29 research outputs found

    Analisis Rasio Bahan Perekat Dengan Campuran Batubara, Sekam Padi Terhadap Kekuatan Daya Rekat Bio-briket

    Full text link
    Salah satu faktor yang menentukan kualitas bio-briket batubara-sekam padi adalah kekuatan daya rekatnya. Beberapa implikasi yang dapat ditimbulkan dari hal tersebut yaitu sulitnya penyalaan pada proses pembakaran awal, lama penyimpanan, serta nilai kalorinya. Untuk mengatasi problem trsebut, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap daya rekat dengan jalan mengoptimasi rasio campuran berbagai bahan perekat dengan batubara-sekam padi. Pada penelitian ini digunakan bahan perekat tepung sagu dan parafindan hasilnya menunjukkan bahwa daya rekat bio-briket cendrung meningkat seiring dengan meningkatnya rasio bahan perekat yaitu perekat tepung kanji dan parafin masing-masing memberikan kekuatan daya rekat dengan beban tekan 1,59 kg/cm2 pada rasio campuran 3: 20, nilai kalor 5573 kkal/kg untuk perekat kanji dan 1,16 kg/cm2 pada rasio campuran 4 : 20, nilai kalor 7300 kkal/kg untuk perekat parafin

    PENGARUH SUHU TERHADAP PRODUKSI ASAP CAIR DARI BLENDING LIMBAH BIOMASSA CANGKANG SAWIT DENGAN BATUBARA SECARA PIROLISIS

    Get PDF
    Asap cair merupakan produk utama dalam pengolahan blending limbah biomassa cangkang sawit dengan batubara secara pirolisis, memiliki kandungan utama yaitu senyawa fenol, karbonil dan asam. Tujuan penelitian untuk mengetahui persentase produk asap cair terhadap pengaruh rasio massa blending limbah biomassa cangkang sawit dengan batubara secara pirolisis dan pengaruh suhu terhadap kualitas produk asap cair yang dihasilkan dari blending limbah biomassa cangkang sawit dengan batubara secara pilorisis. Metode penelitian dengan cara preparasi sampel cangkang sawit dengan batubara kemudian diblending dengan variable rasio (gram) 0 :1000;  250:750; 500:500; 750:250;1000:0 kemudian dilanjutkan dengan metode pirolisis dengan variable suhu pirolisis 200 0 C pada waktu 60 menit, 300 0 C pada waktu 40 menit, 400 0 C pada waktu 25 menit. Asap hasil pembakaran dikondensasi dengan kondensor, didiamkan selama 1 minggu dipisahkan di corong pisah, diuji kimia yaitu pH, kadar air, %rendemen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa presentase produk asap cair dari blending limbah biomassa cangkang sawit dengan rasio massa 25:75, 50:50, 75:25, dan 100:0 menghasilkan presentase terendah yaitu perbandingan 0:100 pada suhu 200 0 C dgn nilai presentase produk asap cair 2,00 % dan presentase produk asap cair paling banyak yaitu perbandingan 100:0 suhu 400 0 C dengan persentase asap cair 27,11%. Adapun pengaruh perubahan suhu terhadap kualitas produk asap cair yang terbaik diperoleh dengan rasio massa blending cangkang sawit dengan batubara 100:0 pada perlakuan suhu 400 0 C, dengan produk asap cair bersifat asam (ph = 3,53). Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa presentase produk asap cair terhadap pengaruh rasio massa yaitu 27,11% dan suhu yang optimum digunakan adalah 400  0 C

    PEMANFAATAN ASAP CAIR DARI BLENDING LIMBAH BIOMASSA CANGKANG SAWIT DAN TEMPURUNG KELAPA DALAM SECARA PIROLISIS MENJADI INSEKTISIDA ORGANIK

