81 research outputs found

    Potential of Phytase Enzymes as Biocatalysts for Improved Nutritional Value of Rice Bran for Broiler Feed

    Get PDF
    ABSTRACT Phytase is one of the enzymes belonging to the group phosphatase capable of hydrolyzing phytic compounds in the form of myo-inositol (1.2.3.4.5.6) hexsa into myo-inositol phosphatase and organic phosphate . In the digestive tract nonruminant livestock (poultry) there is no phytaseenzymes , it causes the content of the rice bran phytate compounds are difficult to digest because of the strong chelating properties , so it wasted phytate with feces. Restrictions on the use of rice bran in the diet because the fiber content and high phyticacid . One alternative to reduce the phytate content of the feed is to use phytase enzyme produced from Actinobacillus sp and Bacillus pumilus) is expected to hydrolyze phytic acid ( myo-inositol 1.2.3.4.5.6-hexakisphosphate) for rice bran orthophosphate in organic produce and a series of lower phosphoric into myo -inositol -free , so all minerals such as P, Cawhich is an important mineral to be released and used for the growth of broiler chickens. The results obtained adding the enzyme phytase can improve the nutritional quality of rice bran content is increasing crude protein, crude fiber and increasing decline in the availability of minerals calcium and phosphorus

    Karakterisasi enzim fitase asal bakteri rumen (Actinobacillus sp dan Bacillus pumilus ) dan analisis SEM terhadap perubahan struktur permukaan dedak padi untuk ransum ayam broiler

    Get PDF
    Fitase merupakan salah satu enzim yang tergolong dalam kelompok phosphatase yang mampu menghidrolisis senyawa fitat berupa myo-inositol (1,2,3,4,5,6) hexsa phosphatase menjadi myo-inositol dan phosphat organik. Salah satu altematif untuk menurunkan kandungan fitat dalam pakan adalah dengan menggunakan bakteri penghasil enzim fitase. Tim Peneliti telah berhasil memperoleh bakteri asal rumen ruminansia (Actinobacillus sp dan Bacillus pumilus) yang diharapkan mampu menghasilkan enzim fitase sebagai Feed Supplement untuk menghasilkan bahan pakan teroak berkualitas ditinjau dari ketersediaan protein dan mineml P, Mg, Mn, Fe, Zn, Ca yang tinggi sehingga selain dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ayam broiler juga ramah lingkungan. Tujuan peneilitian ini adalah untuk mendapatkan karakterisasi enzim fitase produksi bakteri Actinobacillus sp dan Bacillus pumilus (kurva pertumbuhan bakteri, optimasi pH dan suhu, stabilitas pH dan suhu). Metode Penelitian Tabap I (Tahun I) adalah pengamatan terhadap kurva pertumbuhan bakteri Actinobacillus sp dan Bacillus pumilus, uji aktivitas enzim, karakterisasi enzirn fitase pada berbagai suhu maupun pH serta stabilitas enzim. Hasil optimasi fitase dari bakteri Actinobacillus sp diperoleh pada suhu 45°C dengan aktivitas 0,1374 UfmL, optimasi pH 4 dengan aktivitas 0,1374 UfmL. Stabilitas suhu enzirn fitase dari bakteri Actinobacillus sp cukup baik dimana enzim ini stabil pada suhu 45°C selama 2-4 jam (0,0428-0,0657 UfmL). Stabilitas pH enzim fitase dati bakteri Actinobacillus sp cukup baik dimana enzim ini stabil pada pH 4 (0,0353 UfmL). Hasil penelitian optimasi fitase dari bakteri Bacillus pumilus diperoleh pada suhu 50°C dengan aktivitas 0,0780 UfmL, optimasi pH 6 dengan aktivitas 0,0577 U/mL. Stabilitas suhu enzirn fitase dari bakteri Bacillus pumilus cukup baik dimana enzim ini stabil pada suhu 50°C selama 2-10 jam (0,0592-0,0593 UfmL). Stabilitas pH enzim fitase dari bakteri Bacillus pumilus cukup baik dimana enzim ini stabil pada pH 4-6 (0,0216-0,0351 U/mL). Disimpulkan enzim fitase bakteri Actinobacillus sp memptmlai prosentase pH dan suhu optimum masing-masing 4 dan 45° C, stabil pada suhu 45 C selama 6 jam dengan rentang pH 4 6. Enzim fitase bakteri Bacillus pumilus mempunyai prosentase pH dan suhu optimum masing-masing 6 dan 50° C, stabil pada suhu 50° C selama 10 jam dengan rentang pH 4 6

