14 research outputs found

    KONSEP KARYA HILIRAN (BUDAYA DAN MASA KINI)

    Get PDF
    Through various exploration and the research show in rural, in coast, non in stsge by using special settlement, as everyday refleksi life of society of Tejakula Village, what more signalizing of natural element and natural. This matter is with the Fistula meaning underside, representing Pate; Upstream antonym (upper). Settlement naturally in areal staging in the form of black sand with its cobblestones, grove become green in coastal periphery, free sea and small river stream, made by as very supporting shares of masterpiece perfection. left and Right backside of staging place attached by penjor and twenty umbul-umbul. Rear instrument of gambelan of Gong Kebyar to accompany the appearance of Krama Negak village, Krama Cendek and training dance the Kebyar Tarunajaya. In sea front, in bamboo tide to drape the net, what is being improve; repaired by all fisherman. In starboard, attached by place of grilling of haul fish of all fisherman

    DESA TEJAKULA SEBAGAI INSPIRASI KARYA TARI LINGKUNGAN

    Get PDF
    Karya ini sebuah garapan baru dalam perkembangan seni di Bali, karena belum pernah ada garapan tari yang mengangkat potensi daerah yang ada, mengungkap sejarah dan situs budaya suatu desa, yang ditampilkan di tempat terkait. Karya ini Unsur realitas ditonjolkan dalam, untuk menampilkan kesan natural dan alami, tidak dituangkan pola ā€“ pola gerak baru, melainkan memberikan keleluasaan dan kebebasan ruang gerak kepada para pemeran. Mereka juga diharapkan ikut berkreasi, berpikir, dan ikit memberikan bentuk, sehingga muncul sinergi banyak kreativitas individu. Dalam pementasan karya ini, sengaja tidak mengatur keberadaan penonton, guna memunculkan interaksi secara alami antara pemeran dan penonton, sehingga secara tidak langsung penonton juga terlibat dalam pertunjukan. Karya Hiliran merupakan langkah dalam menginformasikan nilai sejarah Desa Tejakula kepada generasi sekarang, karena Hiliran merupakan nama awal dari Desa Tejakula yang sudah tidak dikenal lagi oleh generasio sekarang

    Baris Sesandaran Dance as a Medium in Developing Character Education

    Get PDF
    Purpose: Sesandaran Baris Dance was created as a medium for developing character education. Research method: The creation method involves three stages, namely exploration, improvisation and forming which are still based on the basic elements of Balinese dance such as agem, tandang, tangkis, dan tangkep. The structure of the work consists of pepeson, pengawit, pengawak, pengecet, and pekaad. Furthermore, the study is descriptive qualitative in order to explain that the Baris Sesandaran dance is able to show as a medium for developing character education. Results and discussion: Baris Sesandaran Dance, a new creation inspired by the art of Barong Landung from Banjar Kaliungu Kelod Denpasar which has been stored for 17 years. This dance has a religious theme, puts more emphasis on the expression of will, performed by 8 male dancers carrying incense props, dancing while interspersed with singing songs together and shouting at each other as an identity in the Barong Landung art. This reciprocal song is called Sesandaran. Implications: The Baris Sesandaran dance is able to show as a vehicle for developing character education and as the development of the Barong Landung art in the form of a creational dance so that it can be passed on to the next generation.abstracts in English

    Penciptaan Tari Rejang Pakuluh sebagai Sebuah Transformasi Prosesi Upacara ā€œMendak Tirtaā€

    Get PDF
    Tujuan: Tari Rejang Pakuluh diciptakan dengan tujuan memperkaya perbendaharaan tari Rejang yang bisa dipentaskan di mana saja dan kapan saja dalam upacara Dewa Yadnya dan sebagai usaha kreatif untuk ikut melestarikan dan mengembangkan tari-tari tradisional Bali, dan menciptakan tari yang bertemakan ritual dengan mengedepankan ekspresi kehendak dan tetap mempertahankan makna dari tari rejang. Metode penelitian:  Kajian ini menggunakan analisis data secara analisis deskriptif dengan pendekatan kualiatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, studi dokumen, dan studi literatur. Hasil dan pembahasan: Tari Rejang Pakuluh merupakan tari upacara/ritual mendak tirta untuk menyambut kedatangan pakuluh (tirta/air suci) dari berbagai pura di Bali. Dengan gerak tari yang sederhana, ditarikan oleh 8 orang penari wanita dan lebih mengutamakan ekspresi kehendak serta unsur persembahan kepada Dewa. Tari Rejang Pakuluh berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa apa yang menjadi kehendak Dewa telah diwujudkan, sehingga temuan utamanya bahwa tari Rejang Pakuluh memang sebagai persembahan kepada Dewa dengan berbagai unsur yang mendukungnya. Implikasi: Tarian ini dipentaskan untuk melengkapi rangkaian upacara agama Hindu, dipentaskan di areal pura yang diiringi dengan Gamelan Gong Gede sesuai panggilan hati dan kewajiban untuk melestarikan tarian upacara yang sangat erat kaitannya sebagai sarana pelaksanaan upacara Yadnya

