61 research outputs found

    Perbedaan dalam Furã Fiqhiyyah sebagai Akibat Perbedaan dalam Usãl Al-fiqh

    Full text link
    This article analyzes the differences of Scholar (Ulamà ) on Usùl al-Fiqh and their implications in the differences of Furù al-Fiqhiyyah. Based on the theory that differences on Usùl make the differences on Furù, it is found that the differences on mazhab (school of Islamic Jurisprudence) have four causes, i.e. the common causes of differences, the qawaid of alQuran and al-Hadish understanding, the qawà id that related to Ijmà and Qiyà s, and the qawà id that related to any debatable dalil (sources or methods) of Islamic Law. The common causes of differences on Fiqh consist of five factors, i.e. the difference of qirà at (reading) of al-Qurà n, knowledge of hadis, the difference of text understanding, the existence of lafì musytarak and taà rud al-adillah

    Relevance Analysis of Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik at BMT Syariah Bening Suci Prambanan with Fatwa of DSN MUI No. 27/DSN-MUI/III/2002

    Get PDF
    The growing Ijarah contract has resulted in this Ijarah contract being changed to the Ijarah Muntakiyah Bittamlik contract, which is a lease that ends with the use of property. In fact, Islamic banks rarely use IMBT, although in the interest of diversifying cost products , the following arrangements are considered mandatory in order to streamline their implementation. The following research uses a type of field research that is analytical descriptive in nature . As well as with the completeness of library research and content analysis by carrying out a comparison of the MUI Akad fatwa regulations with the practices contained in the BMT Syariah Bening Suci Prambanan. The results of the following research are that the Ijarah Muntakiya Bittamlik MUI contract and the practice of Ijarah Muntakiya Bittamlik BMT Syariah Bening Suci Prambanan are appropriate. Its application includes Fatwa No.09/DSN-MUI/IV/2000 concerning Ijarah Financing, No.71/DSN-MUI/VI/2008 concerning Sale and Purchase, No.27/DSN-MUI/III/2002 concerning al-Ijarah al- Muntakiya Bittamlik, No.56/DSN-MUI/V/2007 regarding Revision of Ujrah in LKS, No.89/DSN-MUI/XII/2013 concerning Sharia Refinancing

    Etika Perniagaan di Dalam Al-Quran (Analisis Tafsir Ayat – Ayat Tijarah)

    Get PDF
    Saat ini, perilaku masyarakat sering berlawanan dari ajaran agama, seperti merosotnya nilai etika dalam perniagaan. Bagi kalangan tersebut, perniagaan merupakan kegiatan yang semata-mata hanya untuk mencari laba sehingga meninggalkan nilai etika. Oleh sebab itu, maka dibutuhkan solusi terbaik untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Solusi terbaik bagi umat Islam atas apa yang terjadi, maka kembalilah pada ajaran pokok yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits. Allah menurunkan Al-qur’an adalah sebagai solusi utama bagi manusia untuk menjadikan sebagai petunjuk dan pedoman dalam kehidupannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tafsir ayat Al-Qur’an yang membahas tentang bentuk perniagaan dalam hal ini yaitu tijarah. Metode penlitian yang digunakan yaitu library research (penelitian pustaka), yang bersumber dari Al-Qur’an, tafsir ayat Al-Qur’an, buku, maupun jurnal ilmiah terkait tijarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tijarah dalam Al-Qur’an memiliki dua makna, yaitu sebagai interaksi antara hamba dengan Allah Yang Maha Esa, dimana tijarah ini adalah hasil timbal balik dari ketakwaan kepada Allah, serta makna kedua yaitu sesungguhnya dari tijarah itu sendiri, dalam arti kegiatan manusia dalam tukar menukar harta dengan harapan mendapatkan keuntungan

    FIKIH PERNIKAHAN DALAM TAFSIR AḌWA’ AL-BAYĀN

    Get PDF
    This writing describes the thought of Muhammad al-Amin ash-Shinqiṭi in his tafsir of Adhwa’ al-Bayan especially that is concerning mut’ah marriage, marrying women who committed adultery and women of the people of the book. The tafsir of Adhwa’ al-Bayan combines between textual method and contextual method, between tafsir bi al-ma’sur and tafsir bi ar-ra’y. However it has more tendencies in tafsir bi al-ma’tsur (understanding and interpreting the verses of al-Qur’an by making connections between the verses each other, between hadits, atsar of sahabah, and linguistic analysis. After describing Muhammad al-Amin ash-Shinqiṭi’s thought on Islamic family law and comparing it with the thoughts of other Islamic scholars, his thought then can be understood. According to him, mut’ah marriage is against the main purpose of marriage. Next, he tries to combine between two opinions by validating the two interpretations of nikah in one verse. Further he categorizes ahl al-Kitab into musyrik. His thought of Islamic law is based on the construct of tafsir method which he uses as a consistency in implementing the tafsir method and the paradigm of Islamic law. For these three problems, ash-Shinqiṭi tends to follow the opinion of majority of Islamic scholars about mut’ah marriage, marrying women who committed adultery and women of the people of the book