    An Efficacy of Seligi Leaf Flour Fermentation on Cholesterol Levels, Low Density Lipoprotein, and High Density Lipoprotein in Catfish

    Get PDF
    Catfish is a freshwater fish with a high economic value, so it is very good to be developed. Feed is one of the most important components in the cultivation process because it plays a role in supporting the plants and the survival of cultivated fish. Seligi (Phyllanthus buxifolius) is a native Indonesian medicinal plant that has been widely used for medicinal purposes. Seligi leaf extract is known to contain flavonoids, polyphenols (tannins), saponins, alkaloids, quinones, and triterpenoid steroids. The purpose of this research was to determine the effect of using fermented seligi leaf flour in feed to reduce levels of total cholesterol, low-density lipoprotein, and high densities lipoprotein in catfish meat. The method used in this research is the experimental method. The main parameters in this study were total cholesterol, low-density lipoprotein (LDL), and high-density lipoprotein (HDL) in catfish meat. The supporting parameters in this research are water quality which includes temperature, pH, dissolved oxygen (DO), and ammonia (NH3-N). The results showed that the total cholesterol content of catfish meat ranged from 116.84-233.65 mg/dL. Meanwhile, the results of LDL in catfish meat ranged from 37.89-74.22 mg/dL. Then, the content of HDL in catfish meat ranges from 89.25-225.87 mg/dL

    Peran Bioteknologi Pakan Ternak Terhadap Pertambahan Berat Badan Sapi Sebagai Upaya Pemenuhan Konsumsi Daging Nasional: Pidato Disampaikan pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Makanan Ternak pada Fakultas Kedokteran Hewan Unair, di Surabaya pada Hari Sabtu Tanggal 10 Desember 2016

    Get PDF
    Sektor peternakan memang sejak awal perkembangannya tumbuh dan berkembang karena merespons tingginya permintaan daging, telur, susu, dan produk berkualitas lainnya, suatu pergeseran sangat substansial dari pangan berbasis karbohidrat menjadi berbasis protein dan kandungan nutrisi tinggi. Ketersediaan daging sapi mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap kebutuhan konsumsi protein hewani penduduk Indonesia. Protein hewani memiliki manfaat yang cukup besar dalam membangun ketahanan pangan maupun menciptakan SDM yang sehat dan cerdas. UNICEF mengakui bahwa perbaikan gizi yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan protein memiliki kontribusi sekitar 50% dalam pertumbuhan ekonomi negaranegara maju. Protein dapat diperoleh dari hewan dan tumbuhtumbuhan. Kandungan gizi yang dimiliki protein hewani, baik telur maupun daging lebih tinggi dibandingkan makanan yang paling digemari masyarakat Indonesia, yaitu tempe dan tahu. Konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia, semakin hari semakin meningkat. Konsumen mulai memperhatikan kualitas protein hewani yang dikonsumsinya. Kualitas protein hewani sangat ditentukan oleh nutrisi pakan yang diberikan kepada ternak. Fungsi pakan menjadi sangat penting dalam memelihara kesehatan, daya tahan tubuh bagi ternak, sehingga ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan. Produk pangan hewani umumnya berupa daging, susu, telur dan ikan yang sangat kaya protein. Protein ini juga sangat kaya asam amino esensial yang sangat sesuai dengan kebutuhan manusia

