7 research outputs found

    Karakteristik Fisik Dan Organoleptik Sediaan Serbuk Flavour Kepala Udang Windu (Penaeus monodon) Pada Perbedaan Suhu Pengeringan

    Get PDF
    Shrimp heads will harm the environment if not managed properly. Utilization of this by-product as a flavoring agent by adding fillers widely used, but powdered preparations without added fillers have not been reported. This study aimed to make flavored preparations from tiger prawn heads with different drying temperatures acceptable to consumers. The oven drying method performed at temperatures of 100oC (SH1), 125oC (SH2), and 150oC (SH3) and the resulting fiber was tested for physical characteristics (yield and color test) and organoleptic tests (sensory test and hedonic test). The color test results show changes in the values of brightness (L*) of 49.07-55.28, reddish (a*) of 8.41-10.39, yellowish (b*) of 25.10-32.65, and degrees of whiteness (WI) of 40.23- 46.48 where this value decreases as temperature increases. The sensory test results showed significant divergentbetween the odor treatments but were not significantly different in color and appearance. The hedonic data analysis indicated that the panelists' preference for hueranged between 7-8 (liked-very like), aroma, 6-7 (rather liked), taste, 5-6 (neutral-liked somewhat), and texture, 7-8 (like-really like). Generally, based on physical and organoleptic tests, it showed specific characteristics of shrimp powder at a drying temperature of 100 oC (SH1)

    The Study of Cotton Extraction by Using Microwave Assisted

    Get PDF
    This work aimed to learn the effect of concentration, temperature, and time of extraction toward physical appearances and also changes in lattice parameters. The failed extraction was exhibited by black, transparent, and undissolved cotton. Meanwhile, successful products were indicated by the white suspension. This research was carried out by using the microwave-assisted machine to extract the cotton. The optimum conditions were reached at 55% acid concentration, 30°C reaction temperature, varied time reaction from 1 to 15 minutes. The refinement by using Rietica’s software and Le Bail’s method showed that the extraction product in a monoclinic crystal structure. It was found the compatibility between experimental data and calculation results. The refinement references were a = 0.82 nm, b = 1.03 nm, c = 0.78 nm, α = γ = 90 º and β = 84. Lattice parameter after hydrolysis was greatly different with cotton, mainly in a

    PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH PEDADA ( Sonneratia alba) SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI PADA PEMBUATAN SKIN LOTION

    Get PDF
    Skin lotionmerupakan sediaan topikal perawatan kulit dalam produk kosmetika yang berfungsi dalam melembabkan kulit serta melindungi kulit dari pengaruh buruknya paparan cahaya matahari yang dapat menyebabkan sunburn. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam buah pedada (Sonneratia alba) sebagai antioksidan alami pada formulasi skin lotion. Perlakuan berupa penambahan konsentrasi esktrak buah pedada yaitu P0 (0% kontrol), P1(ekstrak 0,5%), P2 (ekstrak 1%), P3 (ekstrak 1,5%), P4 (ekstrak 2%) dianalisis menggunakan RAL sebanyak 3 kali ulangan. Keragaman data dianalisis menggunakan ANOVA dan uji lanjut DMRT. Parameter pengujian mencakup: fitokimia, homogenitas, derajat keasaman (pH), daya sebar, viskositas, serta aktivitas antioksidan. Penelitian menunjukkan hasil ekstrak buah pedada memiliki senyawa alkaloid, flavonoid, kuinon fenolik, steroid, dan juga saponin. Skin lotionyang dihasilkan memiliki karakteristik homogen, pH rata-rata berkisar antara 5,62-7,24, viskositas rata-rata berkisar antara 13.304-26.899 cP, daya sebar rata-rata 6,3-6,9 cm, aktivitas antioksidan (nilai IC50) rata-rata berkisar antara 32,42-133,30 ppm. Perlakuan terbaik berdasarkan aktivitas antioksidan dan karakteristik skin lotionterdapat pada perlakuan P3 (ekstrak 1,5%) dengan nilai IC50 sebesar 43,67 ppm dan memenuhi syarat berdasarkan SNI

    Karakteristik Fisikokimia dan Penerimaan Konsumen terhadap Pempek Ikan Lele dengan Penambahan Puree Wortel