    Get PDF
    Pengolahan blending limbah biomassa cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam secara pirolisis menghasilkan produk asap cair sebagai produk utama dan chart, arang sebagai produk samping. Dimana asap cair imi yang memiliki kandungan utama yaitu senyawa fenol, karbonil dan asam. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium pengantar teknik kimia jurusan teknik kimia FTI UMI. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : (1) Mengetahui presentase rendemen asap cair yang dihasilkan setiap gram limbah biomassa cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam. (2). Mengetahui karakteristik senyawa yang terdapat dalam asap cair pada limbah biomassa cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam.(3). Mengetahui efektifitas asap cair sebagai intektisida organik. Penelitian ini dilakukan dengan cara preparasi sampel cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam kemudian diblending dengan variable rasio (gram) 0 :100; 25:75; 500:500; 750:250;1000:0 kemudian dilanjutkan dengan metode pirolisis dengan variable suhu pirolisis 400 0 C pada waktu 60 menit, Asap hasil pembakaran dikondensasi dengan kondensor, hasil proses pirolisis diperoleh tiga produk yaitu asap cair, Chart dan arang kemudian asap cair didiamkan selama 1 minggu di dalam di corong pisah, dipisahkan antara asap cair dan chart kemudian asap cair diuji kimia dan fisik selanjutnya diaplikasikan untuk pembasmian serangga. Dari hasil penelitian dan pembahasan pada asap cair dari sampel blending limbah biomassa cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam secara pirolisis dapat diambil kesimpulan bahwa persen rendemen pada asap cair dengan 1000 gram sampel hasilnya terus meningkat secara signifikan di mana semakin banyak komposisi tempurung kelapa maka semakin besar persen rendemennya. Di mana Asap cair ini digolongkan asap cair grade C, yang berwarna coklat pekat dan berbau asap cukup keras. Karakteristik produk asap cair (viskositas, pH, massa jenis dan kadar asam asetat) yang dihasilkan dari blending limbah biomassa cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam dengan rasio massa 0 : 100, 25:75, 50:50, 75:25, dan 100:0 dimana sampel tersebut telah memenuhi standar mutu asap cair spesifikasi jepang. Produk pada sampel cangkang sawit dan tempurung kelapa dalam memiliki efektifitas asap cair sebagai intektisida organik sangat baik di mana asap cair ini dapat mematikan serangga/hama dengan waktu yang singkat

    ANALISIS RASIO BAHAN PEREKAT DENGAN CAMPURAN BATUBARA, SEKAM PADI TERHADAP KEKUATAN DAYA REKAT BIO-BRIKET

    Get PDF
    Salah satu faktor yang menentukan kualitas bio-briket batubara-sekam padi adalah kekuatan daya rekatnya.  Beberapa implikasi yang dapat ditimbulkan dari hal tersebut yaitu sulitnya penyalaan pada proses   pembakaran awal, lama penyimpanan, serta nilai kalorinya. Untuk mengatasi problem trsebut, maka  perlu dilakukan  perbaikan terhadap daya rekat dengan jalan mengoptimasi rasio campuran  berbagai bahan perekat dengan  batubara-sekam padi. Pada penelitian ini digunakan bahan perekat tepung sagu dan parafindan hasilnya menunjukkan bahwa daya rekat bio-briket cendrung meningkat seiring dengan meningkatnya rasio bahan perekat  yaitu perekat tepung kanji dan parafin masing-masing memberikan kekuatan daya rekat dengan beban tekan  1,59 kg/cm2 pada rasio campuran 3: 20, nilai kalor 5573 kkal/kg untuk perekat kanji dan 1,16 kg/cm2 pada rasio campuran 4 : 20, nilai kalor 7300 kkal/kg untuk perekat parafin

    HUBUNGAN HASIL ANALISIS GRAFOLOGI DENGAN HASIL BELAJAR PRAKTIKUM ZOOLOGI INVERTEBRATA MAHASISWA ANGKATAN 2013 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

