97 research outputs found

    Valuasi Ekosistem Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Pulau Gili Matra menggunakan Analisis Emergy

    Get PDF
    The main problem in assessing coral reef ecosystems is selecting the right method to describe their ecological potential. The percentage of live coral cover has so far been used to indicate the condition of coral reefs. This assessment method is easy to apply but has not been able to describe the value of the ecosystem for the benefit of loss or damage to coral reef ecosystems. Further analysis based on energy use for the delivery of ecosystem services is needed, which is called Emergy analysis. This study aims to determine the value of coral reef ecosystems in the Pulau Gili Matra Marine Protected Area, Lombok, West Nusa Tenggara using Emergy analysis. Valuation of ecosystem services in the total emergy calculations is carried out by collecting data on live coral cover, biomass of zooxanthellae, reef fish and megabenthos in different management zones, i.e. core zone, utilization zone and fisheries zone. Meanwhile, energy supplies from outside the system, namely the sun and tides are also included in this total emergy calculation. The results show that the highest total emergy value is found in the core zone, 1.44E+15 sej/year while the lowest is in the fisheries zone, 2.94E+14 sej/year. Equalizing the value of the coral reef ecosystem with money, using the calculation of the Emergy to Money Ratio (EMR), the EMR value is 5.75E+07 sej per Rupiah (Rp). As a result, the value of the coral reef ecosystem is Rp 7.115.291/m2/year in the core zone and Rp 4.261.099/m2/year in the fishery zone. The value of a coral reef ecosystem can be determined from the condition of the coral reef which includes variables on live coral cover, biomass of zooxanthellae, reef fish and megabenthos.  Permasalahan utama dalam penilaian ekosistem terumbu karang adalah memilih metode yang tepat untuk menggambarkan potensi ekologinya. Persentase tutupan karang hidup sejauh ini digunakan untuk menunjukkan kondisi terumbu karang. Metode penilaian ini mudah untuk diterapkan tetapi belum mampu menggambarkan nilai ekosistem untuk kepentingan kerugian atau kerusakan ekosistem terumbu karang. Diperlukan analisis lanjutan berbasis penggunaan energi untuk menyediakan layanan ekosistem yang disebut analisis Emergy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai (value) ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Pulau Gili Matra, Lombok, Nusa Tenggara Barat menggunakan analisis Emergy. Penilaian layanan ekosistem berupa penghitungan total emergy dilakukan melalui pengumpulan data tutupan karang hidup, biomassa zooxanthella, ikan terumbu karang dan megabentos di zona pengelolaan yang berbeda, yaitu zona inti, pemanfaatan dan perikanan. Sedangkan pasokan energi dari luar sistem, yaitu matahari dan pasang surut juga disertakan dalam perhitungan total emergy ini. Hasil menunjukkan bahwa nilai total emergy di zona inti memiliki nilai tertinggi, sebesar 1.44E+15 sej/th sedangkan yang terendah di zona perikanan yaitu 2.94E+14 sej/th. Penyetaraan nilai ekosistem terumbu karang dengan nilai uang, menggunakan perhitungan rasio emergy terhadap mata uang (Emergy to Money Ratio/EMR), nilai EMR adalah 5.75E+07 sej per Rupiah (Rp). Nilai ekosistem terumbu karang sebesar Rp. 7.115.291/m2/th di zona inti dan sebesar Rp. 4.261.099/m2/th di zona perikanan. Nilai ekosistem terumbu karang hasil analisis Emergy dapat ditentukan dari kondisi terumbu karang yang meliputi variabel tutupan karang hidup, biomassa zooxanthellae, ikan terumbu karang dan megabentos