    Get PDF
    The addition of carrot puree in catfish pempek is one of the diversification of pempek products and to increase the nutritional value contained in pempek. This study aims to determine the proximate composition (protein content, fat content, ash content, moisture content, and carbohydrates), color, and consumer acceptance of catfish pempek with the addition of carrot puree. This study used a completely randomized design (CRD) with four treatments of concentration of catfish meat and carrot puree, namely: A0 (70% fish meat and 0% carrot puree), A1 (60% fish meat and 10% carrot puree), A2 (fish meat and 10% carrot puree), 50% and carrot puree 20%), and A3 (40% fish meat and 30% carrot puree) and each treatment was repeated 3 times. The results of this study showed that the addition of carrot puree had a significant effect (p<0.05) on the moisture content, ash content, fat content, protein content, and carbohydrate content of catfish pempek. The hedonic test showed that 40% catfish meat and 30% carrot puree (A3) were the best treatments for the appearance and texture specifications of pempek with values of 5.42 and 5.38 (somewhat like). The best treatment for the taste and odor parameters of pempek was obtained from the addition of 50% fish meat and 20% carrot puree (A2) with values of 5.98 and 5.40, respectively (slightly like to like)..Keywords:    Catfish, carrot puree, pempek, proximate, hedonic. Penambahan puree wortel dalam pengolahan pempek ikan lele merupakan salah satu diversifikasi produk pempek dan untuk menambah nilai gizi yang terkandung dalam pempek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi proksimat (kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar air, dan karbohidrat), warna, dan penerimaan konsumen terhadap pempek ikan lele dengan penambahan puree wortel. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan konsentrasi daging lele dan  puree wortel yaitu: A0 (daging ikan 70% dan  puree wortel 0%), A1 (daging ikan 60% dan  puree wortel 10%), A2 (daging ikan 50% dan  puree wortel 20%), dan A3 (daging ikan 40% dan  puree wortel 30%) serta setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan  puree wortel berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat pempek ikan lele. Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa daging ikan lele 40% dan  puree wortel 30% (A3) merupakan perlakuan terbaik untuk spesifikasi kenampakan dan tekstur pempek dengan nilai masing-masing 5,42 dan 5,38 (agak suka). Perlakuan terbaik untuk parameter rasa dan bau pempek diperoleh dari penambahan daging ikan 50% dan  puree wortel 20% (A2) dengan nilai masing-masing 5,98 dan 5,40 (agak suka sampai suka).Kata kunci:  Ikan Lele, puree wortel, pempek, proksimat, hedonik

    Komposisi Proksimat dan Profil Mineral Tulang dan Sisik Ikan Papuyu (Anabas testudineus)

    Get PDF
    Papuyu fish (Anabas testudineus) or also known as betok fish is a native Indonesian fish that is scattered in some area of freshwater such as in Kalimantan, Sumatra and Java. Information about the chemical characteristics of the bones and scales is currently limited. This study aims to determine the proximate composition and mineral profiles of the bones and scales of papuyu fish. The characteristics observed including the percentage of non edible portion, pH, proximate and minerals. Research data are presented in mean and standard deviation values as well as in table and histogram formats. Proximate analysis includes moisture content, ash, fat and protein, whereas analysis of mineral content including calcium, phosphorus, zinc, iron, potassium and sodium. The proportion of fish bone and scales are presented in percentage which have percentation of both bones of 1.67% and scale of 0.67%. The proximate values of papuyu fish bones in wet basis include the water content of 10.07%, ash content of 32.28%, fat 4.42% and protein content of 50.26%. The proximate values of papuyu fish scale in wet basis include the water content of 9.21%, ash content of 31.74%, fat of 3.49% and protein of 49.29%. The minerals profiles of the bone such as calcium, iron, potassium and sodium are higher than mineral from scale.Keyword:     Anabas testudineus, bone, scale, proximate, mineral profile. Ikan papuyu (Anabas testudineus) atau disebut juga ikan betok adalah jenis ikan asli Indonesia yang tersebar di beberapa perairan seperti Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Informasi tentang karakteristik kimia tulang dan sisik ikan papuyu saat ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisikokimia dan profil mineral tulang dan sisik ikan papuyu. Karakteristik yang diamati meliputi persentasi non edible portion, keasaman (pH), proksimat dan mineral. Data hasil penelitian disajikan dalam nilai rata-rata dan standar deviasi serta dalam format tabel dan histogram. Analisis proksimat meliputi kadar air, kadar abu, lemak dan protein, sedangkan analisis kandungan mineral meliputi kalsium, fosfor, seng, besi, kalium dan natrium. Nilai proporsi tulang ikan papuyu sebesar 1,67% dan sisik ikan papuyu sebesar 0,67%. Nilai proksimat tulang ikan dalam berat basah meliputi kadar air sebesar 10,07%, kadar abu 32,28%, lemak 4,42% dan kadar protein 50,26%. Nilai proksimat sisik ikan papuyu dalam berat basah meliputi kadar air 9,21%, kadar abu 31,74%, lemak 3,49% dan protein 49,29%. Kadar kalsium, besi, kalium dan natrium pada tulang ikan papayu lebih tinggi daripada bagian sisiknya.Kata kunci:       Anabas testudineus, tulang, sisik, proksimat, profil mineral

