18 research outputs found
PERBANDINGAN VISUALISASI HASIL DETEKSI AREA TERBANGUN BERDASARKAN METODE MAXIMUM LIKELIHOOD CLASSIFICATION (MLC) DAN NORMALIZED DIFFERENCE BUILT-UP INDEX (NDBI)
Salah satu factor akibat dari aktivitas manusia terhadap perubahan lingkungan adalah perubahan tutupan lahan, terutama area terbangun. Dibutuhkan metode yang cepat dan akurat untuk monitoring perubahan area terbangun agar sesuai dengan perencanaan yang terdapat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Salah satu teknologi yang digunakan adalah teknologi penginderaan jauh. Data utama yang digunakan adalah citra satelit Landsat 8. Metode yang digunakan menggunakan metode Maximum Likelihood Classification (MLC) dan algoritma Normalized Difference Built-up Index (NDBI). Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis secara visualisasi
STUDI KERAPATAN VEGETASI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL (Studi kasus: Kabupaten Lamongan)
Vegetasi memiliki peranan penting untuk menjaga ekosistem alam. salah satu faktor yang mempengaruhi
perubahan kerapatan vegetasi dalam suatu wilayah adalah aktivitas manusia, seperti pembangunan infrastruktur
wilayah. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 80 tahun 2019, Kabupaten Lamongan termasuk dalam wilayah
percepatan pembangunan ekonomi sehingga dimungkinkan terdapat perubahan kerapatan vegetasi diwilayah
Kabupaten Lamongan. Perubahan kerapatan vegetasi dapat dapat diidentifikasi berdasarkan citra satelit secara
multitemporal. Dalam penelitian ini digunakan citra satelit Landsat 8 tahun 2020, 2021, dan 2022 dengan saluran
kanal 4 dan 5. Algoritma kerapatan vegetasi yang digunakan adalah metode NDVI.
Hasil klasifikasi kerapatan vegetasi menunjukkan bahwa selama tahun 2020 – 2022 kelas yang mendominasi
adalah kelas kerapatan tinggi dengan prosentase berturut-turut 80,02%, 67,53%, dan 76,41% dari seluruh luas
wilayah Kabupaten Lamongan. Pada tahun 2020 prosentase kelas terendah adalah kelas lahan tidak bervegetasi
sebesar 3,99%, sedangkan pada tahun 2021 prosentase kelas terendah adalah kelas kerapatan rendah, yaitu
sebesar 7,26%. Pada tahun 2022, kelas kerapatan sangat rendah sebesar 0,94%. Adapun kelas kerapatan tinggi
pada tahun 2020 sampai 2021 turun sebesar 220,67 km2, sedangkan pada tahun 2021 sampai 2022 naik sebesar
156,87 km2.
Kata kunci: Citra satelit Landsat 8, Kerapatan vegetasi, Multitempora
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK IDENTIFIKASI BATUAN KAPUR
Selain dikenal sebagai Negara Maritim, Indonesia merupakan negara kaya tambang mineral dan logam, salah satunya batuan kapur (limestone). Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat sekitar pegunungan kapur, salah satunya di Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Untuk mengidentifikasi potensi batu kapur dapat mengaplikasikan ilmu penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Kelebihan metode penginderaan jauh adalah efisiensi waktu dan biaya yang digunakan. Dalam kegiatan ini dilakukan metode skoring menggunakan parameter tutupan lahan, indeks vegetasi, suhu permukaan tanah, dan unsur geologi. Data yang digunakan berupa data citra satelit Landsat 9 yang terdiri dari 11 saluran kanal dengan karakteristik, Peta Rupa Bumi Indonesia Kabupaten Lamongan skala 1:25.000 dan Peta Geologi skala 1:25.000. Hasil proses perhitungan NDVI dalam studi area, diperoleh nilai indeks vegetasi dengan rentang nilai antara -0,189 hingga 0,568. Nilai indeks vegetasi Kecamatan Babat didominasi oleh kelas sedang dengan rentang 0,15 hingga 0,25. Hasil klasifikasi tutupan lahan menghasilkan 5 (lima) kelas, yaitu kelas daerah bukan pertanian, daerah pertanian, lahan terbuka, permukiman, dan perairan. Kecamatan Babat didominasi oleh kelas tutupan lahan daerah bukan pertanian dengan persentase 53,29%. Hasil skoring dari keempat parameter menunjukkan bahwa Kecamatan Babat didominasi oleh kelas batuan kapur dengan potensi sedang dengan persentase 47,88% dari seluruh luas wilayah. Kata Kunci: Batuan kapur, Landsat 9, Penginderaan jauh, SIG DOI: http://dx.doi.org/10.23960/jpg.v11.i1.2693
STUDI KONSENTRASI KLOROFIL-A BERDASARKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH
Klorofil-a merupakan parameter yang menentukan produktivitas primer
lautan karena mempunyai kaitan yang erat dengan potensi sumberdaya
perikanan. Salah satu perairan yang berpotensi di Indonesia adalah
perairan Selatan Kabupaten Malang. Namun, pada Januari 2016 telah
terjadi tumpahan minyak mentah di area tersebut. Oleh karena itu, perlu
adanya studi untuk mengetahui kondisi konsentrasi klorofil-a pra dan
pasca terjadi tumpahan minyak. Metode yang digunakan adalah teknik
penginderaan jauh dengan menggunakan citra satelit Landsat 8 pada
pra ( 23 Nopember 2015) dan pasca (21 Agustus 2016) kejadian.
