23 research outputs found
Distribusi Bahan Organik pada Sedimen Permukaan Teluk Kelabat, Pulau Bangka
Transport of organic material in coastal areas plays an important role in the global biogeochemical cycle. The purpose of this study was to examine the distribution of organic material in sediments and to identify sources of organic material in the Kelabat Bay waters. TOC and TN sediments were analyzed by the Walkley Black and Kjeldahl method. The value of TOC, TN, and C/N ratio obtained in the Kelabat Bay waters sediments ranged from 0.04-7.25%, 0.04-0.14%, and 0.67-65.91. The distribution of TOC, TN, and C/N ratio in Kelabat Bay sediments shows that the value in the inner Kelabat Bay is higher than the outside. The source of organic material input in the inner Kelabat Bay comes mainly from terrestrial, while the outer Kelabat Bay mainly comes from aquatic. Transport bahan organik pada wilayah pesisir memainkan peran penting dalam siklus biogeokimia secara global. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji distribusi bahan organik pada sedimen serta identifikasi sumber bahan organik perairan Teluk Kelabat. TOC dan TN sedimen dianalisis dengan metode Walkley Black dan Kjeldahl. Nilai TOC, TN, dan rasio C/N yang diperoleh pada sedimen perairan Teluk Kelabat berkisar antara 0,04-7,25%, 0,04-0,14%, dan 0,67-65,91. Distribusi TOC, TN, serta rasio C/N pada sedimen Teluk Kelabat memperlihatkan nilai pada Teluk Kelabat bagian dalam lebih tinggi dibandingkan bagian luar. Sumber masukan bahan organik pada Teluk Kelabat bagian dalam utamanya berasal dari terestrial, sedangkan Teluk Kelabat bagian luar utamanya berasal dari akuatik
Kontaminasi Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd) Pada Sedimen Estuari Baturusa, Kota Pangkalpinang
The Baturusa River watershed has mining, fishing, industrial, and ship berthing activities. Activities carried out either directly or indirectly in the river can trigger the potential for pollution. Heavy metals are hazardous pollutants which, if present in large quantities, affect various aspects of the waters, both biologically and ecologically. The aim of this study was to determine the concentration of heavy metals Pb and Cd as well as the level of metal contamination of Pb and Cd (CF/ contamination factor, I-Geo/ Geoaccumulation Index) EF/ Enrichment factor) in the sediments of the Baturusa River Estuary, Pangkalpinang City. Heavy metals were analyzed by the AAS method. The concentration of Pb and Cd in the Baturusa River Estuary sediment has not exceeded the limit range based on the quality standards specified in the ISQG and PEL CCME 2002. The value of the heavy metal contamination factor (CF) of Pb found in the Baturusa Estuary sediment ranged from 0.00029–0.00042 ( CFDaerah aliran Sungai Baturusa terdapat kegiatan pertambangan, perikanan, industri, dan tempat berlabuh kapal. Kegiatan yang dilaksanakan baik itu langsung maupun tidak langsung di aliran sungai mampu memicu potensi terjadinya pencemaran. Logam berat merupakan bahan pencemar berbahaya yang jika terdapat dalam jumlah besar karena mempengaruhi berbagai aspek dalam perairan, baik secara biologis maupun ekologi. Penelitian memiliki tujuan untuk mengetahui konsentrasi logam berat Pb dan Cd serta tingkat kontaminasi logam Pb dan Cd (CF/ faktor kontaminasi, I-Geo/ Indeks Geoakumulasi) EF/ Faktor Pengayaan) pada sedimen Estuari Sungai Baturusa, Kota Pangkalpinang. Logam berat dianalisis dengan metode SSA. Konsentrasi logam Pb dan Cd pada sedimen Estuari Sungai Baturusa belum melampaui rentang batas berdasarkan baku mutu yang ditentukan dalam ISQG dan PEL CCME 2002. Nilai faktor kontaminasi (CF) logam berat Pb yang ditemukan pada sedimen Estuari Baturusa berkisar 0,00029–0,00042 (C
Penerapan blue economy dengan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei)
