satunya adalah rumput teki (Cyperus rotundus L) yang mengandung alkaloid, glikosida flavonoid, dan minyak atsiri sebanyak 0,3-1%. Kandungan senyawa kimia inididuga bersifat sebagai anti-estrogen, sehingga kemungkinan dapat menyebabkan abortus atau kelainan pada perkembangan fetus. Selama proses perkembangan, gen vimentin dan neurofilamen berperan penting dalam proses pembentukan rangka fetus. Tujuan penelitian ini adalahuntukmengkajipengaruh ekstrak rimpang rumput teki terhadap ekspresigen vimentin dan gen neurofilamen, panjang metakarpus dan metatarsus, dan tebal zona cadangan kondrosit, proliferasi, maturasi, serta kartilago yang termineralisasi pada tulang epifisialis tibia fetus mencit. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental murni dengan menggunakan 24 mencit hamil yang dibagi menjadi 4 kelompok, masing‒masingkelompokterdiri dari 6 ekor mencit. Pada hari kehamilan ke 6-17, kelompokkontrol (K) diberi 0,4 ml aquabides, sedangkan 3 kelompok perlakuan diberi ekstrak rimpang teki dosis 45 mg/40 g BB (P1), dosis 90 mg/40 g BB (P2), dosis 135 mg/40 gr BB (P3) dalam 0,4 ml aquabides. Hasilpenelitianmenunjukkan bahwa ekstrakrimpangrumput tekidapatmenurunkanekspresi gen vimentin, tetapi meningkatkan ekspresi gen neurofilamen pada tunas anggota fetus mencit. Selain itu, ekstrakrimpangrumput tekimenurunkanpanjang metakarpus dan metatarsus fetus mencit, dan menurunkantebal zona cadangan kondrosit, zona proliferasi, serta zona maturasi pada tulang epifisialis tibia fetus mencit, tetapi meningkatkan tebal zona kartilago yang termineralisasi. Berdasarkanhasilpenelitian, dapatdisimpulkanbahwaekstrakrimpangrumput tekimenurunkanekspresi gen vimentin, meningkatkan ekspresi gen neurofilamen, menurunkanpanjang metakarpus dan metatarsus fetus mencit, menurunkantebal zona cadangan kondrosit, zona proliferasi, zona maturasi, serta meningkatkan tebal zona kartilago yang termineralisasipada tulang epifisialis tibia fetus mencit. Kata kunci: vimentin, neurofilamen, kartilago epifisialis tibia, fetus, metakarpus, metatarsus, perkembangan fetu

    HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN AKIBAT RADIASI CAHAYA LAMPU MERKURI

    Get PDF
    Lampu merkuri menjadi salah satu pilihan karena memiliki umur nyala yang panjang, hingga 24.000 jam. Radiasi yang dipancarkan lampu ini bukan hanya dalam bentuk fisik tampak, tetapi juga berupa gelombang elektromagnetik dan akan berinterakasi dengan semua materi yang memiliki potensial listrik. Untuk melihat pengaruh radiasi cahaya lampu merkuri terhadap struktur tubulus ginjal mencit (Mus musculus L.) jantan maka telah dilaksanakan penelitian di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Pembuatan preparat histologi ginjal dilaksanakan di Laboratorium Patologi Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai November 2012. Kerusakan tubulus ginjal yang ditemukan dalam pemajanan 12 dan 16 jam/hari selama 21 hari berupa perdarahan intertubular, piknosis, karioreksis, kariolisis, kongesti, dan nekrosis. Perdarahan intertubulus hanya ditemukan pada perlakuan 4 jam/hari, sedangkan pada perlakuan 8 jam/hari ditemukan perdarahan intertubulus, piknosis, dan karioreksis

    EARLY STUDY: THE EFFECT OF TAURINE ON GROWTH OF GOURAMI (Osprhonemus goramy) AND TILAPIA (Oreochromis niloticus) JUVENILES

