12 research outputs found

    POTENSI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANAMAN JAGUNG

    Get PDF
    Potential of vesicular arbuscular mycorrhiza in increasing maize yieldVesicular arbuscular mycorrhizae ( VAM ) can associate and symbiose with 97% high level plant family. VAM is included in ordo Glomales, and based on the body structure and infection way can be grouped into endomycorrhizae and ectomycorrhizae. VAM is able to improve the physical and chemical properties of soil, increase nutrient absorption, improve plant resistance to drought, protect roots from pathogens, increase plant yield, and release the P fixation. Ectomycorrhizae fungi can be consumed and as medicine. Application of VAM up to 20 g/plant and 100% NPK dosage in Inceptisols affected root infection, P absorption, biomass weight, and increased maize yield. P absorption was positively correlated with the maize yield. VAM reduced the rate of NPK fertilizer up to 50%. Application of 50% NPK fertilizer added with VAM 15 g/plant produced maize yield that was not significantly different with application of 100% NPK fertilizer. The highest maize yield was produced with application of 100% NPK fertilizer added with VAM 20 g/plant.Keywords: Zea mays, vesicular arbuscular mycorrhizae, yiel

    PENGARUH MIKORIZA DAN AMELIORAN PADA BAWANG PREI DI LAHAN TERCEMAR ABU VULKANIK

    Get PDF
    Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara memberikan dampak kurang baik terhadap kesuburan lahan dan kualitas hasil pertanian. Pencemaran abu vulkanik menyebabkan terjadinya penurunan pH tanah, peningkatan kadar Fe dan S, serta pemadatan tanah. Kegiatan penelitian pemberian bahan amelioran pupuk kandang dan kapur dolomit serta mikoriza pada bawang prei telah dilaksanakan di lahan tercemar abu vulkanik, di Desa Sirumbia, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo sejak Mei hingga Oktober 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada lahan yang tercemar abu vulkanik, pemberian bahan amelioran seperti pupuk kandang dan kapur dolomit atau mikoriza perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Tanpa pemberian bahan-bahan tersebut pertumbuhan dan hasil tanaman ternyata lebih rendah. Hasil bawang prei segar tertinggi yaitu sebesar 20,83 t/ha diperoleh dari pemberian 100% pupuk Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing sebanyak 400, 200 dan 150 kg/ha, yang diikuti dengan penambahan pupuk kandang 5 t/ha, dolomit 500 kg/ha dan mikoriza sebanyak 10 g/tanaman. Pemberian pupuk dan mikoriza berperan dalam meningkatkan produktivitas tanaman yang dibudidayakan pada lahan tersebut dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani.ABSTRACTThe Effect of Mycorrhiza and Ameliorants on Leek Crops in the Volcanic Ash Contaminated Lands. Eruption of the Sinabung volcano in Karo district, North Sumatera province produced the unfavorable impact to the fertility of land and quality of agricultural products. The volcanic ash pollution caused soil pH reduction, the increasing level of Fe and S, and the soil compaction. A study on the application of ameliorant materials of manure, dolomite lime and mycorrhiza to leek crops was conducted in the contaminated land by volcanic ash, which was in Sirumbia village, Simpang Empat sub district, Karo district from May to October 2015. The results showed that in the contaminated land by volcanic ash, the application of ameliorant materials such as manure, dolomite lime or mycorrhiza were necessary without the application of these materials, the crop growth and yield were significantly lower than with application. The highest yield of leek was 20.83 t/ha produced by the application of 100% fertilizers i.e Urea, SP-36 and KCl up to 400, 200 and 150 kg/ha respectively and it was followed with the addition of 5 t/ha manure, 500 kg/ha dolomite lime and 10/single plant.  The application of mycorrhiza and fertilizers could increase crops productivity cultivated in the erupted land, thus it also can increase farmers’ income. 

    DISEMINASI DAN KINERJA INOVASI TEKNOLOGI BUDI DAYA PADI PADA BEBERAPA AGROEKOSISTEM DI SUMATERA UTARA / The Dissemination and Performance of Rice Cultivation Technology Innovation in Several Agro-ecosystems in North Sumatera