    INTERAKSI SIMBOLIS PONDOK PESANTREN SALAFI DAN MASYARAKAT

    Get PDF
    Pondok pesantren “salafi” selama ini diasumsikan memiliki interaksi yang tidak harmonis dengan masyarakat. Penelitian ini membahas tentang salah satu pondok pesantren “salafi”, yaitu Pondok Pesantren Imam Bukhari (PPIB) Selokaton, Karanganyar; tentang bagaimana sejarah berdirinya danbagaimana interaksi PPIB dengan masyarakat sekitarnya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan data yang dikaji adalah data-data tertulis dalam sejumlah dokumen resmi dari PPIB yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan di masyarakat sekitarnya dan berbagai wawancara yang melibatkan pihak PPIB dan pihak-pihak terkait seperti para takmir masjid di sekitar PPIB serta beberapa tokoh masyarakat. Asumsi tentang interaksi yang tidak harmonis pondok pesantren “salafi” dengan masyarakat tersebut ternyata tidak selamanya benar. Penelitian ini menemukan adanya interaksi simbolis antara PPIB dan masyarakat sekitarnya. PPIB memilih untuk membuat kegiatan yang berupa tahsin al-Qur’an yang notabene merupakan kegiatan yang dapat diterima oleh semua kalangan dengan berbagai latar belakang keagamaan yang berbeda-beda. Dengan cara ini, PPIB bertindak agar tidak mendapatkan reaksi penolakan dan pertentangan dari masyarakat Selokaton. PPIB juga memilih tema yang bersifat umum dalam khutbah Jum’at yang makmumnya memiliki keragaman pemahaman keagamaan untuk menghindari adanya konflik dengan masyarakat. Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat Selokaton dalam berinteraksi dengan PPIB. Kesediaan mereka mengundang ustaz atau penceramah dari PPIB dalam beberapa kegiatan keagamaan mereka, kesediaan mereka melakukan salat ‘Id di pelataran PPIB menjadi sebuah simbol penerimaan mereka akan keberadaan PPIB.It was being assumed that the salafy boarding school was in disharmony with its surrounding society. This research is about the one of salafy boarding school: Pondok Pesantren Imam Bukhari (PPIB) Selokaton Karanganyar. This research seek to descripe its history and its interaction with the surrounding community. This study is a field research. All data were collected from PPIB’s official documents that are related to religious activities in its surrounding community. Interview with the key informans from PPIB and clerical otorities like Ta’mir masjid was also conducted. The assumtion of the disharmony occurance in the interaction between PPIB dan its surrounding society was no longer true. The research found there was a symbolic interaction between PPIB and its surrounding communities. PPIB created activities like tahsin Qur’an that could be accepted by all people with the various religious backgrounds. For not getting the rejection and opposition from the Selokaton people, PPIB choose the common theme for a Friday sermon that had the difference followers of religious understanding. It was also to avoid conflict with the public. This was also done by the Selokaton people in their interaction with PPIB. Their willingness to invite the religious teacher from PPIB to their religious activities, like performing the id prayer in the PPIB’s courtyard was a symbol of their acceptance of the PPIB existence.</p

    Analisis Aplikasi “Layanan Syariah Linkaja” Perspektif Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI no. 116/DSN-MUI/ix/2017 Tentang Uang Elektronik Syariah dan Maslahah Mursalah

    Get PDF
    This study aims to explain (1) an analysis of the practice of the LinkAja Sharia Service application viewed from the perspective of DSN-MUI Fatwa No. 116/DSN-MUI/IX/2017 concerning Sharia electronic money, (2) analysis of electronic money (e-money) in the LinkAja Sharia Service application in terms of Maslahah Mursalah. The research will be conducted in 2022. This research is a field research. using a qualitative research approach with data collection techniques using interviews and documentation. Checking the validity of the data using triangulation. Data analysis data was carried out through three stages, namely data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results of this study are (1). LinkAja's sharia service is the first digital wallet in Indonesia that uses sharia principles, which has received an official certificate from DPS MUI and permission from Bank Indonesia. LinkAja's sharia services are in accordance with the Fatwa of the MUI National Sharia Council No. 116/DSN-MUI/IX/2017 concerning Sharia Electronic Money both general provisions and specific provisions as well as the legal provisions used. (2) Electronic money (e money) in the LinkAja application in terms of maslahah mursalah there are several menus available in LinkAja sharia services. there are 3 (three) categories of levels of needs. For LinkAja sharia services, there are only 2 categories of needs, namely: hajjiyat (secondary needs) and maslahah tahsiniyah (tertiary needs) owned by LinkAja sharia services

    Jual Beli Mata Uang Kuno Dalam Fikih Muamalah

    Get PDF
    Artikel ini membahas bisnis yang saat ini sedang berkembang yaitu bisnis jual beli uang rupiah kuno di pasar Triwindu Surakarta. Dalam transaksi tersebut mata uang rupiah kuno dinilai dengan harga yang mahal. Meskipun demikian, banyak orang yang mencari benda tersebut baik dari kalangan para pedagang atau kolektor untuk keperluan non bisnis tanpa mempertimbangkan aspek muamalahnya, yaitu dari segi kemanfaatan yang dapat diambil dari benda tersebut. Benda tersebut dibeli untuk dijadikan sebagai hiasan dinding dengan tujuan mengikuti tren atau gaya hidup masyarakat modern. Dalam permasalahan ini sesuai dengan hukum Islam bahwa jual beli barang sejenis harus memenuhi 2 syarat agar terhindar dari riba, yaitu: sama nominalnya dan tunai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan menjadikan narasumber sebagai sumber data primer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa praktek jual beli mata uang rupiah kuno dari segi pelaksanaan sudah sesuai dengan hukum Islam. Jual beli ini dinyatakan sah dan terbebas dari unsur riba, karena uang yang dijadikan objek jual beli ini bukan lagi menjadi alat pembayaran (barang antik), sehingga dalam pertukarannya boleh dengan nominal yang berbeda dan tidak tunai. Ditinjau dari segi kemanfaatannya, jual beli ini juga dinyatakan sah apabila dipergunakan untuk hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat Islam
    corecore