    Get PDF
    This research discusses the relationship between graphology analysis results and the results of student learning lab of Invertebrate Zoology. The problems of this research that is how the image of graphology analysis of student results, how the image of Invertebrate Zoology lab learning outcomes of students and whether there is a relationship between graphology analysis results with the learning outcomes of Invertebrate Zoology lab. The purpose of this study is to describe the student graphology analysis results, to describe the learning outcomes of Invertebrate Zoology practicum students and to determine whether there is a relationship between the results of graphology analysis of the learning outcomes of Invertebrate Zoology studentpracticum.This research is a correlational study. Research is done in the laboratory of Biology Education and Teaching Faculty of MT, UIN Alauddin Makassar. The population in this study were all students of the Department of Biology force in 2013, amounting to 115 people with a sample of 29 (25%). To obtain data on graphology analysis results, this study uses the full report of Invertebrate Zoology lab as handwriting samples of students were analyzed using graphology assessment instruments. While data on practicum learning outcomes, used assessment instruments of practicum. Data analysis technique used is descriptive and inferential statistics.Graphology analysis results obtained by the average value of 57.4 in the medium category. Practicum learning outcomes obtained by the average value of 65.7 in middle category. The results of inferential statistical analysis with Pearson product moment correlation r value of 0.928 was obtained which showed there was a significant relationship between graphology analysis results with the results of student learning lab

    PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI 2012-2016)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate social responsibility, kepemilikan manajerial dan good corporate governance (proporsi komisaris independen dan komite audit) terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating. Populasi penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. Metode yang digunakan adalah purposive sampling, maka didapatlah 101 sampel sebagai pengamatan penelitian. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan, komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan, profitabilitas tidak berpengaruh hubungan antara corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan, profitabilitas tidak berpengaruh hubungan antara kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan, profitabilitas memoderasi hubungan antara komisaris independen terhadap nilai perusahaan, profitabilitas memoderasi hubungan antara komite audit terhadap nilai perusahaan

    PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH KULIT UDANG SEBAGAI KOAGULAN PENJERNIHAN AIR

    Get PDF
    Kurang optimalnya pemanfaatan limbah kulit udang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pemanfaatan limbah kulit udang dalam industri rumah tangga umumnya diolah menjadi terasi atau dikeringkan untuk pakan unggas. Penelitian ini dilakukan peningkatan nilai tambah dengan melakukan preparasi sampel limbah kulit udang, pencucian kemudian direbus dalam air mendidih (± 80°C) selama 15 menit. Selanjutnya dikeringkan dibawah sinar matahari dan proses penghalusan. Setelah itu di proses dengan pembuatan kitin di mana pada proses pembuatan kitin meliputi proses deproteinasi (proses penambahan NaOH 5 %) menghasilkan Crude kitin kemudian dilanjutkan proses demineralisasi (proses penambahan HCl 2 N) menghasilkan kitin dan dilanjutkan proses deasetilasi (proses penambahan NaOH 50 %) menghasilkan kitosan. Hasil penelitian menunjukan 50 gram limbah kulit udang menghasilkan 11,25 gram kitosan dan dapat menurunkan kekeruhan air sungai sebesar 98,63%

    PRODUKSI BAHAN BAKAR ALTERNATIF BRIKET DARI HASIL PIROLISIS BATUBARA DAN LIMBAH BIOMASSA TONGKOL JAGUNG

    Get PDF
    Banyaknya limbah biomassa tongkol jagung yang tidak termanfaatkan sehingga perlu dilakukan sebuah penelitian untuk pemanfaatan limbah tersebut menjadi bahan bakar alternatif briket. Biomassa tongkol jagung zero sulfur dapat digunakan untuk bahan campuran batubara higt sulfur untuk menurunkan kadar sulfur pada briket. Metodologi yang dilakukan melalui empat tahapan, yakni proses pirolisis bahan batubara dan biomassa. Setelah itu proses penggilingan dan pengayakan arang dengan ukuran partikel +50 -120 mesh. Selanjutnya dilakukan pencetakan briket dan yang terakhir tahap pengujian (Uji Proximate, Uji Ultimate, Kecepatan pembakaran). Hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh briket terbaik berdasarkan uji proximate dengan nilai kalor tertinggi pada briket tongkol jagung dengan nilai kalor 6771 kal/gr. Sedangkan perbandingan massa batubara-biomassa yang memenuhi Standar SNI briket yaitu perbandingan 25:75. Berdasarkan uji laju pembakaran briket diketahui jika biomassa mempercepat proses pembakaran.