    Get PDF
    Rice cultivation technology developed in farmers currently is not yet the best (best management practices), so the obtained result is still relatively low. This is because farmers do not get information about cultivation technology innovation that is appropriate to the local agro-ecosystem. This paper discusses the dissemination and performance of rice cultivation technology innovation in several agro-ecosystems in North Sumatera in 2018. The discussion is directed at sosialization and technical guidance to Farmers and Field Agriculture Instructor and application of rice cultivation technology in the three types of land. The implemeted rice cultivation innovations include: (1) Jarwo Super technology in irrigated paddy fields in Pematang Setrak Village, Teluk Mengkudu, Serdang Bedagai District, (2) Raisa technology in tidal land in Sei Tuan Village, Pantai Labu, Deli Serdang District, and (3) Largo Super technology in dry land in Sena Village, Batang Kuis, Deli Serdang District, North Sumatera. From the result of the study, it can be concluded that interest and response of Farmers and Field Agriculture Instructor to technology innovation developed were quite good. They were eager to follow the technical guidance that took place at the assessment site. The highest result was obtained from the application of Jarwo Super technology in irrigated paddy fields about 10.50 ton/ha Harvested Dry Grain (HDG). The application of Raisa technology in tidal land produced 5,80 ton/ ha HDG and from the application of Largo Super technology in dry land about 2,65 ton/ha HDG.Keywords: Rice, cultivation, paddy field, tidal land, dry land  AbstrakTeknologi budi daya padi yang berkembang di petani saat ini belum yang terbaik (best management practices) sehingga hasil yang diperoleh relatif masih rendah. Hal ini disebabkan karena petani tidak mendapatkan informasi inovasi teknologi budi daya yang sesuai dengan agroekosistem setempat. Tulisan ini membahas diseminasi dan kinerja inovasi teknologi budi daya padi pada beberapa agroekosistem di Sumatera Utara pada tahun 2018. Pembahasan diarahkan pada sosialisasi dan bimbingan teknis kepada petani dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) serta penerapan teknologi budi daya padi pada tiga tipe lahan. Inovasi budi daya padi yang diterapkan antara lain: (1) teknologi Jarwo Super pada lahan sawah irigasi di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, (2) teknologi Raisa pada lahan pasang surut di Desa Sei Tuan, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, dan (3) teknologi Largo Super pada lahan kering di Desa Sena, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa minat dan respon petani serta PPL terhadap inovasi teknologi yang dikembangkan cukup baik. Mereka bersemangat mengikuti bimbingan teknis yang berlangsung di lokasi pengkajian. Hasil tertinggi diperoleh dari penerapan teknologi Jarwo Super pada lahan sawah irigasi 10,50 t/ha gabah kering panen (GKP). Penerapan teknologi Raisa pada lahan sawah pasang surut menghasilkan 5,80 t/ha GKP dan dari penerapan teknologi Largo Super pada lahan kering 2,65 t/ha GKP.Kata kunci: Padi, budi daya, lahan sawah, lahan pasang surut, lahan kering

    Respon Beberapa Varietas Padi pada Lahan Rawa Pasang Surut di Kabupaten Serdang Bedagai dalam Mendukung Ketahanan Pangan

    Get PDF
    AbstrakLahan rawa pasang surut mempunyai masalah dan kendala yang cukup berat untuk dijadikan lahan pertanian yang produktif khususnya tanaman padi sawah. Tingkat salinitas yang tinggi dapat menyebabkan gagal panen. Salah satu upaya untuk pengembangan lahan rawa pasang surut adalah menggunakan varietas padi yang tahan terhadap perubahan salinitas dan perbaikan kesuburan lahan. Kegiatan ini bertujuan melihat respon beberapa varietas padi pada lahan pasang surut Kabupaten Serdang Bedagai. Kegiatan dilaksanakan di Desa Lubuk Saban, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan April hingga Agustus 2020. Varietas yang diuji terdiri atas Inpara 3, 10, Inpari 32 dan 34 Salin Agritan. Metode penelitian yang dilakukan yaitu metode survey. Hasil kegiatan memperlihatkan bahwa varietas Inpara mampu beradaptasi baik pada lokasi pengkajian. Hasil gabah terbanyak diperoleh dari varietas Inpara 10, selanjutnya Inpara 3, Inpari 34 salin agritan dan yang terendah oleh varietas Inpari 32. Varietas Inpari 34 memiliki penampilan yang tertinggi dan umur panen yang tercepat atau genjah dibandingkan varietas Inpari 32, Inpara 3 dan 10. Umur panen yang terdalam adalah varietas Inpara 10. Hasil gabah kering panen terbanyak diperoleh dari varietas Inpara 10 sebanyak 6,90 t/ha

    Respon Beberapa Varietas Padi pada Lahan Rawa Pasang Surut di Kabupaten Serdang Bedagai dalam Mendukung Ketahanan Pangan

    Full text link
    Lahan rawa pasang surut mempunyai masalah dan kendala yang cukup berat untuk dijadikan lahan pertanian yang produktif khususnya tanaman padi sawah. Tingkat salinitas yang tinggi dapat menyebabkan gagal panen. Salah satu upaya untuk pengembangan lahan rawa pasang surut adalah menggunakan varietas padi yang tahan terhadap Perubahan salinitas dan perbaikan kesuburan lahan. Kegiatan ini bertujuan melihat respon beberapa varietas padi pada lahan pasang surut Kabupaten Serdang Bedagai. Kegiatan dilaksanakan di Desa Lubuk Saban, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan April hingga Agustus 2020. Varietas yang diuji terdiri atas Inpara 3, 10, Inpari 32 dan 34 Salin Agritan. Metode penelitian yang dilakukan yaitu metode survey. Hasil kegiatan memperlihatkan bahwa varietas Inpara mampu beradaptasi baik pada lokasi pengkajian. Hasil gabah terbanyak diperoleh dari varietas Inpara 10, selanjutnya Inpara 3, Inpari 34 salin agritan dan yang terendah oleh varietas Inpari 32. Varietas Inpari 34 memiliki penampilan yang tertinggi dan umur panen yang tercepat atau genjah dibandingkan varietas Inpari 32, Inpara 3 dan 10. Umur panen yang terdalam adalah varietas Inpara 10. Hasil gabah kering panen terbanyak diperoleh dari varietas Inpara 10 sebanyak 6,90 t/ha
    corecore