Selain itu, dilakukan pula pengambilan data insitu konsentrasi klorofil-a
pada 12 titik sampel yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keakurasian hasil estimasi citra tahun 2016. Hasil uji akurasi data tahun
2016 menunjukkan tingkat yang cukup baik, dimana diperoleh nilai R
0,5499 dan nilai RE 19,794%. Hasil konsentrasi klorofil-a pra dan pasca
tumpahan minyak terjadi perubahan, dimana tahun 2015 lebih tinggi
daripada tahun 2016. Konsentrasi klorofil-a tahun 2015 antara 238,300386,889
mg/m3, sedangkan tahun 2016 antara 233,067-345,663
mg/m
3
.
Kata Kunci : Konsentrasi Klorofil-a, Landsat-8
STUDI KONSENTRASI KLOROFIL-A BERDASARKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH
Klorofil-a merupakan parameter yang menentukan produktivitas primer lautan karena mempunyai kaitan yang erat dengan potensi sumberdaya perikanan. Salah satu perairan yang berpotensi di Indonesia adalah perairan Selatan Kabupaten Malang. Namun, pada Januari 2016 telah terjadi tumpahan minyak mentah di area tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya studi untuk mengetahui kondisi konsentrasi klorofil-a pra dan pasca terjadi tumpahan minyak. Metode yang digunakan adalah teknik penginderaan jauh dengan menggunakan citra satelit Landsat 8 pada pra ( 23 Nopember 2015) dan pasca (21 Agustus 2016) kejadian. Selain itu, dilakukan pula pengambilan data insitu konsentrasi klorofil-a pada 12 titik sampel yang digunakan untuk mengetahui tingkat keakurasian hasil estimasi citra tahun 2016. Hasil uji akurasi data tahun 2016 menunjukkan tingkat yang cukup baik, dimana diperoleh nilai R2 0,5499 dan nilai RE 19,794%. Hasil konsentrasi klorofil-a pra dan pasca tumpahan minyak terjadi perubahan, dimana tahun 2015 lebih tinggi daripada tahun 2016. Konsentrasi klorofil-a tahun 2015 antara 238,300-386,889 mg/m3, sedangkan tahun 2016 antara 233,067-345,663 mg/m3
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK IDENTIFIKASI BATUAN KAPUR
Indonesia merupakan negara kaya tambang mineral dan logam, salah satunya
batuan kapur. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal
oleh masyarakat sekitar pegunungan kapur, salah satunya di Kecamatan Babat,
Kabupaten Lamongan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi batu
kapur dapat mengaplikasikan ilmu penginderaan jauh dan Sistem Informasi
Geografis. Kelebihan metode penginderaan jauh adalah efisiensi waktu dan biaya
yang digunakan. Dalam kegiatan ini dilakukan metode skoring menggunakan
parameter tutupan lahan, indeks vegetasi, suhu permukaan tanah, dan unsur geologi.
