32 research outputs found

    PERILAKU MENGOSOK GIGI KEBIASAAN MAKAN DAN MINUM TINGGI SUKROSA DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA DI MIN JEJERAN

    Get PDF
    Latar Belakang: Salah satu masalah kesehatan gigi yang terbesar yang dialami anak sekolah adalah karies gigi. Karies gigi terjadi karena perilaku menggosok gigi yang tidak baik dan kebiasaan makan dan minum tinggi sukrosa yang tidak baik. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara perilaku menggosok gigi, kebiasaan makan dan minum tinggi sukrosa dengan kejadian karies gigi. Metode Penelitian : Jenis penelitian termasuk penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di MIN Jejeran 2 pada bulan Februari sampai Mei 2017.Subyek penelitian adalah murid kelas I sampai V yang hadir dalam dan bersedia menjadi responden yang berjumlah 274 murid. Variabel penelitian adalah perilaku menggosok gigi, kebiasaan makan dan minum tinggi sukrosa, dan karies gigi. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan karies gigi pada murid laki-laki 96 murid (35%), lebih tinggi daripada perempuan 84 murid (30,7%). Sebagian besar 266 murid (97,1%) mempunyai perilaku menggosok gigi dengan kategori perilaku baik. Makanan tinggi sukrosa yang sering dikonsusmi oleh murid adalah; crackers, permen, biskuit, dan roti manis, Minuman tinggi sukrosa yang sering dikonsusmi murid adalah teh dan susu buatan sendiri. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan OR (Ood Ratio). Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang bermakna perilaku menggosok gigi dengan kejadian karie gigi (p>0,05). Ada hubungan yang bermakna antara perilaku menggosok gigi dengan kebiasaan makan dan minum tinggi sukrosa (p<0,05). Kata kunci: perilaku menggosok gigi, kebiasaan makan dan minum tinggi sukrosa, karies gig

    HUBUNGAN PEMBERIAN EARLY ENTERAL NUTRITION TERHADAP LAMA RAWAT INAP PASIEN INTENSIVE CARE UNIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN, KABUPATEN MAGELANG

    Get PDF
    Latar Belakang :Penyakit kritis biasanya dikaitkan dengan stress metabolic, disertai dengan komplikasi peningkatan infeksi, disfungsi multi organ, rawat inap yang berkepanjangan serta meningkatnya angka kematian. Pemberian early enteral nutrition pada pasien kritis terbukti dapat menurunkan angka mortalitas atau kematian, menurunkan angka infeksi, mengurangi lama rawat inap, serta mengurangi lama ketergantungan terhadap ventilator, dibandingkan dengan delayed enteral nutrition. Tujuan Penelitian :Mengetahuihubungan pemberian early enteral nutrition terhadap lama rawat inap pasien ICU. Metode Penelitian :Penelitian ini merupakan penelitian observatif dengan desain penelitian kohort prospective study dengan control internal. Hasil pengujian terhadap karakteristik responden dianalisis secara deskriptif.Hasil pengujian karakteristik terhadap lama rawat inap dianalisis dengan uji Independent T-Testdan uji Anova, untuk mengetahui perbedaan.Hasil pengujian terhadap early enteral nutrition dan lama rawat inap dianalisis dengan uji Chi-Square, untuk mengetahui hubungan, dan uji Independen T-Test untuk mengetahui perbedaan. Hasil : Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pemberian early enteral nutrition terhadap lama rawat inap (sig=0.310). Responden dengan delayed enteral nutrition lebih dari hari 3 setelah masuk ICU, memiliki rawat inap yang lebih panjang (8.7 ± 1.2). Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara pemberian early enteral nutrition terhadap lama rawat inap pasien ICU. Kata Kunci : Early enteral nutrition, lama rawat inap, pasien Intensive Care Unit

    HUBUNGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH DENGAN OBESITAS PADA ANAK SD KELAS IV–VI DI SD PANTEKOSTA MAGELANG TAHUN 2017

