163 research outputs found
Character Development In Mathematics Problem-Based Learning
Concept of learning is an active process to construct meaning as the result relating new ideas on the previous understanding. Therefore, learning mathematics in the classroom is a process to build a deep understanding by the students through activities designed by teacher. Teacher-designed activities in learning are not only to developing means but also to developing student’s character that will be used for the provision of social life. Therefore education is required not only to build an understanding to students, but also must be able to perform his role and function to inculcate moral values and character. Then, the purpose of education is really a human being who has the knowledge and personality fit with the character of the Indonesian nation. Mathematics Problem based learning could be the way to reach those purposes. The results of this research are (1) problem-based learning can be used as a means to build character behavior and social skills students at the junior high school, (2) Character behavior and social skills that can be built include trustworthy, respect, individual accountability, social responsibility, concern, questioning skills, gives an idea or opinion, being a good listener and cooperation.
Key words: Mathematics problem-based learning, Nation characte
SELF-EFFICACY MAHASISWA TERHADAP MATEMATIKA
Aspek kognitif dan afektif secara simultan sangat berpengaruh dalam pencapaian prestasi belajar mahasiswa. Salah satu bagian dari aspek afektif yang berperan penting dalam belajar matematika adalah self-efficacy. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah self-efficacy terhadap matematika mahasiswa program studi matematika PMIPA FKIP Unila. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa matematika PMIPA FKIP Unila. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang menempuh matakuliah Trigonometri pada semester ganjil tahun akademik 2012-2013. Penelitian dilakukan pada dua kelas yakni kelas A yang terdiri atas 32 orang mahasiswa dan kelas B yang terdiri atas 38 mahasiswa. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam self-efficacy terhadap matematika pada mahasiswa yang memiliki kemampuan awal yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah), (2) tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam self-efficacy mahasiswa yang berasal dari kelas yang berbeda (kelas A dan B), (3) secara keseluruhan mahasiswa memiliki self-efficacy yang positif terhadap matematika.
Kata kunci: Self-efficacy terhadap Matematik
PROBLEM-BASED LEARNING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Salah satu harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika di sekolah di setiap jenjang adalah dimilikinya kemampuan berpikir matematis. Kemampuan berpikir matematis khususnya berpikir matematis tingkat tinggi sangat diperlukan siswa. Hal ini terkait dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir reflektif sebagai bagian dari berpikir matematis tingkat tinggi, secara mental melibatkan proses-proses kognitif untuk memahami faktor-faktor yang menimbulkan konflik pada suatu situasi. Oleh karena itu berpikir reflektif merupakan suatu komponen kritis dari proses pembelajaran. Hasil keterlibatan mental ini mengakibatkan seseorang aktif membangun pengetahuan untuk mengembangkan suatu strategi untuk merespon situasi itu.
Problem Based Learning (PBL) dinyatakan sebagai sebuah strategi yang menjanjikan dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa. Oleh karena itu, uraian berikut akan mengkaji tentang PBL, berpikir reflektif, dan kaitan PBL dengan berpikir reflektif.
Kata Kunci: Berpikir reflektif, Problem Based Learnin
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Kemampuan berpikir matematis khususnya berpikir matematis tingkat tinggi sangat diperlukan siswa, terkait dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir matematis terutama yang menyangkut doing math (aktivitas matematika) perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika.Namun kenyataan menunujukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa-siswa Indonesia khususnya siswa SMP masih belum memuaskan.
Penelitian ini berfokus pada upaya untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP sebagai akibat penerapan pembelajaran berbasis masalah dan konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP di kota Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kualitas peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan PBM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional.
Keyword: Berpikir Kritis, Pembelajaran Berbasis Masala
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS Apa, Mengapa, dan Bagaimana?
