568 research outputs found

    Representasi Whiteness Dalam Film 12 Years a Slave

    Full text link
    12 Years A Slave adalah film drama sejarah yang bercerita tentang perjalananSalomon Northup, seorang kulit hitam merdeka untuk terbebas dari perbudakan danmemperoleh kemerdekaannya kembali. Berbeda dengan film-film Hollywoodsebelumnya yang mengangkat tema sejarah konflik sosial antarras di Amerika, filmini menyajikan secara gamblang kekejaman sistem perbudakan yang dilakukan kulitputih dalam bentuk kekerasan fisik dan psikologis. Meski membuka kembali sejarahkelam bangsa Amerika, film ini sukses meraih penghargaan sebagai Film TerbaikOscar 2014.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui representasi sosok kulit putih dalamfilm 12 Years A Slave. Tipe penelitian ini adalah kualitatif, menggunakan pendekatanteori representasi dari Stuart Hall dan analisis semiotika dengan teknik analisis datadari konsep Kode-Kode Televisi John Fiske. Analisis dilakukan dengan tiga level,yakni level realitas, level representasi, dan level ideologi. Level realitas dan levelrepresentasi dianalisis secara sintagmatik, sedangkan analisis secara paradigmatikuntuk level ideologi.Hasil penelitian menemukan bahwa sosok kulit putih digambarkan sebagai rasyang lebih unggul sedangkan ras kulit hitam sebagai ras yang lemah dan tidakberdaya tanpa bantuan kulit putih. Melalui analisis sintagmatik pada level realitas danrepresentasi peneliti menemukan stereotip materialis dan kejam pada sosok kulitputih. Stereotip tersebut merupakan representasi dari kekuasaan kulit putih dalamperbudakan. Sedangkan melalui analisis paradigmatik pada level ideologi penelitimenemukan konstruksi ideologi Whiteness dan American Dream. Konstruksi ideologiwhiteness menampilkan identitas heroik pada kulit putih yang menyelamatkan kulithitam yang lemah. Film ini menempatkan ras kulit putih sebagai penanda istilahhukum dan pengatur kehidupan sosial. Konstruksi American Dream yang ditampilkanlewat semangat dan kegigihan Northup untuk keluar dari perbudakan danmendapatkan kemerdekaannya menyiratkan pesan Amerika sebagai negara yangideal, pahlawan, dan penyelamat dunia

    High-field recovery of the undistorted triangular lattice in the frustrated metamagnet CuFeO2

    Get PDF
    Pulsed field magnetization experiments extend the typical metamagnetic staircase of CuFeO2 up to 58 T to reveal an additional first order phase transition at high field for both the parallel and perpendicular field configuration. Virtually complete isotropic behavior is retrieved only above this transition, indicating the high-field recovery of the undistorted triangular lattice. A consistent phenomenological rationalization for the field dependence and metamagnetism crossover of the system is provided, demonstrating the importance of both spin-phonon coupling and a small field-dependent easy-axis anisotropy in accurately describing the magnetization process of CuFeO2.Comment: 4 pages, 4 figure

    Magnetic shape-memory effect in SrRuO3_3

    Full text link
    Like most perovskites, SrRuO3_3 exhibits structural phase transitions associated with rotations of the RuO6_6 octahedra. The application of moderate magnetic fields in the ferromagnetically ordered state allows one to fully control these structural distortions, although the ferromagnetic order occurs at six times lower temperature than the structural distortion. Our neutron diffraction and macroscopic measurements unambiguously show that magnetic fields rearrange structural domains, and that for the field along a cubic [110]c_c direction a fully detwinned crystal is obtained. Subsequent heating above the Curie temperature causes a magnetic shape-memory effect, where the initial structural domains recover

