88 research outputs found
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GEN pneumcoccal surface adhesin A (psaA) SEBAGAI FAKTOR VIRULENSI Streptoccus pneumoniae
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) merupakan flora normal pada traktus respiratorius atas yang juga dapat menjadi bakteri patogen penyebab invasive Pneumococcal Disease (IPD) seperti pneumoniae, otitis media, dan meningitis. Namun belum banyak yang melaporkan kejadian oleh bakteri ini pada penderita IPD khususnya di Kota Makassar. Belum ada metode gold standar dalam mengidentifikasi pneumokokus menjadi salah satu faktor sulitnya menegakkan diagnosis terkait dengan bakteri ini. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja metode pemeriksaan baik dengan menggunakan metode konvensioanl (bakteriologi kultur) dan metode molekuler dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam mengisolasi dan identifikasi gen psaA sebagai faktor virulensi. Metode yang digunakan secara konvensional adalah mikroskopis, kultur, dan uji biokimia dimana hasilnya mengarahkan pada spesies Streptococcus kemudin dilakukan uji susptibility dengan opthocin sedangkan untuk metode molekuler digunakan teknik PCR sebagai pembanding. Diperoleh hasil uji Opthocin 3 (12%) sampel yang sensitive kemudian dilanjutkan dengan melakukan amplifikasi PCR gen PsaA menggunakan primer spesifik maka diperoelh juga pita dengan ukuran 834 bp yang menunjukkan bahwa pada ke-3 (100%) isolate S.pneumoniae terdeteksi gen Psa
The Comparison of Mycobacterium tuberculosis Detection using Molecular Rapid Test and Immunochromatography in Patients Suspected of Having Tuberculosis in Pangkajene and Kepulauan Regencies
Mycobacterium tuberculosis is an acid-resistant bacterium that causes tuberculosis and can be detected using a variety of methods. This study aimed to determine the comparison of the detection results of Mycobacterium tuberculosis using the molecular rapid test (MRT) and immunochromatographic method. This research was conducted at Batara Siang Hospital, Pangkajene, and Kepulauan Regencies, in July-September 2019 using 100 samples. This study is cross-sectional research, applying the chi-square test for analysis. The results of statistical tests revealed a significant difference between the results of tests using molecular rapid tests and immunochromatography (<0.001). The sensitivity, specificity, positive probability value, negative probability value, and accuracy of the immunochromatography method against the molecular rapid test (MRT) were 91.3%, 100%, 100%, 93.1%, and 96%, respectively.Mycobacterium tuberculosis is an acid-resistant bacterium that causes tuberculosis and can be detected using a variety of methods. This study aimed to determine the comparison of the detection results of Mycobacterium tuberculosis using the molecular rapid test (MRT) and immunochromatographic method. This research was conducted at Batara Siang Hospital, Pangkajene, and Kepulauan Regencies, in July-September 2019 using 100 samples. This study is cross-sectional research, applying the chi-square test for analysis. The results of statistical tests revealed a significant difference between the results of tests using molecular rapid tests and immunochromatography (<0.001). The sensitivity, specificity, positive probability value, negative probability value, and accuracy of the immunochromatography method against the molecular rapid test (MRT) were 91.3%, 100%, 100%, 93.1%, and 96%, respectively
Polimorfisme Gen Glutamylcysteine Ligase Catalytic (GCLC) Sebagai Deteksi Kerentanan Pasien Tuberkulosis Terhadap Stres Oksidatif Akibat Infeksi Mycobacterium tuberculosis