    Pemanfaatan Kepala Dan Tulang Terhadap Penerimaan Konsumen Dan Karakteristik Kimia Pempek Ikan Bandeng (Chanos chanos)

    Get PDF
    Pempek adalah makanan yang terbuat dari daging ikan, tepung tapioka, air, dan garam yang dicampur menjadi satu adonan dan dibentuk, lalu direbus, dikukus, digoreng atau dipanggang, serta memiliki tekstur yang kenyal dan elastis. Penambahan bahan tambahan yang bervariasi akan menghasilkan karakteristik kimia dan penerimaan konsumen yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan kepala dan tulang ikan bandeng (Chanos chanos) terhadap karakteristik kimia dan penerimaan konsumen pada pempek ikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Lima perlakuan dan tiga kali ulangan, sampel yang diolah terdiri dari kontrol (P0), dan perlakuan formulasi KTL sebanyak 5% (KT1), 10% (KT2), 15% (KT3), dan 20% (KT4) analisis statistik yang digunakan adalah analisis variansi (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95%. Parameter yang diamati antara lain kimia (kadar air, abu, lemak, dan protein) dan penerimaan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan proporsi antara daging dan kepala tulang lumat ikan bandeng memberikan pengaruh terhadap sifat kimia (kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak). Penerimaan konsumen pada parameter warna, aroma, tekstur, dan keseluruhan lebih menyukai formulasi 20%, sedangkan untuk indikator rasa konsumen lebih menyukai formulasi 0%

    Pemanfaatan Labu Kuning (Cucurbita moschata) sebagai Subtitusi Tepung Terigu pada Naget Ikan Lele (Clarias gariepinus)

    Get PDF
    Squash (Cucurbita moschata) has the potential as a substitute for wheat flour in the manufacture of fish nugget. This study aims to determine the proximate content and consumer acceptance of catfish nugget with the addition of squash flour as a substitute for wheat flour. The percentages of squash flour as a substitute for wheat flour in making catfish nugget in this study were 0%, 35%, 50% and 65%. The proximate composition of catfish nugget obtained was a decrease in the moisture, ash, fat, and protein content with increasing squash flour added, however, the contrary an increase in carbohydrate and crude fiber content. The catfish nugget which was added with squash flour as a substitute for wheat flour turned out to be more preferred by consumers with a balanced proportion of use.Keywords:    Fish nugget, pumpkin, squash flour, consumer acceptance, catfish. Labu kuning (Cucurbita moschata) berpotensi sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan naget ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan proksimat dan penerimaan konsumen pada naget ikan lele dengan penambahan tepung labu kuning sebagai bahan substitusi tepung terigu. Persentase tepung labu kuning sebagai bahan substitusi tepung terigu dalam pembuatan naget ikan lele dalam penelitian ini adalah 0%, 35%, 50% dan 65%. Komposisi proksimat naget ikan lele yang diperoleh adalah terjadi penurunan kadar air, abu, lemak, dan protein dengan makin meningkatnya tepung labu kuning yang ditambahkan, namun sebaliknya terjadi peningkatan pada kadar karbohidratnya dan serat kasarnya. Naget ikan lele yang ditambahkan tepung labu kuning sebagai bahan substitusi tepung terigu ternyata lebih disukai konsumen dengan proporsi penggunaan yang seimbang.Kata kunci:  Naget ikan, labu, tepung labu kuning, penerimaan konsumen, lele dumbo
    corecore