    Get PDF
    Taurine in diet affected increasing in body weight and length as well as survival rate of juveniles or adults of many marine fishes. It is explained that taurine presumably increased in their ability to tolerate the hypertonicity of seawater as well as to improve their metabolism which leaded to induce maturation. In order to elucidate the effect of taurine physiological universally in the fishes, early study was conducted on freshwater fishes namely gourami (Osprhonemus goramy) and tilapia (Oreochromis niloticus). The growth was determined by their body weight and morphological changes included the length and width of their body. The reproductive status was determined by measuring fish gonadosomatic indexes (GSI) (only for tilapias). Eight experimental groups were chosen consisted of two groups with commercial fish food with and without taurine and two groups with natural fish food (consisted of 50% Xanthosoma sagittifolium) with and without taurine. Amount of taurine given was 0.4 mg/fish/day. Complete randomized design with factorial 2x2 was applied to this study with 40 gourami juveniles (@ 7 grams in weight) and 40 tilapias (@ 50 grams in weight) were used for the experimental units. The study was conducted in 2 months. Analysis variances and LSD and/or t-test at 5% were used to determine the differences among experimental groups. The results indicated that taurine groups increased their body weight for 25-66% compared to the control (no taurine) as well as their body length and width (p< 0.05). Yet, the GSI of tilapias was not shown any significantly different. In this early study we indicated that taurine affected the growth in juvenile gourami and tilapia. However, further experiments related with physiological changes and reproductive status was still needed to complete the study.Keywords: Taurine, gourami, tilapia, growth rat

    HISTOLOGI TESTIS MENCIT (Mus musculus L.) MUDA DAN TUA YANG DIBERI EKSTRAK LADA HITAM (Piper nigrum L.)

    Get PDF
    Lada hitam (Piper nigrum L.) dipercaya oleh masyarakat memiliki banyak khasiat. Selain membuat penggunanya tetap sehat, lada hitam juga diduga memiliki kandungan antioksidan yang mampu menangkap radikal bebas sebagai salah satu faktor pemacu penuaan.Telah dilakukan percobaan menggunakan hewan mencit dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lada hitam terhadap Perubahan histologi testis dan jumlah spermatozoa mencit muda dan mencit tua.Penelitian ini menggunakan 20 ekor mencit berumur 4 bulan dan 20 ekor mencit berumur 6 bulan. Masing-masing kelompok usia mencit tersebut dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Kelompok 1, tidak diberi ekstrak lada hitam, kelompok 2, diberi ekstrak air lada hitam 0,3 ppt, Kelompok 3 diberi ekstrak ethanol sebanyak 0,3 ppt, dan Kelompok 4, diberi campuran ekstrak air dan ethanol 0,3 ppt. Data yang didapat dianalisis dengan Analisis Ragam (ANARA) 2 jalur (dengan α = 5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak lada hitam pada mencit usia tua mampu meningkatkan jumlah spermatogonia dengan nilai rata-rata perlakuan mencapai 81,6 sel dan jumlah spermatogonia mencit yang tidak diberi perlakuan berjumlah 47,0 sel dalam 1 sayatan tubulus seminiferus. Sementara itu, jumlah spermatozoa antar setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

    Pengaruh Radiasi Lampu Merkuri terhadap Berat dan Panjang Fetus Mencit (Mus Musculus L.)

    Get PDF
    Radiasi gelombang elektromagnet yang dipancarkan oleh lampu merkuri dapat mem- pengaruhi proses pembelahan sel embrio mencit. Radiasi yang mengenai sel embrio tersebut akan menyebabkan pertumbuhan tidak normal dan mempengaruhi morfologi fetus mencit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh radiasi lampu merkuri terhadap berat dan panjang fetus mencit (Mus musculus L.). Penelitian ini menggunakan pemajanan lampu merkuri selama 18 hari sebagai bentuk perlakuan terhadap mencit bunting. Hasil analisis ragam berat badan fetus dan panjang fetus menunjukkan perbedaan nyata terhadap kontrol, dan uji lanjut BNT 5% pada berat badan menunjukkan hasil bahwa semua perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda, kecuali pada perlakuan pemajanan 12 jam/hari dan 16 jam/hari menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda. Panjang fetus kontrol menunjukkan perbedaan dengan semua perlakuan, tetapi pemajanan 4 jam/hari tidak berbeda dengan pemajanan 8 jam/hari, begitu juga antara pemajanan 12 dan 16 jam/hari tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda

    Terathogenic Testing of Black Cumin (Nigella sativa L.) Extract on The Number of Fetuses, Length of Front and Back Extremities, and The Number of Malformation Fetus in Mice (Mus musculus L.)

    Get PDF
    Pemakaian obat tradisional telah berkembang dengan baik dan saat ini sudah banyak digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan. Obat tradisional akan memberikan khasiat yang baik apabila dikonsumsi dengan cara dan dosis yang tepat untuk tujuan pengobatan. Berdasarkan penelitian sebelumnya pemberian jintan hitam (Nigella sativa L) terhadap mencit betina menyebabkan terjadinya aktivitas antifertilisasi, antinociceptif, kontrasepsi postcoitus, dan antioksitosin yang diduga dapat melancarkan menstruasi. Tingkat keamanan konsumsi jintan hitam pada masa kehamilan terhadap perkembangan fetus, serta sistem reproduksi mencit betina yang menimbulkan malfomasi congenital pada anaknya belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L) terhadap jumlah fetus mencit,ukuran panjang ekstremitas depan dan belakang pada fetus mencit, dan jumlah fetus malformasi pada  mencit. Penelitian ini menggunakan 20 ekor  mencit betina yang sudah bunting dan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok K (kontrol) diberi 0,3 mL aquabides, kelompok perlakuan P1 dengan dosis 2,1 mg/g BB dalam 0,3 mL aquabides, kelompok perlakuan P2 dengan dosis 8,4 mg/g BB dalam 0,3 mL aquabides, dan kelompok perlakuan P3 dengan dosis 33,6 mg/g BB dalam 0,3 mL aquabides. Perlakuan diberikan pada hari ke 6  sampai ke 17 kebuntingan. Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jintan hitam tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah fetus yang dikandung dan tidak menurunkan  pertumbuhan ekstrimitas depan dan belakang fetus mencit karena tidak menunjukkan hasil yang signifikan antara kelompok kontrol (K) dan kelompok perlakuan (P1, P2, dan P3). Pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa L.) tidak meningkatkan jumlah fetus malformasi akan tetapi menyebabkan adanya fetus yang mati pada saat kelahiran dan mengalami malformasi pada beberapa fetus lainnya.     The use of traditional medicine has developed well and is now widely used as an alternative medicine to treat health problems. Traditional medicine will provide good efficacy if consumed in the right way and dosed for medicinal purposes. Based on previous research, giving black cumin (Nigella sativa L) to female mice caused infertility, antinociceptive, postcoitus contraception, and anti-oxytocin activities which were thought to be able to launch menstruation. The safety level of consumption of black cumin during pregnancy on fetal development, as well as the reproductive system of female mice that cause congenital malformations in their offspring, has not been widely studied. The purpose of this study was to determine the effect of black cumin extract (Nigella sativa L) on the number of mice fetuses, the length of the front and back extremities in mice fetuses, and the number of malformed fetuses in mice. This study used 20 pregnant female mice and was divided into 4 groups, namely group K (control) was given 0.3 mL aquabidest, treatment group P1 with a dose of 2.1 mg/g BW in 0.3 mL aquabidest, treatment group P2 with a dose of 8.4 mg/g BW in 0.3 mL aquabidest, and the P3 treatment group with a dose of 33.6 mg/g BW in 0.3 mL aquabidest. The treatment was given on the 6th to 17th day of pregnancy. The results showed that the administration of black cumin extract had no effect on the number of fetuses conceived and did not reduce the growth of the front and rear extremities of the mice fetuses because it did not show significant results between the control group (K) and the treatment group (P1, P2, and P3). The administration of black cumin extract (Nigella sativa L.) did not increase the number of malformed fetuses but caused fetal death at birth and malformations in several other fetuses.    