The important genetic factor about susceptibility of oxidative stress in Pulmonary Tuberculosis (PTB) has not been determined. The aim of this study was to analyse the association between polymorphism glutamatecysteine ligase catalytic subunit (GCLC) genes with susceptibility of oxidative stress in PTB in Makassar population of Indonesian. The Methods use is a case-control study was performed on 25 paired subjects with or without PTB, These subjects were selected from result of BTA stain from sputum subjects. The following polymorphisms were genotyped by PCR-RFLP of −129C/T in the GCLC gene. Genotype frequencies and allelic frequencies were analysed. The Results was found There were significant differences in the distribution of genotype frequencies for polymorphism −129C/T in GCLC gene between PTB and non-PTB subjects. The distribution of the allelic frequencies of these genes also showed significant difference between the two groups. Conclusions is The genetic polymorphisms in GCLC −129C/T are associated with susceptibility of Oxidative stress on PTP subject
Cloning and Production of Antigen 85A Mycobacterium tuberculosis for Diagnostic Latent Tuberculosis: a Preliminary Study
The main challenge in the management of Tuberculosis (TB) is diagnosing quickly and accurately, especially Latent Tuberculosis Infection (LTBI). LTBI detection was carried out using the Tuberculin Skin Test (TST) and Interferon Gamma Release Assay (IGRA). In TB endemic areas, these two examinations have limitations, so current research is directed at finding specific antigens for the diagnosis of LTBI. One of the potential proteins is Antigen 85A (Ag85A) Mycobacterium tuberculosis (Mtb) encoded by Fibronectin-binding protein A (FbpA). The Ag85 complex induces the proliferation of T-cells and interferon-gamma in most healthy individuals infected with Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium leprae, and BCG-vaccinated mice, making it a potential antigen. This study aims to clone and produce recombinant protein Ag85A from Mtb in Escherichia coli BL21. The methods used were ligation to the pET-32a expression vector, transformation to Escherichia coli BL21, and production of protein by IPTG induction. Characterization of recombinant clones by colony PCR and sequencing. The results obtained were that the fbpA gene isolated from Mtb clinical isolate had been amplified, and the PCR product was 900 bp. The production of Antigen 85A has been successfully carried out and produces 44 kDa
Analisis Residu Amoksisilin Pada Hepar dan Ventrikulus Ayam Petelur di Pasar Tradisional Makassar
Residu antibiotik dalam pangan asal hewan terjadi karena tidak memperhatikan waktu henti obat, melebihi dosis yang dianjurkan dan digunakan sebagai feed additive dalam pakan. Residu antibiotik dapat mengancam kesehatan manusia seperti alergi, keracunan, resistensi bakteri dan gangguan jumlah mikroflora dalam saluran pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya residu antibiotik golongan amoksisilin pada ayam petelur di pasar tradisional Kota Makassar. Metode yang digunakan adalah pengambilan 24 sampel hepar dan 24 ventriculus ayam petelur pada 4 pasar tradisional di Kota Makassar. Pengukuran kadar residu antibiotik pada sampel yang positif dengan uji sensitivitas antibiotik dilakukan menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Hasil pengukuran kadar residu antibiotik amoksisilin pada sampel hepar diperoleh konsentrasi 0.0005-0.0010 mg/kg dan pada sampel ventrikulus konsentrasi 0.0002-0.0020 mg/kg. Kadar residu antibiotik amoksisilin pada sampel hati dan ventriculus dibawah nilai Batas Maksimum Residu (BMR) yang ditetapkan SNI 01-636-2000 yaitu 0.01 mg/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu antibiotik amoksisilin yang terdapat pada hepar dan ventrikulus ayam petelur pada 4 pasar tradisional di Kota Makassar berada dibawah nilai BMR
IDENTIFIKASI, SEBARAN DAN DERAJAT KERUSAKAN KAYU OLEH SERANGAN RAYAP COPTOTERMES (ISOPTERA: RHINOTERMITIDAE) DI SULAWESI SELATAN
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi spesies Coptotermes yang terdapat di Sulawesi Selatan berdasarkan morfologi dan genetik, (2) menganalisis sebaran spesies Coptotermes berdasarkan wilayah, jenis tanah dan habitat spesifik, dan (3) mengevaluasi potensi kerusakan kayu yang ditimbulkannya oleh serangan Coptotermes serta hubungannya dengan faktor lingkungan. \ud