    SURAT PENCATATAN CIPTAAN Seni Pertunjukan: Tari Murdha Nata Sekar Gadung

    Get PDF

    TARI BARIS SESANDARAN

    Get PDF
    Tari Baris Sesandaran adalah sebuah karya cipta baru yang terinspirasi dari kesenian Barong Landung yang ada di Banjar Kaliungu Kelod Denpasar yang sudah tersimpan selama 17 tahun. Penciptaan ini diharapkan mampu membangun memory kolektif masyarakat, sehingga nantinya kesenian ini bisa diwariskan ke generasi berikutnya. Tarian ini bertemakan religius, lebih mengedepankan ekspresi kehendak, dibawakan oleh 8 orang penari laki membawa property dupa, menari sambil diselingi dengan melantunkan tembang secara bersama dan saling bersahutan sebagai identitas pada kesenian Barong Landung. Tembang saling bersahutan ini disebut Sesandaran. Kedelapan penari pada bagian pengecet dibagi menjadi dua karakter, yaitu 4 orang sebagai tokoh laki yang memerankan Jro Gede dan 4 penari lainnya memerankan tokoh wanita sebagai Katrung/Jero Luh. Kostum masih berpola pada tata busana tradisi Bali yang dominan mengambil warna hitam putih/poleng untuk menguatkan nuansa ritual dan identitas Barong Landung. Tarian ini diiringi dengan gamelan Bebonangan dan Batel yang berdurasi 10 menit. Struktur garapan terdiri dari: Pepeson, Pengawit, Pengawak, Pengecet dan Pekaad. Proses penciptaan dilalui dengan 4 tahapan yaitu: tahap penjajagan (exploration), tahap percobaan (improvisation) dan tahap pembentukan (forming) dengan tetap berpijak pada unsur-unsur pokok dalam tari Bali seperti agem (sikap pokok), tandang (perpindahan gerak), tangkis (gerakan tangan) dan tangkep (ekspresi wajah). Kata Kunci: Tari Baris Sesandaran, Bentuk

    SURAT PENCATATAN CIPTAAN Drama / Pertunjukan: TARI BARIS SESANDARAN

    Get PDF

    Empowerment Program in Pesagi Village Community: Assistance in Compounding Innovative Peel-off Pain Reliever (UNO) Derived from Family Medicinal Plants

    Get PDF
    The abundance of family medicinal plants (TOGA) growing in the yards of the house can be utilized for one of the health products called boreh, a traditional medicine used from generation to generation by the Balinese. Boreh can be innovated into a peel-oļ¬€ preparation form that has some potential to increase public interest in traditional medicine. The contents of TOGA, such as ginger, turmeric, and galangal in the peel-oļ¬€ boreh preparation, may exhibit beneļ¬cial eļ¬€ects as a pain reliever. Therefore, the mentioned product can be used to overcome pain problems that are commonly found in the people of Pesagi Village. The ideas related to compounding certain innovative herbal preparations for overcoming health problems in Pesagi Village were carried out through community empowerment activities. A series of program activities took place during January-April 2022. The purpose of this community empowerment program was to provide training and assistance activities to the people of Pesagi Village in the practice of utilizing TOGA as an innovative boreh peel-oļ¬€ preparation, namely UNO, with empirical pain reliever properties. Guidance and assistance in compounding practice were based on the results of dosage formulation previously developed by the executive team in the School of Pharmacy Mahaganesha Laboratory. This empowerment program was executed through a learning-by-doing approach, integrated training, participatory practice, and guided mentoring by the executive team with knowledge and skills evaluation (pre-test and post-test, p=0.000, 95%). After the empowerment program, the community has been able to practice how to turn TOGA from the ground into a useful product. The innovative products in this empowerment program may oļ¬€er some potential beneļ¬ts to overcome certain health-related problems of the community in Pesagi Village, such as joint pain. The success of this program may encourage the sustainability of the program in the future