    Get PDF
    Obesitas pada anak SD salah satunya dipengaruhi oleh faktor asupan makanan. Salah satu faktor asupan makanan yang dapat mempengaruhi obesitas yaitu kurangnya mengonsumsi sayur dan buah. Kurangnya mengonsumsi sayur dan buah bisa dipengaruhi oleh tidak adanya pengetahuan gizi bahwa standar makanan tentang sayur dan buah yang seharusnya dikonsumsi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan konsumsi sayur dan buah dengan kejadian obesitas pada anak SD. Jenis penelitian ini yaitu penelitian observasional dengan case control.Penelitian dilaksanakan mulai bulan April – Juni 2017 di SD Pantekosta Magelang. Cara pengambilan sampel kontrol dengan matching (jenis kelamin, kelas dan usia). Variabel pengaruh yaitu konsumsi sayur dan buah, sedangkan variabel terikat yaitu obesitas. Kuesioner sudah dilakukan uji validitas dan realibilitas yaitu kuesioner sayur dan buah. Data diuji menggunakan Chi-Square dilanjutkan uji Contingensi setelah itu menggunakan Odds Ratio. Hasil univariat dari penelitian ini yaitu 64,7% sampel kurang mengkonsumsi sayur dan 54,3% sampel kurang mengkonsumsi buah. Hasil hubungan konsumsi sayur dengan obesitas (p :0,005; C :0,385; OR :7,273) dan hasil hubungan konsumsi buah dengan obesitas (p:0,000; C :0,493; OR:13,458). Kesimpulan penelitian ini yaitu sejumlah 67,4% sampel kurang mengkonsumsi sayur, sejumlah 54,3% sampel kurang mengkonsumsi buah, ada hubungan konsumsi sayur dengan kejadian obesitas, ada hubungan konsumsi buah dengan kejadian obesitas, sampel yang kurang mengkonsumsi sayur memiliki risiko obesitas sebesar 7x dan sampel yang kurang mengkonsumsi buah memiliki risiko obesitas sebesar 13x. Kata kunci : Konsumsi sayur, konsumsi buah, obesitas, siswa S

    VARIASI KELOMPOK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-23 BULAN DI KECAMATAN MINGGIR, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKART

    Get PDF
    &nbsp;At the age of six months, babies begin to be given complementary foods. The children more than 6 months, should be given extra food. If the child are not have enough about nutrition from complementary foods, it will result in growth disorders and malnutrition. It is the golden period at once critical in the growth process of children, both physical and intelligence.Complementary foods must be come from different food to sufficient the nutritional needs. Good intake will make children have a good nutritional status anyway.Objective to identification of variation complementary food groups and nutritional status of children 6-23 months of age in Minggir.The sample was numbered 194 subjects. Assessment variation views of three components, namely the amount of materials consumed, consumption of breast milk and formula. Variations are grouped into 3, there are lower (grades 0-2.9), intermediate (grades 3 to 3.9), and high (grades 4-5). Variation complementary foods group most a lot on the medium category that is 95 ( 49,0 %) a son as well as nutritional status the most is nutrition good and nutrition more that is 169 ( 87,1 % ). Food intake were assessed by variation complementary foods groups affects the nutritional status of children.The lower variation of complementary foods that will make percentage of malnutrition higher

    VARIASI KELOMPOK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-23 BULAN DI KECAMATAN MINGGIR, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKART

    Get PDF
    &nbsp;At the age of six months, babies begin to be given complementary foods. The children more than 6 months, should be given extra food. If the child are not have enough about nutrition from complementary foods, it will result in growth disorders and malnutrition. It is the golden period at once critical in the growth process of children, both physical and intelligence.Complementary foods must be come from different food to sufficient the nutritional needs. Good intake will make children have a good nutritional status anyway.Objective to identification of variation complementary food groups and nutritional status of children 6-23 months of age in Minggir.The sample was numbered 194 subjects. Assessment variation views of three components, namely the amount of materials consumed, consumption of breast milk and formula. Variations are grouped into 3, there are lower (grades 0-2.9), intermediate (grades 3 to 3.9), and high (grades 4-5). Variation complementary foods group most a lot on the medium category that is 95 ( 49,0 %) a son as well as nutritional status the most is nutrition good and nutrition more that is 169 ( 87,1 % ). Food intake were assessed by variation complementary foods groups affects the nutritional status of children.The lower variation of complementary foods that will make percentage of malnutrition higher

    Persepsi Ibu, Guru dan Tenaga Kesehatan Tentang Obesitas Pada Anak Taman Kanak-Kanak

