8 research outputs found
KREATIFITAS SISWA SMK NEGERI 1 AMPEK ANGKEK DALAM PEMANFAATAN LIMBAH KAYU
This research was conducted to increase student creativity in utilizing wood waste at SMK Negeri 1 Ampek Angkek, Agam Regency. The main problem in this research is that students tend to be more passive and less creative, so they are constrained in creating ideas to work on using wood waste. This study uses qualitative methods with active participation observation data collection techniques, interviews and documentation. The data analysis technique was carried out in a descriptive-interpretative manner. Improving student creativity in utilizing sawdust waste is carried out in several important stages, including; preparing materials and equipment, making designs/sketches, learning processes and being creative in making sawdust products decorative, functional and aesthetic. The results of the study show that measuring students' abilities can be seen based on their ability to design works, persistence in working on works and students' creativity in making works. Efforts made to increase student creativity are carried out by using varied learning media and displaying visual forms in the form of videos of the process of making wood products and photos of examples of wood waste products, training students' abilities in creating new ideas in choosing product forms.Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam pemanfaatan limbah kayu di SMK Negeri 1 Ampek Angkek Kabupaten Agam. Permasalahan utama dalam penelitian yaitu siswa cenderung lebih pasif dan kurang kreatif, sehingga terkendala dalam menciptakan ide-ide untuk berkarya dalam pemanfaatan limbah kayu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi partisipasi aktif, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif interpretatif.. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam memanfaatkan limbah serbuk kayu dilakukan dengan beberapa tahapan penting antara lain; menyiapkan bahan dan peralatan, membuat desain/sketsa, proses pembelajaran dan berkreatifitas membuat produk limbah serbuk kayu dekoratif, fungsional dan estetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mengukur kemampuan siswa dapat dilihat berdasarkan kemampuan membuat rancangan karya, ketekunan dalam mengerjakan karya dan kreatifitas siswa dalam membuat karya. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kreatifitas siswa dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran yang variatif serta menampilkan bentuk visual berupa video proses berkarya produk kayu dan foto-foto contoh produk karya limbah kayu, melatih kemampuan peserta didik dalam menciptakan ide ide baru dalam memilih bentuk produk
DAMPAK KEKERASAN SEKSUAL PADA PEREMPUAN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS EKSPRESIONISME
Penciptaan karya dengan judul Dampak Kekerasan Seksual Pada Perempuan Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Lukis Ekspresionisme, merupakan penciptaan yang fokus terhadap perasaan pribadi, perasaan simpati dan faktor empirik terhadap dampak kekerasan seksual pada perempuan korban kekerasan seksual. Tindak kekerasan seksual cenderung menimbulkan dampak traumatis pada korban baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Trauma yang dirasakan akan mempengaruhi masa depannya dan menjadi duka yang sangat berpengaruh terhadap prilaku korban. Fenomena Kekerasan seksual pada perempuan ini memberikan sentuhan perasaan terhadap pengkarya untuk diimplementasikan dalam bentuk karya seni lukis melalui teori oleh Soedarso Sp yaitu“Ekspresionisme” dan Allen “Metafora Visual”. Karya ini bertujuan untuk memberikan penyadaran sekaligus peningkatan kepedulian masyarakat, instansi pemerintah, akademisi dan instansi terkait lainnya serta media massa berkontribusi dalam penanganan kasus kekerasan seksual. Menciptakan karya seni lukis dengan metode eksperimen, perenungan, pembentukan serta perwujudan hingga menghasilkan karya lukisan yang berjudul Ingin Lepas, Pieces, Terbelenggu, Terusik, Bebankah...?, Tertahan dan The Alexitymia
Pembelajaran Busana pada Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan Di SMK Negeri 1 Ampek Angkek Kabupaten Agam
The research entitled “Learning Clothing in Creative Products and Entrepreneurship Subjects at SMK Negeri 1 Ampek Angkek, Kabupaten Agam Regency” is a descriptive study related to learning how to make clothes. The aim of this research is to describe the learning process for making clothes in class XII Batik and Textile Creative Crafts at SMK Negeri 1 Ampek Angkek. Data collection techniques were carried out using observation, interviews and documentation. The results of the research found that the clothing making had been carried out in accordance with what was stipulated in the RPP, the clothing making process carried out by the students had reached the KKM standard. Achievement of a score of 95.66 in the “Very Good” category. Achievement of a score of 83-91 is in the “Good” category. Achievement of a score of “Poor” is in the range of scores less than 74 points
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 PADANG DALAM BERKARYA BATIK TULIS
This study uses a qualitative method which aims to determine the form of student creativity in hand-drawn batik before and after the research, the supporting and inhibiting factors of students' creativity in writing batik, and the form of student creativity in learning batik. The researcher acts as an instrument that goes directly to the field with data collection methods in the form of observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that the creativity of students in making written batik before the research did not achieve maximum results in terms of shapes, motifs, colors and attachments and students only used shapes, motifs and colors determined by the teacher based on the tasks according to the Learning Implementation Plan (RPP). due to limited learning time during the covid-19 pandemic. The results of learning batik after research, students' creativity has increased. Students have been able to develop the form of batik work, give birth to their own creative motifs, use various colors and the attachments look neat and unbroken. Efforts are made to increase student creativity, namely; utilizing facilities and infrastructure in the form of theoretical rooms, corridors, chairs and tables as an alternative to the limited practice space and batik equipment and preparing various learning media in the form of pictures, videos of the batik process and batik products that have been produced