Survey rayap dilakukan pada seluruh wilayah Sulawesi Selatan, dengan metode insidential sampling. Identifikasi berbasis morfologi dilakukan terhadap 9 karakter morfologi rayap prajurit, yang dicocokkan dengan kunci determinasi; sedangkan identifikasi berbasis molekuler dilakukan terhadap rayap pekerja. Analisis spasial dan deskriptif digunakan untuk sebaran spesies berdasarkan wilayah, jenis tanah dan habitat spesifik. Rating scale dan analisis varian digunakan untuk mengevaluasi derajat kerusakan sampel kayu, dan analisis korelasi Spearman???s Rho dilakukan untuk mengetahui hubungannya dengan faktor lingkungan. \ud
Hasil analisis varian, analisis cluster, serta data morfometri rayap prajurit yang tersebar pada 34 lokasi di wilayah Sulawesi Selatan menghasilkan 3 jenis Coptotermes, yaitu Coptotermes sp., C. gestroi Wasmann; dan C. curvignathus. Analisis high similarity blast nucleotide menghasilkan 6 spesies Coptotermes, yaitu C. sjoestedti, C. gestroi, C. amanii, Coptotermes sp. (P2Wo); C. curvignathus, dan Coptotermes sp. Spesies dari cluster 1 dan 2 tersebar hampir merata pada seluruh daerah yang disurvey, sedangkan C. curvignathus memiliki penyebaran terbatas. Keseluruhan Coptotermes tersebar pada 8 jenis tanah dan dominan ditemukan pada kayu Lannea grandis. Derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh setiap jenis berbeda-beda; dan derajat kerusakan tersebut berkorelasi dengan jenis makanan dan sanitasi lingkungan, tetapi tidak berkorelasi dengan jenis habitat
Antiviral resistance of HPAI-H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi, 2017-2018
Avian Influenza (AI) is an infectious disease caused by the influenza type A virus. The highly pathogenic AI (HPAI) H5N1 outbreak in Indonesia has occurred since 2003 until now. Education, biosecurity, vaccination, elimination, diagnostic, and surveillance are strategy to prevent and control AI virus (AIV) infection. Providing antiviral drug can be used as an alternative to control AIV in poultry, but it will be limited if resistance occurs. This study aims to determine the resistance to neuraminidase inhibitors (NAIs) (oseltamivir) and M2 ion channel inhibitors (amantadine) of HPAI H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi during 2017-2018. This research was conducted by whole-genome sequencing (WGS) with the next generation sequencing (NGS) (Illumina) technique on 5 poultry virus isolates. Molecular analysis was performed by multiple alignments and amino acid prediction using the MEGA X program. Antiviral resistance of oseltamivir and amantadine was assessed based on analysis of NA and M2 proteins compared to reference isolates from Sulawesi in NCBI. Based on the NA protein analysis, no mutations were found at positions 119, 275, 293, and 295, indicating that all the samples and reference isolates from Sulawesi are still sensitive to oseltamivir. Whereas at positions 26, 27, 30, 31, and 34 of M2 protein, there was a V27I mutation in Sulawesi reference isolate in 2016 and the combination of V27A and S31N mutations in 2 research isolates in 2018, which indicate possible resistance to amantadine. In conclusion, there is amantadine resistance of HPAI-H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi, 2018
Precede-Proceed Education Model to Health Literacy’s Patient With Hypertension in Pattingalloang Makassar
Introduction: Health literacy is one of health determinants public health development goals. The aim of this research is to determine the effect of precede-proceed education model on health literacy of patients suffer from hypertension in the working area of Pattingalloang Health Centre Makassar. Method: The research employed quasy-experimental method using nonequivalent control design. The research sample was 40 people. The sample was determined using purposive sampling. Data were obtained using questionnaire and interview then it is analyzed by Mann-Whitney and Spearman statistical test. Results: The results showed that: (1) There was differences in the functional health literacy between hypertension patient group provided with an education and group without