Pendidikan matematika mempunyai peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Hal ini dapat terwujud jika pendidikan matematika mampu melahirkan peserta didik yang cakap dalam matematika dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang saat ini masih kurang mendapatkan perhatian guru dalam pembelajaran matematika. Guru umumnya hanya melatih siswa dengan soal-soal rutin. Selain itu bagaimana mengukur dan menginterpretasikan hasil pengukuran kemampuan berpikir kreatif masih merupakan suatu hal yang dianggap sulit oleh sebagian besar guru. Dalam tulisan ini dipaparkan apa itu kemampuan berpikir kreatif matematis, mengapa kemampuan berpikir kreatif matematis itu penting, dan bagaimana mengukurnya
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran berbasis masalah open-ended (PBMO) bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Disain penelitian ini adalah disain eksperimen yang dinamakan delayed counter balanced design. Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen memperoleh PBMO dan kelompok kontrol memperoleh pembelajaran konvensional. Untuk mendapatkan data hasil penelitian digunakan instrumen berupa tes kemampuan berpikir kreatif. Populasi penelitian adalah siswa SMP Negeri Kota Bandar Lampung dengan subjek sampel adalah siswa kelas VIII sebanyak dua kelas dari masing-masing sekolah peringkat tinggi (SMPN 4) dan sekolah peringkat sedang (SMPN 12) yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh kesimpulam bahwa terdapat perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang mengikuti pembelajaran pada kedua kelompok sampel.  Kata Kunci : PBM berbasis Open-ended, Kemampuan Berpikir Kreatif Matemati
PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
Di Indonesia kemampuan representasi matematis dan motivasi siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan representasi matematis dan motivasi siswa cenderung disebabkan oleh penggunaan media pembelajaran yang tidak tepat. Penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh sebuah media pembelajaran berbasis articulate storyline 3 terhadap kemampuan representasi matematis dan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif melalui metode Quasy Eksperimental Desain . Penelitti melakukan penelitian di SMP Negeri 3 Jati Agung, dengan jumlah populasi sebanayak 232 siswa di kelas VIII. Sampel penelitian diambil dengan cara cluster random sampling sehingga diperoleh kelas VIII. A dan VIII.C sebagai sampel.Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara, penyebaran angket, tes, serta dokumentasi. Instrumen penelitian berupa tes esai dan angket, serta menguji hipotesis dengan menggunakan uji manova ( Multivariate Analysis of Variance). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil kemampuan representasi matematis antara siswa berdasarkan media pembelajaran. Kemampuan representasi matematis siswa yang menggunakan media pembelajaran Articulate Storyline 3 lebih baik dibandingkan kemampuan representasi matematis siswa menggunakan media keterampilan dasar
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS STRATEGI PQ4R UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF EFFICACY SISWA
Mathematical modules are important to study related to the development needs of students' critical thinking processes. Students' confidence when solving critical thinking questions contained in the module independently also becomes important to note. The purpose of this research and development is to develop mathematical modules and their effectiveness on the ability to think critically mathematically and self-efficacy of students to improve. Limited testing is done after validation by experts and initial trials on small groups of students. The effectiveness test in one class of students shows modules that already have a good category on the content standard, media, and language feasibility can make students meet the minimum completeness criteria. While students' self efficacy tends not to show significant changes
Pengembangan Strategi Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk pengembangan berupa desain pengembangan pembelajaran kontekstual beserta perangkat pembelajaran (silabus, RPP, LKPD, dan tes kemampuan representasi matematis) yang valid dan praktis untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Penelitian ini merupakan Research and Development (R&D). Tahapan R&D dimulai dari research and information-collecting, planning, develop preliminary of product. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Huda Jatiagung Lampung Selatan pada semester ganjil Tahun pelajaran 2020/2021. Subjek dalam penelitian ini terdiri 2 ahli (desain, materi, dan media) uji validasi, 2 guru dan 5 siswa uji praktisi (respon), serta 14 siswa uji analisis tes kemampuan representasi matematis. Data penelitian diperoleh dari wawancara, angket validasi ahli, angket praktisi guru dan siswa, serta tes kemampuan representasi matematis siswa. Pengembangan pembelajaran kontekstual beserta perangkat pembelajaran telah valid menurut ahli, dan praktis menurut guru serta siswa. Hasil uji validasi ahli terhadap produk pengembangan mendapatkan skor rerata 85,30% dengan kriteria valid, dan hasil uji praktisi guru terhadap perangkat pembelajaran mendapatkan skor rerata 82,25% dengan kriteria praktis, serta hasil skor rerata penilaian siswa terhadap LKPD adalah 79,80% dengan kriteria praktis
- …