    Mikrofragmentasi Untuk Restorasi Karang Masif di Pulau Sambangan Karimunjawa

    Get PDF
    Coral reefs in Indonesia has been degraded due to various environmental stressors and only a few are left under very good category. Coral reef restoration efforts need to be planned to improve the condition of damaged coral reef ecosystems. Microfragmentation is one of the methods used for massive coral reef restoration. This research aims to determine the growth rate and survival rate of Porites and Cyphastrea using different fragment sizes. The coral fragments were used 1 cm2, 2 cm2, and 4 cm2. This research was conducted in a maintenance tank owned by PT Pura Baruna Bahari located on Sambangan Island from September to December 2021. Observation of growth rate and survival rate were checked every one week by taking photos of coral fragments. These photos were processed using Image J. The results show that the highest growth rate of Porites was found in fragments 2 cm2 (0.272 cm2/week) and the lowest was obtained from fragments 4 cm2 (0.092 cm2/week). The highest growth rate of Cyphastrea was found in fragments 2 cm2 with the growth rate of 0.736 cm2/week and the lowest was obtained from fragments 4 cm2 with the growth rate of 0.447 cm2/week. The survival rates of coral fragments Porites and Cyphastrea were 100% and 98.21%, respectively. The results of growth rate analysis using One Way ANOVA showed that there was a significant difference (P0.05) were found on Cyphastrea’s growth rate. The highest growth rate was achieved at 2 cm2 fragments of Porites and Cyphastrea fragments.  Kondisi ekosistem terumbu karang di Indonesia telah mengalami degradasi akibat berbagai tekanan lingkungan, dan hanya sedikit yang berada dalam katagori sangat baik. Restorasi terumbu karang perlu dilakukan untuk memperbaiki kondisi ekosistem terumbu karang yang telah rusak. Mikrofragmentasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk usaha restorasi terumbu karang masif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan kelulushidupan karang Porites dan Cyphastrea menggunakan ukuran fragmen yang berbeda. Fragmen karang yang digunakan berukuran 1 cm2, 2 cm2, dan 4 cm2. Penelitian ini dilakukan di bak pemeliharaan milik PT Pura Baruna Bahari yang terletak di Pulau Sambangan pada bulan September – Desember tahun 2021. Pengamatan laju pertumbuhan dan kelulushidupan dilakukan setiap 1 minggu dengan cara pengambilan foto fragmen karang. Pengolahan data laju pertumbuhan dilakukan menggunakan perangkat lunak Image J. Hasil penelitian ini berupa laju pertumbuhan dan kelulushidupan setiap fragmen karang Porites dan Cyphastrea. Laju pertumbuhan Porites tertinggi didapatkan pada fragmen yang berukuran 2 cm2 dengan nilai 0,272 cm2/minggu dan terendah didapatkan dari fragmen yang berukuran 4 cm2 dengan nilai 0,092 cm2/minggu. Laju pertumbuhan Cyphastrea tertinggi didapatkan pada fragmen yang berukuran 2 cm2 dengan nilai 0,736 cm2/minggu dan terrendah didapatkan dari fragmen yang berukuran 4 cm2 dengan nilai 0,447 cm2/minggu. Kelulushidupan fragmen karang Porites dan Cyphastrea secara berurutan bernilai 100% dan 98,21%.  Hasil analisa laju pertumbuhan menggunakan One Way ANOVA menunjukkan berbeda nyata (P0,05) pada karang Cyphastrea. Laju pertumbuhan tertinggi dicapai pada fragmen ukuran 2 cm2 pada fragmen karang Porites dan Cyphastrea.

    Kesesuaian Perairan Untuk Wisata Selam Dan Snorkeling Di Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu

    Full text link
    Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu merupakan kawasan yang memiliki potensi untuk wisata selam dan snorkeling, sehingga perlu dilakukan studi kesesuaian dan daya dukung kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekosistem terumbukarang dan tingkat kesesuaian untuk wisata selam dan snorkeling. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Hasil studi menunjukkan lokasi yang berpotensi untuk wisata selam adalah stasiun 1 (S2), 3 (S2), 5 (S1) dan 7 (S1). Hasil studi untuk wisata snorkeling menunjukkan terdapat tiga stasiun yang sangat sesuai (S1) yaitu stasiun 2, 6 dan 8, sedangkan stasiun 4 termasuk kategori cukup sesuai (S2). Daya Dukung Kawasan untuk wisata selam mendapatkan hasil seluas ±18.499 m2 sebanyak 74 orang/hari dengan daya dukung pemanfaatan ±7 orang/hari. Daya Dukung Kawasan untuk wisata snorkeling didapatkan luas area sebesar ±228.811 m2 sebanyak 915 orang/hari dengan Daya Dukung Pemanfaatan ±91 orang/hari

    KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH

    Get PDF
    Integrated thematic learning is learning that uses the theme to associate some subjects that can provide meaningful experiences and provide benefits for students. This study aims to determine the perception of lower grade elementary school teachers towards the implementation of thematic learning in learning; constraints faced by teachers in developing lesson plans, selecting media, and choose appropriate learning methods that can improve student learning outcomes. This study used a qualitative approach. Data collection techniques such as questionnaires, observation, interviews, documentation, which is used to study the problems in the thematic learning in low-grade elementary school. These results indicate that teachers' understanding and knowledge of thematic learning is good enough. Integrated learning is an instructional model that is most suitable for low-grade primary school students, because the thematic learning / integrated, the child may be invited to participate actively in exploring the topics or events. The difficulty is in the preparation and implementation of the lesson plan is still encountering many obstacles, especially in the search for methods and media to suit all themes, while determining the success of the measuring instrument thematic learning (learning evaluation) that can accommodate some of the materials that are combined rather difficult to formulate. The way out is taken of teachers in the face of difficulties develop thematic learning circumvented by increasing discussions with colleagues and multiply by searching reference sources on the internet or other web. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna serta memberikan keuntungan bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru SD kelas rendah terhadap penerapan pembelajaran tematik dalam pembelajaran; kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan RPP, memilih media, dan memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa kuisioner, observasi, wawancara, dokumentasi, yang digunakan untuk mengkaji permasalahan dalam pembelajaran tematik di kelas rendah SD. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemahaman dan pengetahuan guru tentang pembelajaran tematik sudah cukup baik. Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang paling sesuai untuk siswa SD kelas rendah, karena dalam pembelajaran tematik/terpadu, anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian. Kesulitannya adalah dalam penyusunan dan pengimplementasian rencana pelaksanaan pembelajaran masih menemui kendala terutama dalam mencari metode dan media yang sesuai dengan semua tema, sementara penentuan alat ukur keberhasilan pembelajaran tematik (evaluasi pembelajaran) yang bisa mengakomodir beberapa materi yang digabungkan agak sulit untuk dirumuskan. Jalan keluar yang diambil guru dalam menghadapi berbagai kesulitan mengembangkan pembelajaran tematik disiasati dengan memperbanyak diskusi dengan teman sejawat dan memperbanyak referensi dengan mencari sumber di internet atau web lainnya. &nbsp

    Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Di Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Taman Nasional Perairan Laut Sawu Menggunakan Metode Manta Tow

    Full text link
    Waters of the Savu Sea serves strategic means for the development of East Nusa Tenggara province, because most of the district / city in the province is highly dependent on the Savu Sea. The purpose of this study was to determine the condition of coral reef ecosystems using the Manta Tow in the waters of the East Rote, District of Rote Ndao, province of East Nusa Tenggara in the plan of conservation areas Savu Sea Marine National Park. The results show the percentage of hard coral life cover in the East Rote 3 study sites in the category of bad. The west side has average cover of 23.98%. Mulut Seribu Strait have hard coral life cover percentage of 15.8% and eastern side has the lowest percentage to hard coral life cover average by 12.33%

    BENTUK DAN FUNGSI GAYA BAHASA PADA PIDATO FRANÇOIS HOLLANDE

    Get PDF
    Cette recherche a pour but de décrire la forme et la fonction du style figuratif dans les discours de François Hollande. Le sujet de la recherche est les mots, les groupes de mots, et les phrases qui sont trouvés dans les discours de François Hollande lors de l’inauguration du musée de la Fondation Louis Vuitton au 23 octobre 2014, et celle de la cité de la musique Philharmonie au 15 janvier 2015. L’objet de cette recherche est la forme et la fonction du style figuratif dans les discours de François Hollande. La collecte des données pour déterminer la forme du style figuratif du discours se fait à travers de la méthode de lecture attentive (SBLC) et la technique de note en utilisant le tableau de données. L’analyse des données utilise la méthode de distribution en employant la technique de la distribution immédiate (BUL) qui se poursuit par la technique de marque (BM) et l’analyse componentielle. La fixation de la fonction du style figuratif du discours emploie ensuite la méthode d’identification référentielle à l’aide de la technique de la segmentation de l’élément décisif (PUP) et la technique de la comparaison de l’élément essentiel (HBS). La fonction de l’utilisation du style figuratif du discours est analysée selon le contexte en employant des composants SPEAKING. La validité des données dans cette recherche est acquise grâce à la validité sémantique, la fiabilité d’intra-rater, et le jugement des experts. Les résultats de la recherche montrent qu’il existe huit formes de style figuratif utilisés dans les discours de François Hollande, ce sont la répétition (35 données), l’hyperbole (25 données), l’antithèse (14 données), la métaphore (12 données), la personnification (4 données), la rhétorique (3 données), la comparaison (1 donnée), et la synecdoque (1 donnée). Les discours de François Hollande utilisent tant de styles figuratifs en forme de la répétition. Cette répétition est utilisée pour accentuer les éléments du discours qui sont considérés importants. Elle entraine également la valeur esthétique dans les vers du discours en ajoutant le rythme. En ce qui concerne avec la fonction du style figuratif, il existe dans cette recherche quatre fonctions de l’utilisation du style figuratif dans les discours de François Hollande. Ce sont la fonction référentielle (90 données), la fonction expressive (13 données), la fonction poétique (13 données), la fonction conative (3 données). La fonction de l’utilisation du style figuratif qui est fréquemment employée est la fonction référentielle. À travers de son discours, François Hollande tente de mettre en évidence les avantages des bâtiments inaugurés : le musée de la Fondation Louis Vuitton et la cité de la musique Philharmonie

