73 research outputs found

    Depik, EAS, dan Relo; yang Manakah Rasbora Tawarensis? [Depik, EAS, And Relo; Which One Is Rasbora Tawarensis?]

    Full text link
    Tiga kumpulan ikan Rasbora yang dikenali sebagai eas, depik, dan relo ditemukan di Danau Laut Tawar. Secara morfologi ketiga kumpulan ikan tersebut sangat mirip dan sepintas sulit dibedakan. Hal itu telah menyebabkan ketidakpastian taksonomik yang mana diantara ketiganya disebut Rasbora tawarensis. Identifikasi yang tepat perlu dilakukan dalam rangka konservasi ikan endemik ini. Pendekatan komprehensif digunakan dengan menggabungkan analisis morfometrik dengan analisis genetik untuk mendiskriminasikan tiga kumpulan Rasbora. Dalam penelitian ini digunakan morfometrik tradisional dan sekuen DNA dari sitokrom mitokondria c oxidase subunit I (COI). Hasil analisis menunjukkan adanya dua spesies Rasbora dalam kelompok. Data morfometrik dan genetik memperlihatkan bahwa eas dan depik adalah spesies yang sama, yaitu Rasbora tawarensis, sedangkan relo adalah spesies kriptik

    Spawning Sites of Depik, Rasbora Tawarensis (Teleostei, Cyprinidae) in Lake Laut Tawar, Indonesia

    Get PDF
    Depik, Rasbora tawarensis is an endemic species in Lake Laut Tawar, Indonesia, and this species has been listed as threatened species. Reproductive biology data is one of the important information to strategise conservation plan. This paper reported the spawning ground of the depik, hence this paper is contributing the additional importance information on the reproductive biology of R. in relation to provide comprehensive our understanding on the reproductive biology of this species. The study was conducted during July to November 2009 in Lake Laut Tawar. A total of 13 spawning grounds were detected in the study where the locations are distributed in five villages namely, five locations in Mendale, two locations in Kelitu, two locations in Gegarang, three locations in Bewang dan one location in Pedemon. However, only four sites remained active in the dry season i.e. two sites in Kelitu and two sites in Gegarang villages

    A General Overview on Some Aspects of Fish Reproduction

    Get PDF
    - Reproduction is one of the important physiological systems that are crucial in the life cycle of living organisms including fish. The main objective of the reproduction is to maintain the existence of the species and therefore fish have a strategies and tactics to achieve this objective. The reproduction behaviours are important to be studied in relation to know the population dynamic of fishes and their spawning seasons. This information is very crucial in relation to the development of breeding technology for aquaculture and conservation (restocking) purposes. This paper reviews the reproductive strategy, fecundity and spawning frequency of fishes

    ANALISIS KEBIJAKAN INTRODUKSI SPESIES IKAN ASING DI PERAIRAN UMUM DARATAN PROVINSI ACEH

    Get PDF
    Provinsi Aceh memiliki potensi perikanan perairan umum daratan yang besar dengan berbagai spesies lokal. Potensi ini belum sepenuhnya dimanfaatkan baik untuk perikanan tangkap maupun budidaya. Di sisi lain, tekanan terhadap perairan umum daratan semakin meningkat terutama disebabkan oleh kerusakan lingkungan, pencemaran, pemanasan global dan introduksi spesies ikan asing yang mengancamkomunitas ikan lokal. Introduksi spesies ikan asing menjadi isu penting, baik di tataran global maupun lokal. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengadvokasi awal kebijakan introduksi spesies ikan asing di Provinsi Aceh. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, kajian ini menggunakan studi kasus introduksi spesies ikan asing di Danau Laut Tawar. Kajian ini menggunakan metode analisis deskriptif-eksploratif dan studi literatur sebagai basis kebijakan introduksi spesies ikan asing yang perlu mendapatkan perhatian. Hasil kajian menunjukkan sebanyak sembilan spesies ikan asing telah ada diperairan Aceh. Dari jumlah tersebut, tujuh spesies diantaranya telah hadir di Danau Laut Tawar. Saat ini Pemerintah Provinsi Aceh belum memiliki kebijakan untuk mengatur introduksi spesies ikan asing ke perairan Aceh. Hal ini dapatmenyebabkan ancaman terhadap spesies ikan lokal. Karena itu kebijakan berupa peraturan daerah yang mengatur hal tersebut sangat diperlukan. Title: Policy Analysis of Introducing Alien Species of Fish in Inland Waters of Aceh Province Aceh Province has abundance of inland fishery resources with various indigenous species. These resources are still underutilized both for aquaculture or capture fisheries. On the other hand, environmental pressures and threats to these resources are emerging due to ecological devastation, pollution, introduced alien species and global warming. Introduction of alien species of fish become a popular issue in local orglobal contexts. The objective of this research was to analyze and initiate advocacy on introduction of alien fish species regulation in Aceh Province. This research used a case study in Lake Laut Tawar to give a comprehensive understanding on the topic. Descriptive-explorative analysis and literature review were used in the study, and the results of the study can be used to develop a better conservation strategy andpolicy to control introduced alien species in Aceh waters. This research results show there are at least nine introduced alien species of fish in Aceh waters. Seven of them were found in Lake Laut Tawar. Aceh Provincial Government has no regulation on introduction of alien species into Aceh waters. This condition could threaten the indigenous species of Aceh fishes. Therefore, the regulation of the management of introduced fish species is really needed