    Get PDF
    Perception of Mothers, Teachers and Health Practitioners about Obesity in Kindergarten ChildrenBackground: Obesity has become a global epidemic. Programs for preventing and treating obesity in children required good cooperation from many parties. Threat perception of obesity in children, also the benefit and barriers in efforts regarding prevention and treatment of obesity were important features in determining involvement of mothers, teachers, and health practitioners in preventing and treating obesity in children.Objective: To explore perception of mothers, teachers, and health practitioners regarding obesity in the effort of preventing and treating obesity in kindergarten students in Denpasar City, Bali Province.Methods: This study use qualitative methods and involved 24 subjects, consisting of 19 mothers of kindergarten students, 2 kindergarten teachers, and 3 health practitioners. Data collection was conducted by doing Focus Group Discusion (FGD) in mothers, and also in-depth interview for mothers, teachers, and health practitioners. Further observation for school environment, measurement of the children’s nutritional status, food frequency, food record and activity record were also carried out. To ensure the validity of data collected, triangulation,member checking, debriefing and rich data were done. Data analysis was performed by using thematic analysis.Results: Mothers, teachers, and health practitioners felt that all children were vulnerable to obesity. Negative perception of obesity from mothers and teachers caused the obesity to be considered as unserious problems. Mothers who knew the effect of obesity on health, had relatives with history of degenerative diseases, and had previous obnoxious experience with obesity; worried about obesity in children. The lack of information collected by mothers and the many obstacles found regarding ways to prevent and treat obesity in children, cause mothers not to be able to do the efforts of preventing and treating obesity in children.Conclusion: Perception to threat of obesity in children was affected by perception of mothers, teachers, and health practitioners on vulnerability of children and seriousness of obesity threat to children. Perception of having bigger obstacle as compared to advantages, make mothers failed in doing preventive and treating efforts for obesity in children.Keywords: obesity, kindergarten students, perception of obesity in children, Denpas

    EFEKTIVITAS PENYULUHAN GIZI MENGGUNAKAN MEDIA PGS CARDS DIBANDINGKAN LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG PADA SISWA SEKOLAH DASAR

    Get PDF
    Media and method to deliver nutrition education are one of problems which need to be interved. Interesting and innovative media is needed, as sample PGS cards and leaflet.Elementary students are easy target to motivated and increase their competence who are suitable with this research. This research aim to determine effectiveness of nutrition education using PGS Cards as media compared with leaflet towards knowledge enhancement on PGS of elementary students. This is a quasi-experimental research using pre post with control group design. Research was held on August until September 2016. Students on fourth grade in SDN Demak Ijo (PGS Cards group) and SDN Balecatur (Leaflet group) were selected by purposive sampling. Independent variable is media PGS Cards and leaflet in nutrition education. Dependent variable is student’s knowledge about PGS. Instrument is valid (r count >0.3) and reliable (ri =0.884). Data were analyzed using Kolmogorov Smirnov test, Independent samples test and paired sample t-test. Result shows that pre-test both are not significantly different (p=0.988), which shows initial condition between two groups. Posttest shows there are significant different knowledge enhancement between two group (p=0.003). There is significant different student’s knowledge both in PGS Card group and leaflet group (p=0.000). It is conclude that there is effectiveness difference between PGS Cards and leaflet as media toward knowledge enhancement about PGS on elementary school students. Keywords: Media, Knowledge, PGS Cards, leafle

    KECUKUPAN ENERGI PROTEIN DAN LEMAK PADA MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU DAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-23 BULAN DI KECAMATAN MINGGIR KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

    Get PDF
    Latar Belakang :Sebagian besar anak usia 6-23 bulan tidak mendapatkan MP-ASI dalam jumlah yang cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jika bayi dan anak usia 6-23 bulan tidak memperoleh cukup energi, protein dan lemak dari MP-ASI, maka akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan kurang gizi. Tujuan :Diketahuinya kecukupan energi, protein, lemak pada makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan status gizi balita usia 6-23 bulan. Metode :Penelitian ini menggunakan desain cross sectional di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Subyek penelitian adalah balita usia 6-23 bulan yang berjumlah 194 anak yang merupakan sampel data sekunder pada pengumpulan data dasar program gizi masyarakat. Aspek yang diteliti adalah kecukupan energi, protein, lemak MP-ASI, dan status gizi balita usia 6-23 bulan. Asupan energi, protein, dan lemak MP-ASI diperoleh dari pengumpulan data dasar program gizi, dengan metode food recall 24 jam dan status gizi dengan pengukuran antropometri. Hasil :Asupan energi MP-ASI yang cukup sebanyak 106 (54,6%) anak, asupan protein MP-ASI yang cukup sebanyak 141 (72,7%) anak, asupan lemak MP-ASI yang cukup sebanyak 100 (51,5%) anak. Terdapat 25 (12,8%) anak dengan status gizi buruk+kurang dan 169 (87,2%) anak dengan status gizi baik+lebih. Kesimpulan :Sebagian besar subyek memiliki asupan energi, protein, dan lemak pada MP-ASI yang cukup. Terdapat malnutrition pada subyek. Sebagian besar subyek yang memiliki status gizi buruk+gizi kurang memiliki asupan energi dan lemak MP-ASI yang kurang, namun memiliki asupan protein MP-ASI yang cukup. Kata Kunci :Makanan pendamping ASI, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, status gizi, balita usia 6-23 bula
    corecore