    Kondisi Terumbu Karang Pada Lokasi Wisata Snorkeling Di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah

    Full text link
    Peningkatan jumlah kunjungan wisata snorkeling di Taman Nasional Karimunjawa dikhawatirkan dapat mengakibatkan penurunan tutupan terumbu karang pada lokasi wisata snorkeling. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi terumbu karang dan bentuk – bentuk kerusakannya akibat wisata snorkeling. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan manta tow untuk pengambilan data terumbu karang dan metode survey untuk kualitas perairan seperti suhu, salinitas, pH dan kecerahan. Persentase tutupan terumbu karang hidup pada lokasi wisata snorkeling di Taman Nasional Karimunjawa sebesar 33%-52,5%. Kondisi ini termasuk dalam kategori buruk-baik. Persentase tutupan terumbu karang hidup tertinggi terdapat pada Pulau Sintok dengan nilai 52,5% dan persentase tutupan terumbu karang terendah terdapat pada Pulau Menjangan Kecil dengan nilai 33%. Kerusakan terumbu karang yang ditimbulkan dari wisata snorkeling dapat berupa rubble (patahan karang) dan karang keras mati dikarenakan terinjak maupun terkibas fins

    Studi Penempelan Juvenil Karang Pocillopora Damicornis Pada Jenis Substrat Kolektor Dan Zona Terumbu Yang Berbeda Di Pulau Panjang, Kabupaten Jepara

    Full text link
    Coral reef at Panjang Island is being gradually degraded. At least, the availability of substrates that suitable for coral\u27s attachment has a great effect to coral abundance. The aim of this research is to know coral juvenile\u27s recruitment (Pocillopora damicornis) based on the abundance of coral juvenile which attaches on the different location (zone), placement (position), type of substrate, and time of observation. This experimental research was carried out on August-November 2009 at Panjang Island, Jepara. The research uses substrate from Cement Block and Andesite Stone placed on the column and bottom of water at reef flat and reef slope zone. The result shows that coral juvenile abundance rise significantly along with time rising. Abundance of coral juvenile also different between coral zones, P.damicornis juvenile on reef flat zone is more higher (86 colonies founds), than reef slope zone (64 colonies founds). This is because the substrate in reef slope zone was far from adult coral colonies which produce planula, whereas in reef flat zone there was much found adult coral colonies

    LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Lokasi : SMA Negeri 2 Klaten Jl. Angsana, Trunuh, Klaten Selatan Periode 1 Juli – 17 September 2014

    Get PDF
    Kuliah Kerja Nyata – Praktik Pengalaman Lapangan (KKN-PPL) terpadu merupakan langkah strategis untuk melengkapi kompetensi mahasiswa calon tenaga kependidikan. Dengan KKN-PPL terpadu mahasiswa dapat mendarmabaktikan ilmu akademisnya di lapangan. Sebaliknya mahasiswa juga dapat belajar dari lapangan. Dengan demikian mahasiswa dapat memberi dan menerima ( give and take ) berbagai keilmuan yang dapat menghantarkan mahasiswa menjadi calon tenaga pendidik professional. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) bertujuan untuk melatih praktikan dalam menerapkan kemampuannya dan pengetahuannya serta mempraktikkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Dengan demikian, praktikan diharapkan mempunyai bekal dan pengalaman sebagai calon pendidik yang berkualitas. Selain itu juga memacu pengembagan sekolah atau lembaga dengan cara menumbuhkan motivasi atas dasar kekuatan sendiri serta meningkatkan hubungan kemitraan antara UNY dan pihak sekolah. Kegiatan PPL di SMA Negeri 2 Klaaten, merupakan salah satu kesempatan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan kependidikan dalam mengamalkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah untuk diterapkan secara nyata di lingkungan sekolah. Ada beberapa hal yang dilakukan mahasiswa praktikan dalam pelaksanaan program praktek antara lain tahap persiapan, praktek mengajar, dan pelaksanaan. Beberapa persiapan PPL yang dilakukan antara lain kegiatan Micro teaching, observasi kegiatan pembelajaran di kelas dan menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap praktek mengajar, yang dilakukan mahasiswa praktikan antara lain menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, konsultasi dengan guru pembimbing dan pembuatan media. Praktek mengajar dilaksanakan pada tanggal 1 Juli sampai 17 September 2014. Hasil yang diperoleh dari kegiatan PPL yaitu mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata berkaitan dengan perencanaan, penyusunan perangkat pembelajaran, proses pembelajaran dan pengelolaan kelas
    • …
    corecore