    Identifikasi Limbah Pertanian dan Perkebunan Sebagai Bahan Pakan Inkonvensional Di Banyuwangi

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data bahan pakan inkonvensional dari limbah pertanian dan perkebunan di Kabupaten Banyuwangi. Pakan merupakan aspek terpenting dalam pengelolaan peternakan. Ketersediaan pakan baik di musim hujan maupun musim kemarau harus tetap ada. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sehingga sampel diambil di Kecamatan Kalibaru, Genteng, Purwoharjo, Songgon, Banyuwangi, Licin, Glagah dan Wongsorejo. Sampel bahan selanjutnya dianalisis proksimat untuk mengetahui kadar serat kasar (SK), protein kasar (PK), lemak kasar (LK), bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan kadar abu. Hasil menunjukkan bahwa limbah jerami padi, jerami kedelai, nanas, rumput gajah, alang-alang, rumput lapang, kaliandra, turi dan lamtoro memiliki dominasi kandungan gizi yang bervariasi. Simpulan penelitian bahwa bahan limbah dapat diformulasikan sebagai pakan ternak inkonvensional

    Pengaruh Kombinasi Media Bungkil Kelapa Sawit Dan Dedak Padi Yang Difermentasi Terhadap Produksi Maggot Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) Sebagai Sumber Protein Pakan Ikan [the Effect of Palm Kernel Meal and Rice Bran Media Combination Which Are Fermented to the Production of Black Soldier Fly Maggot (Hermetia Illucens) as a Source of Fish Feed Protein ]

    Full text link
    The high feed prices caused the cost of feed matters were higher for fish farmers so that needed alternative matter. High prices are caused by fish feed, fish feed ingredients that are imported include fish meal which is the main raw material source of protein to feed the fish so that the necessary alternative feed ingredients for use of fish meal. Maggot can be used as alternative feed matter because it contains crude protein ranged between 30-40% but there are some problems in its production. Media for maggot production used palm kernel meal but the media is hard to find outside of the central plam kernel plantation so as to reduce its use carried out by using a combination of rice bran. Rice bran can be easily to get and can be media for maggot production and low nutrient content of the media production maggot can be corrected through the process of fermentation. This study aims to determine the effect of the combination of media for the production of maggot and find the best combination of media for the production maggot. This research method is to experiment whit Completely Randomized Desing (CRD). The experiment used is 100% palm kernel meal (A), 75% palm kernel meal + 25 rice bran (B), 50% palm kernel meal + 50% rice bran (C), 25% palm kernel meal + 75% rice bran (D) and 100% rice bran with each five replications. The parameters observed were severe maggot production. Analysis of the data used is Analysis of Variance (ANOVA) and to determine the best treatment using Duncan's Multiple range test with a confidence interval of 5%. The results of this study indicate that the combination of palm kernel meal and rice bran are fermented to give a noticeable effect the production Maggot. The best combination of palm kernel meal and rice bran to produce the highest Maggot is the use of palm kernel meal 75% + 25% rice bran are not significantly different with the use of palm kernel meal 100%. Based on this research result shows that the use of 25% of rice bran can reduce the use of 100% palm kernel meal become only 75% in maggot production

    Kualitas Pakan Ruminansia yang Difermentasi Bakteri Selulolitik Actinobacillus sp.