    REVIEW: KANDUNGAN DAN JENIS PROTEIN PADA BERBAGAI JENIS KACANG-KACANGAN TERHADAP RENDEMEN PRODUK TAHU

    Get PDF
    Kacang-kacangan merupakan bagian penting sumber pangan yang kaya akan sumber protein. Kacang-kacangan memiliki kandungan protein yang berkisar antara 20-25%, sedangkan pada kedelai sekitar 40%. Umumnya, protein yang terkandung pada kacang-kacangan adalah lisin, leusin, dan isoleusin. Protein adalah polipeptida yang tersusun oleh rantai asam-asam amino melaui ikatan peptida. Tahu merupakan produk olahan pangan yang umumnya terbuat dari kedelai yang populer di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2021), konsumsi rata-rata tahu per kapita di Indonesia senilai 0,304 kg setiap minggu dan diperkirakan akan mengalami kenaikan sekitar 3,75%. Tahu memiliki ikatan erat dengan susu kedelai karena susu kedelai merupakan tahap awal pembuatan tahu. Proses pembuatan tahu yaitu pencucian, perendaman, penirisan, penggilingan, penyaringan, pendidihan, koagulasi, dan pengepresan. Penggumpal / koagulan merupakan salah satu bahan penting yang dibutuhkan dalam pembuatan tahu. Metode yang dilakukan adalah literature review, penulis akan mencari dan mengumpulkan kurang lebih 60 artikel jurnal ilmiah yang telah dipublikasi di berbagai website terpercaya menggunakan ScienceDirect dan Google Scholar. Kriteria eksklusi bila informasi literatur yang digunakan tidaklah jelas dan memiliki umur yang sudah tua maka tidak digunakan sehingga hasil pembahasan yang akan ditulis akan lebih jelas. Kriteria inklusi bila pustaka yang akan digunakan yaitu umur pustaka 2013-2022, memiliki informasi yang jelas dan relevan, sumber terpercaya serta terintegrasi sinta S1-S2 atau SCImago Q1-Q4. Kriteria literatur yang dibutuhkan akan dipastikan reputasinya menggunakan Scimago Q1-Q4 dan Sinta S1-S2. Tujuan dari review penelitian ini adalah mencari lebih lanjut apakah selain kacang kedelai dapat menjadi produk tahu dan untuk menggali faktor apa saja yang mempengaruhi hasil pembuatan tahu, mencari senyawa apa saja yang terdapat pada kacang-kacangan, kandungan asam amino, serta manfaatnya. Hasil dari penelitian review, WHC tertinggi didapatkan oleh kedelai hijau yaitu 97,54% dengan metode STD dan menggunakan koagulan CaCl2 sedangkan hasil terendah didapatkan pada kacang kedelai yaitu 73% menggunakan koagulan fermentasi whey kedelai dengan metode pendidihan dan penyaringan berulang. Pada hasil yield tertinggi didapatkan oleh kacang kedelai yaitu 255,34% menggunakan koagulan fermentasi whey kedelai dengan metode pendidihan dan penyaringan berulang sedangkan hasil terendah didapatkan pada kacang kedelai menggunakan metode ultrasonik dengan koagulan CaSO4. Selain sebagai tahu, berbagai kacang-kacangan yang telah di review juga dapat diolah sebagai pasta, tepung, susu, sari kedelai, natto, miso, keju, yogurt, es krim, dan biskuit
    corecore