    Pengaruh Umur Zigot pada Saat Kejutan Panas terhadap Keberhasilan Ginogenesis Ikan Seurukan (Osteochilus Vittatus)

    Full text link
    The objectives of the present study was to determine the best age of the zygote for gynogenesis of seurukan fish (Osteochilus vittatus) using heat shock treatment. The completely randomized design was utilized in this study. Five levels of zygote age were tested, namely: 3 minutes, 5 minutes, 7 minutes, 9 minutes and 11 minutes after fertilization and one control treatment (without heat shock). The zygotes were shocked at the temperature of 38oC for 60 seconds and every treatment was done at three replications. The ANOVA test showed that the zygote age gave the significant effect on the triploidy level and growth performance of the seurukan fish (P0.05). It is concluded that the best zygote age of the seurukan fish for gynogenesis using heat shock treatment was 3 minutes after fertilization.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan umur zigot terbaik untuk proses ginogenesis ikan seurukan (Osteochilus vittatus) dengan menggunakan kejutan suhu panas. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan model Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dengan enam taraf perlakuan, masing-masing perlakuan dengan tiga kali ulangan. Kejutan suhu yang diberikan yaitu 38oC dengan lama kejutan 60 detik, dengan perlakuan yaitu: kontrol (tanpa perlakuan kejutan panas), umur zigot 3 menit setelah pembuahan, umur zigot 7 menit setelah pembuahan, umur zigot 9 menit setelah pembuahan dan 11 menit setelah pembuahan. Uji ANOVA menunjukkan bahwa pemberian kejutan suhu panas pada umur zigot yang berbeda berpengaruh nyata terhadap triploidy dan pertumbuhan ikan seurukan (P<0,05). Persentase ikan triploid tertinggi dijumpai pada perlakuan 3 menit setelah pembuahan, nilai tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 menit, 7 menit dan 9 menit. Pertambahan bobot tertinggi dijumpai pada umur zigot 3 menit setelah pembuahan, nilai ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 menit, 7 menit dan 9 menit. Pertambahan panjang tertinggi dijumpai pada perlakuan 3 menit setelah pembuahan, nilai ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan 5 menit (P<0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa umur zigot yang berbeda berpengaruh terhadap triploidy, dan umur zigot terbaik adalah 3 menit setelah pembuaha

    Kebiasaan Makanan dan Hubungan Panjang Berat Ikan Julung - Julung (Dermogenys SP.) di Sungai Alur Hitam Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang

    Full text link
    The objectives of the present study were to evaluate the food habit and lenght weight relationships of Dermogenys sp. The study was conducted from April to June 2015. The fish were sampled in Alur Hitam River, Bendahara Subdistrict, Aceh Tamiang using hand nets. The sampled fishes were preserved in 10% formalin for further analysis. A total of 136 fish samples were catched during the study. The stomach analysis showed that Formica sp. was predominant food item for Dermogenys sp. (52.53%), followed by Dolichoderus sp. (38.38 %), indicate that Formica and Dolichoderus are the primary foods for Dermogenys sp. Therefore, Dermogenys is classified as an insectivorous food habit. The length of alimentary tract ranged between 1.54 cm to 1.67 cm. The length - weight relationships and condition factor showed that the average b value was 2.753 displayed an allometric negatif growth pattern, while the condition factor value was 103.10 indicate that the water condition in term of prey and predator availability are in balance condition.Penelitian tentang kebiasaan makan dan hubungan panjang berat ikan Dermogenys sp. telah dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan hubungan panjang berat dan faktor kondisi ikan Dermogenys sp.. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey, sampel ikan di tangkap di Sungai Alur Hitam Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang dengan menggunaan serok dan langsung diwetkan dengan larutan formalin 10%. Selama penelitian tertangkap 136 ekor ikan Dermogenys sp.. Hasil analisis kebiasaan isi lambung diperoleh semut merah Formica sp. ditemukan pada 71 ekor sampel ikan (52,53%) dan diikuti oleh semut hitam Dolichoderus sp. pada 52 ekor sampel (38,38%) dan kedua jenis makanan tersebut tergolong kedalam makanan utama dan makanan yang tidak teridentifikasi terdapat pada 19 ekor sampel ikan (14,29%). Panjang rerata usus ikan Dermogenys ±1,54-1,67 cm, sehingga dengan demikian ikan Dermogenys sp. dapat digolongkan sebagai ikan insektifora (pemakan insekta). Hasil analisis hubungan panjang-berat diperoleh nilai koefisien b= 2,753 menunjukkan pola pertumbuhan alometrik negative dan nilai faktor kondisi 103,10 menunjukkan kondisi perairan masih tergolong baik atau stabil

    Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata) di Sungai Ulim Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, Indonesia

    Full text link
    The objective of the present study was to evaluate the length weight relationship of the marble goby (Oxyeleotris marmorata) in Ulim River, Pidie Jaya District, Aceh Province, Indonesia. The sampling was conducted at three sampling locations during February to May 2016. The Linear Allometric Model (LAM) and Relative weight condition factors were performed in this study. The study b value ranged between 2.70 to 2.74 indicate a negative allometric growth pattern. The relative weight condition factor was tended to 100. It means that the Ulim Rivers is still in good condition.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan panjang berat dan factor kondisi ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) di Sungai Ulim Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini menggunakan metode survey eksploratif pada tiga lokasi sampling selama Februari 2016 sampai Mei 2016 sebanyak 12 kali sampling. Model yang digunakan adalah Linear Allometric dan Faktor kondisi berat relative. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata nilai b berkisar 2,70 sampai 2.74 memunjukkan pola pertumbuhan allometric negative dan factor kondisi berat relatif mendekai 100, bermakna kondisi perairan masih dalam kondisi yang seimbang

    Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Peres (Osteochilus Vittatus) pada Ransum Harian yang Berbeda

    Full text link
    The objective of the present stady was to determine the optimum level of feeding rate for peres fish (Osteochilus vittatus). The experimental fish fed with a commersial diet contains 48% crude protein. The fish sample was 1.0 cm in average length and 0.066 g in average weight at stocking density of 20 fish per aquarium (45 cm x 45 cm x 35 cm). The fish was fed three times a day at 8 AM, 12 AM and 5 PM for 60 days. The ANOVA test showed that the feeding rate gave a significant effect on weight gain, length gain, and specific growth rate (p0.05). In general the higher growth rates were found at 8% feeding rate, while the higher hepatosomatic index and survival rate were found at 5% feeding, but these values were not different significatly with 8% feeding rate. It is coucluded that the optimum level at feeding rate for peres fish (O. vittatus) was 8% body weight per day.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah ransum harian yang optimal kepada benih ikan peres (Osteochilus vittatus). Pakan uji yang digunakan adalah pakan komersil yang mengandung protein 48% dengan perlakuan jumlah ransum harian yaitu 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8% dan 9% dari bobot tubuh perhari. Akuarium yang digunakan dalam penelitian 45x45x35 dengan padat tebar ikan 20 ekor/akuarium. Benih yang digunakan berukuran rerata panjang 1 cm dan berat 0,066 g. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 kali ulangan, pakan diberikan 3 kali sehari pada pukul 08:00, 12:00, 17:00 WIB selama 60 hari. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa jumlah pemberian ransum harian yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang, pertambahan bobot, pertumbuhan spesifik (0,05). Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tertinggi dijumpai pada ransum harian 8%, hepatosomatik indeks dan kelangsungan hidup tertinggi pada ransum harian 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwajumlah ransum harian yang optimal untuk benih ikan peres (O. vittatus) adalah 8% bobot tubuh per hari
    • …
    corecore