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas selulolitik bakteri Actinobacillus sp. yangdikembangbiakkan menggunakan media alternatif yang murah. Ransum lengkap disusun kemudiandifermentasi menggunakan dua faktor perlakuan meliputi empat dosis fermentasi dan dua masainkubasi. Dosis fermentasi terdiri dari 0% (K), 2% (A), 3,5% (B) and 5% (C), sedangkan faktor inkubasiterdiri dari 3 hari dan 7 hari. Media alternatif menggunakan bahan-bahan kimia teknis yang ditambahdengan susu bubuk dan jerami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis A, B dan C yang diinkubasi7 hari secara signifikan meningkatkan kandungan bahan organik dan protein kasar, serta menurunkanserat kasar. Dosis B dan C dengan waktu inkubasi 7 hari secara signifikan meningkatkan kandunganbahan kering

    Produksi Enzim Fitase Lokal untuk Mendegradasi Dedak Padi dan Suplementasi Minyak Ikan Lemuru, Kunyit untuk Meningkatkan Performan Ayam Pedaging dan Petelur

    Get PDF
    Petemakan unggas di Indonesia semakin berkembang seiring dengan peningkatan permintaan daging unggas (ayam, itik, puyuh) dan telur. Menurut data BPS Jawa Timur tahun 2013 populasi ayam pedaging; petelur dan produksi telur adalah, 52.288.598 ekor; 43.066.361 ekor dan 293.532.248 telur. Beberapa bahan yang dipakai dalam ransum pellet ayam pedaging dan petelur terdapat juga bahan dari biji-bijian antara lain, bungkil kacang kedelai, pecahan gandum, dedak padi, jagung dimana banyak mengandung senyawa fitat. Senyawa ini mampu mengikat logam-Iogam seperti P, Mg, Mn, Fe, Zn, Ca, dan protein yang sangat berguna bagi pertumbuhan ayam pedaging dan petelur, namun senyawa fitat ini sulit dipecah karena kuatnya sifat chelating, (Sajidan, 2006). Hal yang perlu diperhatikan dari bahan pakan tanaman sereal, biji-bijian, dan legume ini adalah kandungan asam fitat (mio-inositolheksakifosfat). Apabila senyawa fitat tidak terpecahkan, maka logam-logam dan protein pencemaan yang penting ikut terbuang sia-sia bersama feses. Mengingat begitu pentingnya logam-Iogam dan protein yang diikat senyawa fitat bagi pertumbuhan ayam pedaging dan petelur maka diperlukan altematif optimalisasi efisiensi pakan dengan pemecahan senyawa fitat. Ketidaktersediaan enzim fitase dalam saluran pencemaan hewan non ruminansia seperti unggas membuat senyawa fitat tidak tercema baik sehingga akan terbuang sia-sia bersama feses ke lingkungan bersama logam-Iogam dan protein percemaan yang penting untuk pertumbuhan unggas (Shin et al., 2001). Dengan penambahan bakteri penghasil enzim fitase dalam pakan, tentunya akan membantu proses pencemaan ayam pedaging dan petelur

    Supplementation of Lysine Essential Amino Acids in Commercial Feed to Increase Eicosapentaenoic Acid (EPA) and Docosahexaenoic Acid (DHA) in Catfish (Pangasius sp.) Fillet

    Get PDF
    The purpose of this study is to see how adding the amino acid lysine to commercial feed affects the amount of EPA and DHA in catfish (Pangasius sp.) flesh. This study is an experimental study with a totally randomized design that includes four treatments and five replications. P0 (100% commercial feed + 1.2 percent amino acid lysine), P2 (100% commercial feed + 2.2 percent amino acid lysine), and P3 (100% commercial feed + 3.2 percent amino acid lysine) were the treatments. The parameters observed were EPA and DHA in catfish meat. Data analysis used ANOVA and continued with the DUNCAN test (p 0.05). The results showed that the addition of the amino acid lysine to commercial feed for 30 days of maintenance was able to increase the EPA and DHA content in catfish meat. The highest EPA content was obtained by treatment P1 (1.2% amino acid lysine), which was 0.597%, while the highest DHA content was obtained by treatment P2 (2.2% amino acid lysine), which was 0.747%. Our findings demonstrate that adding the amino acid lysine to the diet can result in nutrient-rich catfish flesh. However, studies on the influence of lysine amino acid on the growth rate, survival rate, and cholesterol ratio in catfish flesh are predicted to enhance the productivity of this very nutritious fish
    • …
    corecore