education intervention; (2) There was no significant difference in communicative and critical health literacy between group with education intervention and group without education intervention. However, proportion of health literacy of patient with education intervention was better; (3) there was a relation between respondent characteristics, health service access, health information access, and social support that the patient obtained and health literacy. Conclusion: The availability of education to hypertension patients by modifying the precede-proceed model were giving influence to health literacy. This study suggest that involvement of health workers expecially for nurses, in an effort to improve health literacy of patients with counseling, home visite for patients and their familie
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GEN pneumcoccal surface adhesin A (psaA) SEBAGAI FAKTOR VIRULENSI Streptoccus pneumoniae
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) merupakan flora normal pada traktus respiratorius atas yang juga dapat menjadi bakteri patogen penyebab invasive Pneumococcal Disease (IPD) seperti pneumoniae, otitis media, dan meningitis. Namun belum banyak yang melaporkan kejadian oleh bakteri ini pada penderita IPD khususnya di Kota Makassar. Belum ada metode gold standar dalam mengidentifikasi pneumokokus menjadi salah satu faktor sulitnya menegakkan diagnosis terkait dengan bakteri ini. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja metode pemeriksaan baik dengan menggunakan metode konvensioanl (bakteriologi kultur) dan metode molekuler dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam mengisolasi dan identifikasi gen psaA sebagai faktor virulensi. Metode yang digunakan secara konvensional adalah mikroskopis, kultur, dan uji biokimia dimana hasilnya mengarahkan pada spesies Streptococcus kemudin dilakukan uji susptibility dengan opthocin sedangkan untuk metode molekuler digunakan teknik PCR sebagai pembanding. Diperoleh hasil uji Opthocin 3 (12%) sampel yang sensitive kemudian dilanjutkan dengan melakukan amplifikasi PCR gen PsaA menggunakan primer spesifik maka diperoelh juga pita dengan ukuran 834 bp yang menunjukkan bahwa pada ke-3 (100%) isolate S.pneumoniae terdeteksi gen PsaA Kata kunci : Sputum, psaA, PCR, Streptococcus pneumonia
DETEKSI RESISTENSI Mycobacterium tuberculosis TERHADAP OBAT ANTITUBERKULOSIS OFLOXACIN (OFL) PADA BERBAGAI KONSENTRASI
Penelitian Deteksi Resistensi Mycobacterium tuberculosis Terhadap Obat Antituberkulosis Ofloxacin (OFL) pada Berbagai Konsentrasi telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap obat antituberkulosis Ofloxacin (OFL) pada berbagai konsentrasi. Sampel dalam penelitian ini adalah 15 isolat bakteri Mycobacterium tuberculosis strain klinis, satu isolat bakteri Mycobacterium tuberculosis strain H37RV dan satu isolat bakteri Mycobacterium tuberculosis ATCC 700457 sebagai kontrol. Isolat tersebut merupakan koleksi dari Laboratorium NECHRI HUM-RC RS Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sampel kemudian diremajakan dengan menggunakan medium Middlebrook 7H9 Broth. Setiap sampel dibuat dengan suspensi 0,5 Mc Farland. Karakterisasi isolat bakteri Mycobacterium tuberculosis meliputi morfologi koloni dan pengecatan Ziehl-Neelsen. Uji resistensi dilakukan dengan menumbuhkan sampel pada medium Lowenstein Jensen yang berisi ofloxacin dengan konsentrasi 1 ??g/ml, 2 ??g/ml, 4 ??g/ml, dan 8 ??g/ml serta tanpa obat sebagai GC (Growth Control). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi 1 ??g/ml terdapat 11 sampel (84,62%) resisten, 2 sampel (15,38%) intermediet dan tidak ada sampel yang sensitif. Untuk konsentrasi 2 ??g/ml, terdapat 7 sampel (53,85%) resisten, 5 sampel (38,46%) intermediet dan 1 sampel (7,69%) sensitif. Pada konsentrasi 4 ??g/ml terdapat 2 sampel (15,38%) resisten, 2 sampel (15,38%) intermediet, dan 9 sampel (69,24%) sensitif. Sedangkan untuk konsentrasi 8 ??g/ml terdapat 1 sampel (7,69%) resisten, 2 sampel (15,38%) intermediet dan 10 sampel (76,93%) sensitif
- …