    EH HO-CITTAKRAMA-ABYUDAYA DESA SWABUDAYA GADUNGAN

    Get PDF
    Om Swastyastu, Namobudaya, Salam Kebajikan, Rahayu, Terima kasih dihaturkan ke hadapan Hyang Widi Wasa atas asung kertha wara nugraha-Nya, pelaksanaan Nata Citta Swabudaya (NCS) Desa Gadungan dapat terlaksana dengan lancar, sukses, dan bermakna. NCS merupakan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar bermitra dengan Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Desa Gadungan dipilih sebagai mitra NCS karena potensi desa yang layak dikembangkan dalam bidang seni budaya. Adapun kegiatan NCS di Desa Gadungan terdiri atas penciptaan tari dan iringan (Murdha Nata Sekar Gadung), video proļ¬l Desa Gadungan, peletakan prasasti NCS ISI Denpasar dan buku monograļ¬ Desa Gadungan. Kegiatan NCS dilaksanakan dengan saling bersinergi dan bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat yang ada di Desa Gadungan. Buku monograļ¬ Desa Gadungan dengan judul Yeh Ho-CittakramaAbyudaya memberikan gambaran mengenai Desa Gadungan dengan potensi sumber daya alam yang dilintasi sungai Yeh Ho sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat Desa Gadungan. Sungai Yeh Ho memberikan manfaat bagi lahan pertanian dan perkebunan warga sehingga potensi agro di Desa Gadungan menjadi potensi terbesar. Cittakrama berkaitan dengan latar belakang sejarah perjuangan kemerdekaan RI 1945. Desa Gadungan menjadi basis perjuangan dengan menghadirkan pejuang-pejuang tangguh yang membela persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dibuktikan dengan adanya monumen perjuangan. Abyudaya terkait dengan kemakmuran dan semangat hidup masyarakat. Potensi Desa Gadungan dikembangkan melalui program NCS sebagai upaya mendorong pemajuan perekonomian masyarakat setempat sejalan visi NCS, yakni mewujudkan ekosistem seni budaya berkelanjutan Seluruh tim NCS Desa Gadungan menghaturkan terima kasih kepada seluruh elemen masyarakat Desa Gadungan yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan NCS ini. Om Santih, Santih, Santih Om

    SIKAP AMBIVALEN ORANG TUA TERKAIT PELARANGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKASADA II

    No full text
    Perokok usia dini cenderung akan menjadi perokok reguler dan mengalami adiksi di usia dewasa. Karenanya, pencegahan dan penanganan perokok usia remaja perlu mendapat perhatian dalam program puskesmas dengan memperhatikan peran keluarga yang juga mempengaruhi perkembangan remaja menjadi seorang perokok. Hasil survei awal pada siswa Sekolah Menengah Pertama menunjukkan bahwa 14,3% siswa adalah perokok aktif. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik perokok dan kaitannya dengan sikap orang tua yang tidak konsisten dalam melakukan pelarangan pada siswa laki-laki sekolah menengah pertama. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukasada II, dan merupakan studi deskriptif cross sectional. Data diambil melalui wawancara terhadap 75 siswa SMP yang dipilih secara purposif. Pada penelitian ini didapatkan 28,6% siswa yang merokok mendapat larangan merokok dari orang tuanya. Dari keseluruhan siswa yang merokok, 22,6% diantaranya memiliki orang tua dengan sikap ambivalen terhadap larangan untuk merokok, dan 22,7% lainnya tanpa sikap ambivalen terhadap larangan untuk merokok. Terdapat 77,5% orang tua yang tidak mengizinkan anaknya merokok tetapi ia sendiri merupakan perokok, yang menunjukkan adanya sikap ambivalen. Aturan yang longgar dapat membuat remaja menganggap merokok sebagai hal yang wajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecendrungan siswa berperilaku merokok dapat dicegah dengan mengontrol lingkungan siswa tersebut melalui sosialisasi bahaya merokok, serta membuat aturan yang konsisten dan dimulai dari orang tua siswa. Ā  </p
    corecore