6 research outputs found

    Sistem Surveilans Gizi Buruk Kabupaten Temanggung

    Full text link
    Latar belakangPada tahun 2014 dan sebelumnya kasus gizi buruk di Kabupaten Temanggung masih tinggi, tetapi mulai tahun 2015 kasus gizi buruk di Kabupaten Temanggung menunjukan menurunan yang signifikan. Pada tahun 2014 jumlah kasus gizi buruk mencapai 220 kasus, turun menjadi 25 kasus pada tahun 2015 dan 17 kasus pada tahun 2016. Untuk mengetahui bagaiaman pelaksanaan sistem surveilans gizi buruk yang ada di Kabupaten Temanggung, perlu diadakan evaluasi sistem surveilans gizi buruk.MetodeMetode penelitian descriptive research. Pengambilan sampel menggunakan total sampel yaitu terdapat 26 reponden yang terdiri dari 25 puskesmas dan dinas kesehatan (25 responden petugas gizi puskesmas dan 1 responden petugas gizi dinas kesehatan). Penilaian pada kualitas sistem surveilans untuk mendeteksi gizi buruk secara cepat. Poin utama yang menjadi penilaian adalah Timeliness (tepat waktu), dan Completeness (kelengkapan). HasilPelaporan keseluruhan (100%) menggunakan sistem online dengan aplikasi Sistem Informasi Pelaporan Terpadu (SIPT) yang di kembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. Sistem SIPT tersebut mempermudah dinas kesehatan untuk mengingatkan saat mendekati deadline pengumpulan laporan, sehingga mayoritas (88%) laporan dapat dikumpulkan tepat waktu (timeliness). Setiap pelaporan mendapat feedback berupa kroscek ulang terkait data dari dinas kesehatan, sehingga seluruh (100%) laporan lengkapan.SimpulanSistem surveilans gizi buruk yang ada di Kabupaten Temanggung sudah tepat waktu dan lengkap dalam menemukan kasus gizi buruk. Beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran bagi kabupaten lain dalam pengelolaan sistem surveilans gizi buruk diantaranya adalah adanya motivasi petugas dan upaya mempermudah pelaporan medukung dalam meningkatkan suatu sistem surveilans

    Pengaruh Motivasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Umkm Zocha Graha Kriya

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana lingkungan kerja dan motivasi karyawan dapat berpengaruh terhadap kinerja mereka di UMKM Zocha Graha Kriya. Sebagaimana diketahui bahwa motivasi sangat penting untuk sebuah perusahaan. Dengan adanya motivasi dan lingkungan kerja yang positif, karyawan dapat melakukan pekerjaan mereka dengan baik dan mencapai hasil terbaik untuk perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif dengan teknis analisis SWOT (Strengths, Weakneeses, Opportunities, Threats), IFAS (Internal Factor Analysis Summary), EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) dan IE (Internal-External). Nilai yang dihasilkan dari matrik IFAS dan EFAS di atas rata-rata dari semua faktor internal dan eksternalnya. Menurut analisis matrik SWOT, Strategi Strengths Opportunities (SO) memiliki skor nilai tertinggi. Posisi UMKM Zocha Graha Kriya ditunjukkan oleh hasil analisis matriks Internal Eksternal (IE) pada kuadran I yang menunjukan kondisinya secara internal memiliki situasi yang sangat menguntungkan. Selain itu, UMKM Zocha Graha Kriya berada dalam posisi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy), seperti yang ditunjukkan dalam posisi kuadran I. Strategi Strengths Opportunities (SO) harus didukung dengan cara memaksimalkan kekuatan yang dimiliki, UMKM ini perlu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (human resource capabilities), pemasaran produk (product marketing)  dan inovasi produk (product innovation).  Kata Kunci : Motivasi, Lingkungan Kerja, Kinerja Karyawa

    Genome-wide enhancer maps link risk variants to disease genes

    Get PDF
    Genome-wide association studies (GWAS) have identified thousands of noncoding loci that are associated with human diseases and complextraits, each of which could reveal insights into the mechanisms of disease(1). Many ofthe underlying causal variants may affect enhancers(2,3), but we lack accurate maps of enhancers and their target genes to interpret such variants. We recently developed the activity-by-contact (ABC) model to predict which enhancers regulate which genes and validated the model using CRISPR perturbations in several cell types(4). Here we apply this ABC model to create enhancer-gene maps in 131 human cell types and tissues, and use these maps to interpret the functions of GWAS variants. Across 72 diseases and complex traits, ABC links 5,036 GWAS signals to 2,249 unique genes, including a class of 577genesthat appear to influence multiple phenotypes through variants in enhancers that act in different cell types. In inflammatory bowel disease (IBD), causal variants are enriched in predicted enhancers by more than 20-fold in particular cell types such as dendritic cells, and ABC achieves higher precision than other regulatory methods at connecting noncoding variants to target genes. These variant-to-function maps reveal an enhancer that contains an IBD risk variant and that regulates the expression of PPIF to alter the membrane potential of mitochondria in macrophages. Our study reveals principles of genome regulation, identifies genes that affect IBD and provides a resource and generalizable strategy to connect risk variants of common diseases to their molecular and cellular functions.Peer reviewe