    Algoritma Genetika Dalam Program Pencarian Jalur Alternatif

    Full text link
    Pencarian jalur alternatif pada saat terjadi kemacetan atau penutupan jalan bisadilakukan dengan mengingat setiap jalan yang terhubung dengan jalan terse\u27but, tapi hal inihanya bisa dilakukan oleh pengguna jasa kendaraan yang sudah mengenal jalan tersebut.Bentuk permasalahan yang terjadi diubah dalam bentuk graf dimana tiap titik merupakanperwujudan dari tiap persimpangan yang ada pada peta, sedangkan jaraknya diwujudkan dalambentuk garis.Pencarian jaraknya adalah dimulai dengan penginputan titik asal dan titik tujuan. Melaluiperhitungan dengan algoritma genetika maka akan didapat jalur yang menurut sistemmerupakan jalur yang dapat dilewati, dan jika terjadinya kemacetan pada jalur tersebut sistem akan mencari ulang jalur alternatifnya dengan titik awal adalah persimpangan dimanakemacetan terjadi.Algoritma Genetika merupakan algoritma pencarian yang berdasarkan pada genetik danseleksi alam. Dikarena prosesnya menggunakan evolusi yang diwakili dengan bilangan random,maka hasil yang didapat bervariasi mulai dari diketahui jalur alternatif paling baik, sampai jaluryang diinginkan tidak didapat

    Karakteristik Beton Busa Menggunakan Abu Cangkang Kerang Hijau sebagai Bahan Penganti Semen Portland

    Full text link
    Dengan semakin meningkatnya kepedulian terhadap masalah lingkungan, pengembangan bahan beton diupayakan berasal dari limbah atau bahan organik. Dalam penelitian ini, cangkang kerang hijau digunakan sebagai bahan penganti semen dengan kadar yang digunakan sebesar 0%, 5%, 7,5% dan 10% dari berat total semen. Ruang lingkup penelitian ini termasuk mengetahui sifat fisik dan mekanik dari beton busa yang meliputi berat jenis beton busa, kuat tekan dan kuat lentur. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa berat jenis beton busa sebesar 604 kg/m3 sampai 697 kg/m3. Kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 1.4 MPa – 1.6 MPa. Sedangkan kuat lenturnya sebesar 0.85 MPa – 0.95 MPa

    Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi Terhadap Sifat Mekanik Beton Busa Ringan

    Get PDF
    Nowadays, global warming is a big issue for activist of environment. On construction, especially in building material, utilization of Portland cement on concrete material is one of contribution of global warming. Therefore, recently, many researchers of building material try to search material alternative to substitution cement Portland. Rice husk is one of agriculture product which was produced by rice, it can be found in tropic country such as Indonesia. Utilization of rice husk ash has been used a long time ago to substitute cement Portland on concrete. The aim of this research is to use rice husk ash on the lightweight foam concrete. Percentage of rice husk which used in this research are 0%, 10%, 15% and 20% of cement Portland (by weight). The test of characteristic of lightweight foam concrete in this research are the density test, compressive strength test and flexural strength test. The density is less than 700 kg/m3. The highest of compressive strength is 1.45 MPa on 15% and 20% rice husk ash. Then the highest of flexural strength is 0.76 MPa on 0% rice husk ash

    Performance of Japanese Quails (Coturnix coturnix japonica Temminck & Schlegel, 1849) Fed Hatchery Waste Meal

    Get PDF
    This study aimed to evaluate the effect of hatchery waste meal in ration on performance of quails. The experiment used 500 quails (Coturnix coturnix japonica Temminck & Schlegel, 1849) aged 30 d with an average initial body weight of 94.75 g ± 4.17 g. The quails were randomly allocated to five dietary treatments in a completely randomized design with five replicates containing twenty quails. The dietary treatments were: P0 =basal ration; P1 = 96 % basal ration + 4 % whole hatchery waste meal; P2 = 92 % basal ration + 8 % whole hatchery waste meal, P3 = 96 % basal ration + 4 % shells hatchery waste meal, P4 = 92 % basal ration + 8 % shells hatchery waste meal. The dietary treatments were given for 28 d. Performance data were analyzed by using analysis of variance, and when the treatment indicated significant effects, it was continued with orthogonal contrast test. Feeding hatchery waste meal improved the performance of quails (P < 0.05). Shells hatchery waste meal improved egg production, feed conversion, and protein efficiency ratio than whole hatchery waste meal (P < 0.05). Feeding 8 % whole hatchery waste meal improved egg production than 4 % whole hatchery waste meal (P < 0.05), while feeding 8 % shells hatchery waste meal tended to improve egg production than 4 % shells hatchery waste meal (P = 0.09). It can be concluded that hatchery waste meal improved the performance of quails, particularly 8 % shells hatchery waste meal, which showed the best response. Keywords: Hatchery waste meal, Performance, Japanese quails, Shells, Whol
    corecore