    Diversity of Rodentia and Scandentia Species in the Batutegi Protected Forest, Tanggamus Lampung

    Get PDF
    Mamalia kecil seperti Rodentia dan Scandentia adalah salah satu satwa liar yang sering dianggap sebagai hama perusak, sehingga kurang dijaga kelestariannya. Keberadaan Rodentia dan Scandentia dalam ekosistem sangat penting antara lain sebagai sarana penyebaran biji tumbuh-tumbuhan, dan sebagai kontrol terhadap serangga. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Batutegi Tanggamus Lampung mulai bulan Mei sampai Juni 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, perilaku, dan, faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan jenis Rodentia dan Scandentia di kawasan Hutan Lindung Batutegi Tanggamus Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik purposive sampling yaitu dengan mencari lokasi ditemukannya Rodentia dan Scandentia, data yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar serta dihitung indeks keanekaragamannya dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kemerataan. Berdasarkan hasil penelitian, nilai indeks keanekaragaman jenis di blok inti adalah H’= 2,772 termasuk dalam kategori sedang yang terdiri dari sebanyak 26 jenis yang ditemukan. Nilai indeks keanekaragaman jenis di blok pemanfaatan adalah H’= 1,596 yang terdiri dari 15 jenis yang ditemukan. Nilai indeks tersebut tergolong dalam kategori sedang, dimana nilai indeks tersebut tidak lebih dari H’= 3. Nilai indeks kemerataan pada blok inti adalah E= 0,851 tergolong dalam kategori tinggi dengan komunitas stabil, sedangkan pada blok pemanfaatan adalah E= 0,59 tergolong dalam kategori sedang dengan komunitas labil. Hal tersebut dipengaruhi oleh sumber pakan, habitat, dan faktor adanya aktivitas manusia. Aktivitas perilaku satwa yang ditemukan lebih banyak terdapat pada waktu pagi hari dari suku Sciuridae, Tupaiidae pada waktu sore hari, dan suku Muridae dan Hystricidae pada waktu malam hari (nokturnal).   Kata kunci: hutan lindung Batutegi, indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, purposive sampling, Rodentia, Scandentia, Small mammals such as Rodentia and Scandentia are one of the wild animals that are often considered as destructive pests, so that their sustainability is not maintained. The existence of Rodentia and Scandentia in the ecosystem is very important, among others, as a means of dispersal of plant seeds, and as a control against insects. This research was conducted in the Batutegi Tanggamus Protected Forest area, Lampung from May to June 2021. This study aims to determine the diversity, behavior, andenvironmental factors that influence the presence of Rodentia and Scandentia species in the Batutegi Tanggamus Protected Forest area, Lampung. The method used in this study is a survey method with purposive sampling technique, namely by finding the location where Rodentia and Scandentia were found, the data obtained are displayed in tables and figures and the diversity index is calculated using the Shannon-Wiener diversity index and evenness index. Based on the results of the study, the value of the species diversity index in the core block was H'= 2.772 which was included in the medium category which consisted of as many as 26 species were found. The value of the species diversity index in the utilization block is H'= 1,596 which consists of 15 species found. The index value belongs to the medium category, where the index value is not more than H'= 3. The evenness index value in the core block is E= 0.851 belonging to the high category with a stable community. Meanwhile, in the utilization block, E= 0.59 belongs to the medium category with unstable community. This is influenced by food sources, habitats, and human activities. Animal behavior activities were found to be mostly found in the morning from the Sciuridae tribe, Tupaiidae in the afternoon, and the Muridae and Hystricidae tribes at night (nocturnal).   Keywords: Batutegi protected forest, diversity index, evenness index, purposive sampling, Rodentia, Scandentia