KERAJINAN TENUN SONGKET WARNA ALAM NAGARI LINTAU BUO UTARA KABUPATEN TANAH DATAR
This paper is a study of natural color songket weaving craft in Lintau Buo Utara, West Sumatra. The research using qualitative methods with descriptive data and multidisciplinary approach. The results of this study explain that the Lintau Buo Utara songket weaving craft, which was born in 1996, uses natural dyes as a coloring agent for the songket threads. The use of natural dyes is an effort to reduce environmental pollution due to the use of synthetic dyes. The songket weaving decorations applied by the songket craftsmen of Nagari Lintau Buo Utara are sourced from traditional Minangkabau decorations and decorations created by the songket craftsmen themselves. Products made such as songket sarongs, scarves, and other derivative products. In the future, natural color songket weaving crafts will continue to exist and develop both in terms of the color of the songket weaving and the products produced. Makalah ini merupakan sebuah kajian kerajinan tenun songket warna alam di Lintau Buo Utara, Sumatera Barat. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan data deskriptif dan metode pendekatan multidisplin. Hasil kajian ini menjelaskan bahwa kerajinan tenun songket Lintau Buo Utara yang lahir sejak tahun 1996, kain tenun songket yang dihasilkan memakai pewarna alam sebagai zat pewarna untuk benang songketnya. Pewarna alami digunakan untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pewarna sintetis. Ragam hias tenun songket yang diterapkan oleh perajin tenun songket Nagari Lintau Buo Utara bersumber dari ragam hias tradisonal Minangkabau dan ragam hias yang diciptakan oleh perajin songket itu sendiri. Produk yang dibuat, seperti sarung, selendang songket, dan produk turunan lainnya. Kerajinan tenun songket warna alam nantinya akan terus hadir dan berkembang baik dari segi warna kain tenun songketnya maupun produk yang dihasilkan. Â
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MOTIF BATIK KUANSING, RIAU, SUMATERA: SEBUAH EKSPLORASI NILAI-NILAI EDUKATIF
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang ada pada motif batik Kuansing(Kuantan Singingi), Riau, dan Sumatera. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena budaya yang dijadikan motif batik Kuantan Singingi dengan menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter. Penelitian ini dilakukan di sentra IKM Batik Tulis Kari Maimbau dan sentra Batik Tulis Mayang Kuantan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pemilik sentra IKM Batik Tulis Kari Maimbau, wawancara dengan pemilik sentra Batik Tulis Mayang Kuantan dan wawancara dengan Tokoh Adat Kuantan Singingi serta observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa pada motif batik Kuantan Singingi terdapat nilai-nilai pendidikan karakter religius, disiplin, peduli sosial, kerjasama dan kerja keras dan peduli lingkungan pada produk batiknya. Motif-motif yang diterapkan pada batik Kuantan Singingi merupakan proses budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya.Warna yang digunakan untuk produk batik Kuantan Singingi antara lain; hitam, merah, kuning dan hijau. Warna ini mengandung makna filosofis pada kehidupan masyarakat Kuantan SingingiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang ada pada motif batik Kuansing(Kuantan Singingi) Riau Sumatera. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena budaya yang dijadikan motif batik Kuantan Singingi dengan menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter. Penelitian ini dilakukan di sentra IKM Batik Tulis Kari Maimbau dan sentra Batik Tulis Mayang Kuantan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pemilik sentra IKM Batik Tulis Kari Maimbau, wawancara dengan pemilik sentra Batik Tulis Mayang Kuantan dan wawancara dengan Tokoh Adat Kuantan Singingi serta observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa pada motif batik Kuantan Singingi terdapat nilai-nilai pendidikan karakter religius, disiplin, peduli sosial, kerjasama dan kerja keras dan peduli lingkungan pada produk batiknya. Motif-motif yang diterapkan pada batik Kuantan Singingi merupakan proses budaya yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya.Warna yang digunakan untuk produk batik Kuantan Singingi antara lain; hitam, merah, kuning dan hijau. Warna ini mengandung makna filosofis pada kehidupan masyarakat Kuantan Singing
THE TRAINING OF TIE-DYE HANDICRAFT IN “DURIAN SABATANG” STUDIO IN KAMANG MUDIK VILLAGE AGAM DISTRICT SUMATERA BARAT
The training of tie-dye handicraft was the activity of community service toward the community of “Durian Sabatang” studio in Kamang Mudik village, Kamang Magek Sub-district, Agam District, Sumatera Barat. This training aims at empowering village people with their potentials so they can be trained with tie-dye skill. This training is also one of efforts to boost village people’s economy, whether the results of this training can be sold to the neighboring villages (tourism “Bantoroyo, Tirtasari”) or to the market. Methodologically, this community service was categorized as qualitative design so its data that were collected through observation were then described in the form of written/oral words. Hence it was very useful to know, comprehend, and study the data collected during the activities of this community service in order to obtain accurate results of this community service scientifically. These results were then described and arranged into scientific report according to the format of LPPMPP ISI Padangpanjang. This community service used the techniques of observation, interview, and documentation and the methods of lecture, demonstration, and practice.Result achieved in this community service was the high enthusiasm of the teenagers in “Durian Sabatang” studio highly trained during it. It can be seen from these teenagers’ work result namely creating table cloth, bag, shawl, blouse, shirt, handkerchief, and pillowslip by applying the technique of tie-dye into the white fabric of primissima, cotton, weaving, and calico. For the coloring, five kinds of Batik dye with the composition of blue (AS-D+BBB), pink (AS-BS+S.R), yellow (AS-G + M.B), orange (AS + M.GG), and red (AS + M.B). This training was fully conducted with good patience, seriousness, precision, and cooperation so the participants were successful in making the products. This good result has made the participants want to buy additional Batik materials and colors for retraining