This research was conducted from December 2021 to February 2022 in Balunijuk Village, Merawang District, Bangka Regency, Bangka Belitung Islands Province. The method used primary and secondary data which was analyzed with a qualitative descriptive approach to policy and vaname shrimp culture. The results showed that designing sustainable development must follow the vision, mission, goals, policies, strategies, programs, to the implementation of activities. One of the priority policies related to food and nutrition action plans or food security was by utilizing marine resources. Food security by utilizing resources from the sea was known as the blue economy concept. Sustainable marine development policies required political effectiveness for the benefit of communities and ecosystems. The application of the blue economy concept with vaname shrimp cultivation in biofloc tarpaulin ponds technically required the measurement of standard parameters such as dissolved oxygen (DO), ammonia (NH3), nitrite (NO2), nitrate (NO3), phosphate (PO4), TDS, brightness, depth, water temperature, salinity, and water pH. Water quality data showed that it could still be tolerated, did not exceed its carrying capacity, and was still in standard water conditions for aquaculture. The implementation of vaname shrimp cultivation in biofloc tarpaulin ponds could increase economic benefits in a sustainable manner, increase healthy products with environmentally friendly technological innovations using Probio_FmUBB probiotics, provide access to small-scale artisanal fisheries, and open market access.Potensi sumberdaya pesisir dan laut seperti perikanan tangkap dan budidaya laut perlu digali dan dikembangkan dengan konsep blue economy. Tujuan penelitian yaitu menerapkan konsep blue economy dengan mengimplementasikan budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada kolam terpal bioflok. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2021 hingga Februari 2022 di Desa Balunijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode dengan menggunakan data primer dan sekunder yang dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif terhadap kebijakan dan budidaya udang vaname skala rumah tangga. Hasil menunjukan bahwa merancang pembangunan berkelanjutan harus mengikuti visi, misi, tujuan, kebijakan, strategi, program, hingga implementasi kegiatan. Kebijakan yang prioritas terkait rencana aksi pangan dan gizi atau ketahanan pangan salah satunya dengan memanfaatkan sumberdaya dari laut. Ketahanan pangan dengan memanfaatkan sumberdaya dari laut dikenal dengan konsep blue economy. Kebijakan pembangunan laut yang berkelanjutan membutuhkan efektivitas politik untuk kepentingan komunitas dan ekosistem. Penerapan konsep blue economy dengan budidaya udang vaname pada kolam terpal bioflok, secara teknis membutuhkan pengukuran parameter standar seperti oksigen terlarut (DO), amonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat (NO3), phospat (PO4), TDS, kecerahan, kedalaman, suhu perairan, salinitas, dan pH perairan. Data kualitas perairan menunjukan masih dapat ditoleransi, tidak melampaui daya dukungnya, dan masih dalam kondisi standar perairan untuk budidaya. Pelaksanaan budidaya udang vaname pada kolam terpal bioflok dapat meningkatkan manfaat ekonomi secara berkelanjutan, meningkatkan produk sehat dengan inovasi teknologi ramah lingkungan menggunakan probiotik Probio_FmUBB, menyediakan akses usaha skala rumah tangga (small-scale artisanal fisheries), dan membuka akses pasar
Struktur Komunitas Makrozoobentos Pada Sedimen Permukaan Pantai Sampur, Kabupaten Bangka Tengah
Pantai Sampur merupakan salah satu pantai di Kabupaten Bangka Tengah dengan terdapat aktivitas penambangan timah dan kawasan perikanan tangkap. Makrozoobentos adalah organisme dasar yang berukuran relatif besar yaitu lebih dari 1 mm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas makrozoobentos (indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi) pada sedimen permukaan Pantai Sampur, Kabupaten Bangka Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2021 di Pantai Sampur, dengan Metode purposive sampling sebanyak 5 stasiun (3 kali pengulangan). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan ekman grab. Hasil penelitian menunjukan pada sedimen permukaan Pantai Sampur terdapat 163 individu dari 12 spesies dari kelas Bivalvia dan Gastropoda yang tersebar pada 5 stasiun pengamatan. Kepadatan jenis makrozoobentos berkisar 375 - 1525 individu/m2 dan komposisi jenis berkisar 2 – 88%. Pada lokasi Penelitian terdapat nilai Indeks keanekaragaman (H) berkisar 0,503 – 1,382, indeks keseragaman (E) berkisar 0,312 – 0,713, dan indeks dominasi berkisar 0,355 – 0,788. Penelitian ini menunjukan bahwa tingkat keanekaragaman makrozoobentos pada sedimen permukaan Pantai Sampur rendah hingga sedang, tingkat keseragaman rendah hingga tinggi, dan tidak ada jenis yang mendominansi.Sampur Beach is one of the beaches in Central Bangka Regency with a tin mining area and capture fisheries. Macrozoobenthos is a relatively large basic object, which is more than 1 mm. This study aims to determine the structure of the macrozoobenthos community (indices of diversity, uniformity, and dominance) on the surface sediments of Sampur Beach, Central Bangka Regency. This research was conducted in February 2021 at Sampur Beach, using a purposive sampling method of 5 stations (3 times in a row). Sampling was carried out using an Ekman grab. The results showed that on the surface sediments of Sampur Beach there were 163 individuals of 12 species from the class Bivalvia and Gastropods spread over 5 observations. The density of macrozoobenthos ranged from 375 - 1525 individuals/m2 and the species composition ranged from 2 - 88%. At the study site, the diversity index (H) values ranged from 0.503 to 1.382, the uniformity index (E) ranged from 0.312 to 0.713, and the dominance index ranged from 0.355 to 0.788. This study shows that the level of macrozoobenthos diversity in the surface sediments of Sampur Beach is low to moderate, the level of uniformity is low to high, and there is no dominant species
Geokimia dan Asesmen Pencemaran Logam Berat Cd, Cu dan Zn pada Sedimen Permukaan Estuari Baturusa, Bangka
 The Baturusa estuary receives inputs of organic and inorganic materials from several human activities along the river. The characteristics of heavy metals such as toxicity, resistance to decomposition, and ability to accumulate in aquatic biota can indirectly have a negative impact on the health of humans who consume marine biota. The research was conducted with the aim of studying the geochemical characteristics and assessing the level of heavy metal contamination of Cd, Cu and Zn in the sediments of the Baturusa Estuary. Heavy metal fractionation was analyzed by sequential extraction. The CF value of Cu and Zn metals shows a low level of contamination, while Cd shows a moderate level of contamination. I-Geo metal Cd is in the unpolluted to moderately polluted status, while Cu and Zn are not polluted. The PLI value indicates the unpolluted category. Geochemical fractionation of heavy metals Cd, Cu and Zn Baturusa Estuary is characterized by the presence of exchangeable, carbonate, reducible, oxidizable and residual fractions. Cu and Zn mainly tend to be stored/bound to the residual fraction (mainly derived from natural sources) while Cd is more bound to the non-residual fraction (mainly derived from human/anthropogenic activities). The risk evaluation of Cd metal is very high to high risk/hazard, while Cu and Zn are not at risk/hazardous to low. These conditions indicate that Cd metal may be harmful to the environment and has a higher mobility than other metals so that it has a higher risk of being available in the body of biota.  Estuari Baturusa menerima masukan bahan organik dan anorganik dari beberapa aktivitas manusia disepanjang sungai. Karakteristik logam berat seperti toksisitas, resisten terhadap dekomposisi, dan kemampuan akumulasi terhadap biota akuatik serta secara tidak langsung dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia yang mengkonsumsi biota laut. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji karakteristik geokimia dan menilai tingkat kontaminasi logam berat Cd, Cu, dan Zn pada sedimen Estuari Baturusa, Bangka. Fraksinasi logam berat dianalisis dengan ekstraksi bertahap. Nilai CF logam Cu dan Zn menunjukkan tingkat kontaminasi rendah (CF<1), sedangkan Cd menunjukkan tingkat kontaminasi sedang (1≤CF<3). I-Geo logam Cd berada pada status tidak tercemar hingga tercemar sedang (0<Igeo<1), sedangkan Cu dan Zn memiliki status tidak tercemar (Igeo 0). Nilai PLI menunjukkan kategori tidak tercemar (PLI<1). Fraksinasi geokimia logam berat Cd, Cu dan Zn Estuari Baturusa dicirikan dengan adanya fraksi exchangeable, karbonat, reducible, fraksi oxidizable, dan residual. Logam Cu dan Zn utamanya cenderung tersimpan/ terikat pada fraksi residual (utamanya berasal dari sumber alami) sedangkan Cd lebih terikat pada fraksi non residual atau non resisten (utamanya berasal dari aktivitas manusia/ antropogenik). Evaluasi resiko dari logam Cd yaitu resiko/ bahaya sangat tinggi hingga tinggi, sedangkan Cu dan Zn tidak beresiko/ berbahaya hingga rendah. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa logam Cd kemungkinan berbahaya bagi lingkungan serta memiliki mobilitas lebih tinggi daripada logam lain sehingga beresiko lebih tinggi tersedia dalam tubuh biota
Konsentrasi Dan Distribusi Karbon Organik Total (TOC), Total Nitrogen (TN) Dan Rasio C/N Pada Sedimen Di Perairan Kawasan Pelabuhan Pangkal Balam, Bangka
Total organic carbon (TOC), total nitrogen (TN) and C/N ratio are organic matter present in the waters. The waters of Pangkal balam port area has a fairly dense community activity such as ports, aquaculture, PLTU and settlements. The waste from the activity enters the water column so that it can affect the abundance of the waters, therefore research on organic matter needs to be carried out in the waters of the Pangkal Balam Port Area. This study aims to determine the distribution pattern of TOC, TN and sediment C/N ratio in the waters of the Pangkal Balam Port Area. Knowing the source of organic matter input in the waters of the Pangkal Balam Port Area and knowing the relationship between TOC and fine sediment. Determination of research stations using stratified purposive sampling method. The sampling time was carried out in February 2021 in the waters of the Pangkal Balam Port Area, Bangka. TOC and TN concentrations were analyzed using the Walkley Black method and the Kjeldahl method. The TOC concentration ranges from 0.59-9.79% which is categorized as low to high, while the TN concentration scores between 0.01-0.06% which is classified as low to high and the C/N ratio is and 59-244.75 which is explain the main source of organic material input from terrestrial. TOC with fine sediment has a positive relationship and a weak effect (r = 0.472) and the coefficient of determination (R2) is 0.223%.Karbon organik total (TOC), total nitrogen (TN) dan rasio C/N merupakan bahan organik yang ada di perairan. Perairan Kawasan Pelabuhan Pangkal Balam memiliki aktivitas masyarakat yang cukup padat seperti pelabuhan, pertambakan, PLTU dan pemukiman. Limbah dari hasil aktivitas masuk ke dalam kolom perairan sehingga dapat mempengaruhi kesuburan perairan, oleh karena itu penelitian mengenai bahan organik perlu dilakukan di Perairan Kawasan Pelabuhan Pangkal Balam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola distribusi TOC, TN serta rasio C/N sedimen di Perairan Kawasan Pelabuhan Pangkal Balam. Mengetahui sumber masukan bahan organik di Perairan Kawasan Pelabuhan Pangkal Balam. Mengetahui hubungan antara TOC dan fine sediment. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode stratified purposive sampling. Waktu pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Februari 2021 di Perairan Kawasan Pelabuhan Pangkal Balam, Bangka. Konsentrasi TOC dan TN dianalisis menggunakan metode Walkley Black dan metode Kjeldahl. Konsentrasi TOC berkisar 0,59-9,79% yang termasuk kategori rendah sampai tinggi, sedangkan konsentrasi TN memperoleh nilai antara 0,01-0,06% yang tergolong rendah hingga tinggi dan rasio C/N yaitu dan 59-244,75 yang menjelaskan sumber masukan bahan organik utamanya dari teresterial. TOC dengan fine sediment memiliki hubungan positif dan berpengaruh lemah (r = 0,472) serta koefesien determinasi (R2) yaitu 0,223%