    Histopatologi Ginjal Mencit (Mus Musculus L.) Jantan Akibat Radiasi Cahaya Lampu Merkuri

    Get PDF
    Lampu merkuri menjadi salah satu pilihan karena memiliki umur nyala yang panjang, hingga 24.000 jam. Radiasi yang dipancarkan lampu ini bukan hanya dalam bentuk fisik tampak, tetapi juga berupa gelombang elektromagnetik dan akan berinterakasi dengan semua materi yang memiliki potensial listrik. Untuk melihat pengaruh radiasi cahaya lampu merkuri terhadap struktur tubulus ginjal mencit (Mus musculus L.) jantan maka telah dilaksanakan penelitian di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Pembuatan preparat histologi ginjal dilaksanakan di Laboratorium Patologi Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai November 2012. Kerusakan tubulus ginjal yang ditemukan dalam pemajanan 12 dan 16 jam/hari selama 21 hari berupa perdarahan intertubular, piknosis, karioreksis, kariolisis, kongesti, dan nekrosis. Perdarahan intertubulus hanya ditemukan pada perlakuan 4 jam/hari, sedangkan pada perlakuan 8 jam/hari ditemukan perdarahan intertubulus, piknosis, dan karioreksis

    Growth of Hornbill Feed Seeds at Way Canguk Research Station, Bukit Barisan Selatan National Park

    Get PDF
    Rangkong merupakan jenis burung pemakan buah (frugivory). Buah yang dikonsumsi rangkong dikategorikandalam buah yang kecil dengan jumlah yang banyakdan jenis buah yang memiliki batu (stone seeds), yaitu jenis fikus dan non fikus. Peran rangkong di hutan sangatlah penting yaitu sebagai penebar bijimelalui sisa makanan dan kotoran rangkong karena sistem pencernaannya yang tidak merusak biji  sehingga mencerminkan hutan yang sehat dan menandakan masih adanya pohon-pohon besar di wilayah tersebut. Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penelitian Way Canguk (SPWC) TNBBS Lampung dengan metode observasi  langsung melalui pengamatan laju pertumbuhan biji pakan rangkong secara generatif (semai) pada lokasi yang berbeda. Data disajikandalam bentuk tabel dan diagram kemudian dianalisis secara  deskriptif. Hasil penelitian menunjukan diperolehnya biji sebanyak 581 buah dari 12 famili dan 26 spesies serta 7 jenis yang belum teridentifikasi. Nasib biji setelah dimuntahkan tumbuh sebanyak 39% dari keseluruhan biji yang diperoleh dan 61% biji  tidak  mengalami pertumbuhan diduga karena adanya predator biji dan rusaknya biji serta faktor naungan yang dapat menghambat pertumbuhan biji. Biji dari buah fikus yang berasal dari defekasi tidak mengalami pertumbuhan. Nilai laju pertumbuhan semai di alam  lebih cepat dibandingkan dengan semai yang berada di media terkontrol atau disekitar kamp SPWC.     The hornbill is a type of frugivory bird. The fruit consumed by the hornbill is categorized into small fruit with a large number and the type of fruit that has stone seeds, namely ficus and non-ficus types. The role of hornbill in the forest is very important, namely as seed dispersal through food waste and hornbill droppings because their digestive system does not damage the seeds so that it reflects a healthy forest and indicates the presence of large trees in the area. This research was conducted at the Way Canguk Research Station (SPWC) TNBBS Lampung with direct observation by observing the growth rate of generative hornbill feed seeds (seedlings) at different locations. The data is presented in the form of tables and diagrams and then analyzed descriptively. The results showed that 581 seeds were obtained from 12 families and 26 species and 7 species that had not been identified. The fate of seeds after vomiting grew as much as 39% of the total seeds obtained and 61% of seeds did not experience growth, presumably due to seed predators and seed damage and shading factors that could inhibit seed growth. Seeds of ficus fruit from defecation did not grow. The value of the growth rate of seedlings in nature was faster than those in controlled media or around the SPWC camp.    
    corecore