    Evaluasi Program Imunisasi pada Sarana Prasarana Vaksin di Kabupaten Temanggung (Studi Tahun 2018)

    Full text link
    Tujuan: Salah satu target dalam imunisasi adalah cakupan universal child immunization (UCI). Cakupan UCI Kabupaten Temanggung sudah melebihi target Nasional (90%). Pada tahun 2017 terdapat dua kasus kejadian luar biasa (KLB) campak di dua puskesmas yaitu Kledung dan Tretep. Pada tahun 2018 terjadi KLB difteri pada dua puskesmas yaitu Temanggung dan Rejosari. Hal ini menjadi pertanyaan mengapa terjadi KLB dengan cakupan UCI lebih dari 90% selama lima tahun berturut-turut. Faktor lain penyebab KLB penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) adalah kualitas vaksin yang didukung dengan sarana prasarana vaksin. Evaluasi program ini bertujuan untuk mengetahui sarana prasarana yang ada di puskesmas Kabupaten Temanggung.Konten: Hasil diperoleh dari 25 puskesmas, 13 puskesmas (52%) mempunyai refrigerator lebih dari satu dan 12 puskesmas (48%) hanya mempunyai satu refrigenator. Dari 12 puskesmas terdapat satu puskesmas dengan refrigenator rusak sehingga menyimpan vaksin pada lemari pendingin. Sebagian besar (56%) software pencatatan dan pelaporan dari dinas kesehatan mengalami error sehingga puskesmas membuat format laporan sendiri. Mayoritas petugas puskesmas (80%) telah melakukan pencatatan suhu pada formulir sebagai upaya pemeliharaan vaksin. Pada sebagian refrigerator (56%) puskesms ditemukan bunga es. Selain itu, terdapat 48% cairan di bawah refrigerator. Upaya pengawasan tingkat puskesmas dilakukan per bulan oleh kepala puskesmas dengan pertemuan antar bidang yaitu kesehatan ibu dan anak (KIA), gizi dan imunisasi (KGI). Pengawasan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung akan dilakukan ketika ada laporan masalah dari puskesmas.Secara umum sarana prasarana program imunisasi Kabupaten Temanggung sudah terpenuhi. Dinas kesehatan dapat memfasilitasi puskesmas dengan refrigerator rusak untuk meminjam refrigerator dari puskesmas yang mempunyai refrigerator lebih dari satu atau dari dinas kesehatan. Pelatihan penggunaan software untuk pencatatan dan pelaporan akan mendukung dalam pelaporan data. Punishment tidak selalu menjadi alternatif dalam meningkatkan motifasi kerja, ada reward yang dapat diberikan kepada puskesmas dengan kelengkapan pencatatan suhu refrigerator dan tidak ada bunga es pada refrigerator

    Kontak penderita di lingkungan rumah sebagai faktor dalam kejadian luar biasa campak di dua desa di Kecamatan Jiken Blora

    No full text
    Tujuan: Pada hari Selasa, tanggal 19 Mei 2017, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora menyampaikan bahwa di Desa Janjang dan Desa Nglebur terdapat 7 orang terdiagnosa sebagai kasus campak klinis . Pada tahun 2016, kejadian campak sebesar 44 kasus, tahun 2015 tidak ada kasus campak, tahun 2014 sebesar 43 kasus. Penyelidikan dilakukan dengan tujuan memastikan adanya kejadian luar biasa (KLB) campak, menentukan faktor risiko terjadinya KLB dan melakukan tindakan pencegahan. Metode: Penyelidikan dilakukan dengan menggunakan pencarian kasus aktif untuk menemukan kasus baru. Penelitian kasus kontrol 1:2 dilakukan untuk menentukan faktor risiko. Kasus adalah seseorang menderita penyakit dengan gejala klinis berupa panas dan rash disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata merah dan diare. Kontrol adalah orang yang tidak memiliki gejala pada kasus dan mempunyai riwayat kontak dengan kasus. Faktor risiko yang diamati adalah Status imunisasi, riwayat sakit campak dan bepergian 2 minggu sebelum KLB campak. Pengumpulan data identitas penderita, riwayat sakit campak dan bepergian dalam 2 minggu sebelum sakit dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.  Pengumpulan data mengenai status imunisasi menggunakan data sekunder puskesmas atau buku imunisasi. Analisis dilakukan menggunakan chi square dan regresi logistik untuk mendapatkan nilai odds ratio (OR). Hasil: Total terdapat 19 kasus dengan 27,69% umur <9 tahun dan  0,66% dari desa Janjang. KLB campak berlangsung selama 6 minggu (10 April 2017 – 29 Mei 2017) dengan puncak kasus pada minggu ke tiga bulan Mei 2017. Riwayat tidak pernah sakit campak merupakan faktor risiko yang berpengaruh pada KLB ini (OR = 5.56; 95% CI = 2.93 - 71.43) sedangkan status imunisasi dan riwayat bepergian bukan merupakan faktor risiko. Simpulan: Telah terjadi KLB campak di Desa Janjang dan Desa Nglebur Kecamatan Jiken pada 10 April 2017 sampai dengan 29 Mei 2017 dengan index case sdr. Da. Cara penularan melalui kontak dengan penderita di lingkungan rumah. Selektif imunisasi dilakukan untuk memutus rantai penularan
    corecore