Dampak Penambangan Timah di Laut Terhadap Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Pemuja dan Malang Duyung, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki luas lautan 79,9% yang memiliki potensi perikanan dan pariwisata serta penambangan timah di laut. Pengelolaan penambangan timah di laut belum optimal sehingga diestimasi berdampak pada kerusakan ekosistem terumbu karang di Perairan Pulau Bangka. Untuk melihat besaran dampak tersebut perlu dilakukan penelitian dampak penambangan timah di laut terhadap tutupan terumbu karang di lokasi yang berdekatan dengan pesisir dan cukup jauh dari pesisir. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2020 di Ekosistem Terumbu Karang Pulau Pemuja (dekat dari pesisir) dan Karang Malang Duyung (jauh dari pesisir) Kabupaten Bangka Barat. Metode yang digunakan adalah Line Intercept Transect (LIT). Hasil Penelitian menunjukan bahwa kondisi terumbu karang di Pulau Pemuja masuk dalam kategori “Rusak” dengan tutupan karang hidup 16,50% yang diestimasi karena dampak penambangan timah di laut yang ditandai dengan tingginya komposisi tutupan lumpur (Silt) yaitu 48,698%. Nilai Indeks Mortalitas Karang (IMK) sebesar 0,75 yang mengindikasi banyaknya karang yang mati akibat tutupan lumpur. Kondisi terumbu karang di Malang Duyung masuk dalam kategori “Baik” dengan tutupan karang hidup sebesar 69,17%. Terumbu karang Malang Duyung masih terkena dampak penambangan yang ditandai dengan adanya tutupan lumpur sebesar 10,833% sementara nilai IMK sebesar 0,15 yang juga mengindikasi masih ditemukanya karang mati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi tutupan karang yang mati tertutup lumpur merupakan indikasi dari dampak penambangan timah di laut. Lokasi yang berdekatan dengan pesisir mendapatkan dampak yang lebih besar dibandingkan yang jauh dari daerah pesisir.The Province of the Bangka Belitung Islands has an ocean area of 79.9% which has the potential for fisheries and tourism as well as tin mining in the sea. This research was conducted in October 2020 in the coral reef ecosystem of Pemuja Island (near to the coastal) and Malang Duyung Coral (far to the coastal), West Bangka Regency. The method used is Line Intercept Transect (LIT). The results showed that the condition of the coral reefs on Pulau Pemuja was categorized as "damaged" with a live coral cover of 16.50% which was estimated to be due to the impact of tin mining in the sea, which was marked by a high mud cover (silt) of 48.698%. Coral Mortality Index (IMK) value of 0.75 which indicates the number of corals that died due to mud cover. The condition of coral reefs in Malang Duyung is in the "Good" category with live coral cover of 69.17%. Malang Duyung coral reefs are still affected by mining, which is indicated by the presence of a mud cover of 10.833% while the IM value of 0.15 also indicates that dead coral is still being found. The results showed that the composition of dead coral covered with is an impact of offshore tin mining. Mining locations near the coastal area have a greater impact than those far from the coastal
Investigasi Kontaminasi Minyak Melalui Fingerprint Kimia di Estuari Muara Angke, Cimandiri dan Cilintang
Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) and hopanes are one of the biomarker components that can be used in petroleum contamination tracing. The study was conducted with the objective of assessing petroleum contamination in sediment based on Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) and Hopana components in Estuari Muara Angke, Cimandiri and Cilintang. Sediment samples were collected to a depth of ± 10 cm. Sediment samples were dried by freeze-dryer then extracted and fractionated. The fractionated sample was analyzed by gas chromatography-mass spectrometry. Estuary Muara Angke and Cimandiri showed the presence of petroleum contamination while Cilintang was not detected.