Data yang digunakan berupa data citra satelit Landsat 9 yang terdiri dari 11 saluran
kanal dengan karakteristik, Peta Rupa Bumi Indonesia Kabupaten Lamongan skala
1:25.000 dan Peta Geologi skala 1:25.000. Hasil proses perhitungan NDVI dalam
studi area, diperoleh nilai indeks vegetasi dengan rentang nilai antara -0,189 hingga
0,568. Nilai indeks vegetasi Kecamatan Babat didominasi oleh kelas sedang dengan
rentang 0,15 hingga 0,25. Hasil klasifikasi tutupan lahan menghasilkan 5 kelas, yaitu
kelas daerah bukan pertanian, daerah pertanian, lahan terbuka, permukiman, dan
perairan. Kecamatan Babat didominasi oleh kelas tutupan lahan daerah bukan
pertanian dengan persentase 53,29%. Hasil skoring dari keempat parameter
menunjukkan bahwa Kecamatan Babat didominasi oleh kelas batuan kapur dengan
potensi sedang dengan persentase 47,88% dari seluruh luas wilayah
“Infrastruktur Berkelanjutan” Era Revolusi Industri 4.0
Kuliner merupakan salah satu potensi daerah yang menarik untuk dikembangkan Salah satu nilai
pentingnya adalah melestarikan potensi makanan asli daerah yang sudah mulai tergeser oleh makanan
asing. Pengelolaan informasi dan promosi yang tepat merupakan salah satu upaya peningkatan usaha di
bidang kuliner. Pemanfaatan teknologi informasi yang saat ini berkembang, merupakan sebuah strategi
yang tepat dalam rangkat memperkenalkan potensi kuliner suatu daerah.
Lokasi penelitian yang digunakan adalah Desa Banaran, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan.
Data yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah Peta Administrasi Desa yang diperoleh dari Kantor
Kelurahan Desa serta data koordinat dan informasi kuliner yang diperoleh dari survei lapangan. Penyajian
informasi kuliner disajikan secara visual agar mempermudah masyarakat dalam mencari dan menjangkau
lokasi kuliner.
Kata kunci: Informasi, Kuliner, Pet
PEMBUATAN WEBGIS SEBAGAI VISUALISAI INFORMASI POTENSI DESA
Geographic Information System (GIS) is a computer system designed to perform a job related to various
kinds of spatial information data. The system runs with various capabilities, such as stamping, checking,
integrating data, manipulating, analyzing and presenting data from various spatial data information as a
reference for the condition of the earth. Information related to these spatial conditions needs to be shared
through an effective system called Web Technology. WebGIS technology has the purpose of sharing
information based on GIS using internet services, namely the web. WebGIS answers various kinds of complex
mapping presentation problems, simplifying it so that it makes it easier for users to get information. This is
what underlies the creation of WebGIS in Sumberejo Village, the need to share information related to
objects in the village easily. The survey data is then carried out data processing, editing spatial and
attribute data, as well as adding supporting data related to information to be visualized in web form. The
results of the information presented in WebGIS are that there are five categories ranging from tourist
attractions with a total of 10 points, places of worship 9 points, health 9 points, education 9 points and
places to eat 18 points. The WebGIS can be accessed via https://sumberejo.gis.co.id with a simple
appearance and easy to operate so that it is expected to make it easier for local users. So that later it can be
developed in terms of updating data to make it more informative
Keywords: GIS, WebGIS, Village Potential, Sumberejo Villag
PEMBUATAN WEBGIS SEBAGAI VISUALISAI INFORMASI POTENSI DESA
Geographic Information System (GIS) is a computer system designed to perform a job related to various
kinds of spatial information data. The system runs with various capabilities, such as stamping, checking,
integrating data, manipulating, analyzing and presenting data from various spatial data information as a
reference for the condition of the earth. Information related to these spatial conditions needs to be shared
through an effective system called Web Technology. WebGIS technology has the purpose of sharing
information based on GIS using internet services, namely the web. WebGIS answers various kinds of complex
mapping presentation problems, simplifying it so that it makes it easier for users to get information. This is
what underlies the creation of WebGIS in Sumberejo Village, the need to share information related to
objects in the village easily. The survey data is then carried out data processing, editing spatial and
attribute data, as well as adding supporting data related to information to be visualized in web form. The
results of the information presented in WebGIS are that there are five categories ranging from tourist
attractions with a total of 10 points, places of worship 9 points, health 9 points, education 9 points and
places to eat 18 points. The WebGIS can be accessed via https://sumberejo.gis.co.id with a simple
appearance and easy to operate so that it is expected to make it easier for local users. So that later it can be
developed in terms of updating data to make it more informative
Keywords: GIS, WebGIS, Village Potential, Sumberejo Villag