Â
Â
Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) dan hopana merupakan salah satu komponen biomarker yang dapat digunakan dalam penelusuran kontaminasi petroleum. Penelitian dilaksanakan dengan tujuan mengkaji kontaminasi petroleum dalam sedimen berdasarkan komponen Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) dan Hopana di Estuari Muara Angke, Teluk Jakarta, Cimandiri-Teluk Pelabuhan Ratu dan Cilintang, Ujung Kulon. Contoh sedimen dikumpulkan hingga kedalaman ± 10 cm. Contoh sedimen dikeringkan dengan alat freeze-dryer kemudian dilakukan ekstraksi dan fraksinasi. Sampel yang telah terfraksinasi dianalisis dengan alat kromatografi gas–spektrometri massa. Estuari Muara Angke dan Cimandiri menunjukkan adanya kontaminasi petroleum sedangkan Cilintang tidak terdeteksi
Potensi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Sebagai Fitoremediator Limbah Cair Industri Tahu Skala Rumah Tangga
The untreated liquid waste produced from the Tofu industry may pollute the water environment. Phytoremediation may be an alternative method to reduce the contaminant produced. For that reason, the study aimed to analyze the characteristic of tofu liquid waste and analyze the effectiveness of water hyacinth in improving tofu liquid waste quality (nitrate, pH, colour, odour) from the household-scale industry. This research used the 50 gram of water hyacinth for one litter of liquid waste in the experimental test of phytoremediation with three replication. The nitrate concentration, pH, colour and odour was analyzed before and after treatment (the day 5th, 10th and 15th). The result showed the initial characteristic of liquid waste was above the level 4 of water quality standard according to PP RI No.82 in the year 2001 (N 444 mg/l, pH 4,15, colour 1831 Pt-Co, with strong odour). The study proved that water hyacinth was potential to improve tofu liquid waste quality. Nitrate concentration decreases from initial value up to 94%, the value of pH became neutral in ranged of 7, and liquid waste became more transparent found with no strong odour after treatment. It concluded that water hyacinth has a high potential as phytoremediator. Further research should use the other design with other aquatic plant species to improve liquid waste of tofu in the household scale.Limbah cair yang dihasilkan dari industri tahu skala rumah tangga, berpotensi mencemari lingkungan perairan apabila dibuang langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Salah satu cara pengelolaan limbah cair industri tahu adalah dengan teknik fitoremidiasi menggunakan tanaman enceng gondok. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisisis karakteristik limbah cair tahu dan menganalisis keefektifan eceng gondok dalam meningkatkan kualitas limbah cair industri tahu (nitrat, pH, warna dan bau) yang berasal dari salah satu industri tahu skala rumah tangga di Kecamatan Sungailiat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan 50 gram eceng gondok sebagai fitoremidiator sampel limbah cair sebanyak 1 liter, dengan tiga kali ulangan. Pengukuran kandungan nitrat (NH3), pH, warna dan bau dalam limbah cair tahu dilakukan sebelum perlakuan dan selama perlakuan pada hari ke 5, 10 dan 15. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan kandungan nitrat, peningkatan pH, dan perubahan warna dan bau setelah eksperimen fitoremidiasi menggunakan enceng gondok. Karakteristik awal limbah cair tahu melebihi ambang batas baku mutu air kelas IV menurut PP RI No.82 Tahun 2001 (nitrat 444 mg/l, pH 4,15, warna 1831 Pt-Co dan bau menyengat). Efektivitas penurunan nitrat berkisar antara 83%-94%, pH menjadi netral dengan nilai 7 dan warna menjadi lebih jernih tanpa bau pada limbah cair. Kesimpulannya yaitu enceng gondok berpotensi dalam meningkatkan kualitas limbah cair industri tahu. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan menggunakan jenis tumbuhan air lainnya dan desain yang berbeda, untuk dapat diaplikasikan dalam meningkatkan kualitas limbah cair industri tahu sebelum dibuang ke perairan
CHARACTERISTICS OF LIPID BIOMARKERS (N-ALKANES, FATTY ACIDS, STEROLS, N-ALKANOLS AND ISOPRENOID) IN ESTUARINE SEDIMENTS OF MUARA ANGKE JAKARTA BAY AND CILINTANG-UJUNG KULON
ABSTRACT Lipid biomarkers as specific organic compounds can be used to evaluate the possible contribution of organic carbon from different sources or to trace the biological origin of molecules. The purpose of this research was to assess the contribution of sedimentary organic of origin based on the characteristics of lipid biomarkers in the Muara Angke Estuary-Jakarta Bay and Cilintang-Ujung Kulon. Single sediment sample were collected at the 10 cm deep from the top sediment. Those samples were extracted by soxhlet apparatus and fractioned prior to GC-MS analysis. All of those sediment showed different characteristics of biomarker (n-alkanes, fatty acid, sterol,n-alkanols and isoprenoid). They indicated the different of contribution of organic material inputs influenced by the activity of the upland and surrounding the estuary. Keywords: estuary sediment, GC-MS, lipids biomarker