167 research outputs found

    ASUHAN BERKESINAMBUNGAN NY. S USIA 34 TAHUN G5P3AB1AH2 DARI MASA KEHAMILAN SAMPAI KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL

    Get PDF
    Angka kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Faktor risiko pada kehamilan merupakan keadaan ibu hamil yang mempunyai risiko atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan dan persalinannya dibanding dengan ibu hamil dengan kehamilan atau persalinan normal. Faktor risiko grandemultigravida atau persalinan lebih dari empat bisa menjadi kehamilan yang berisiko tinggi, karena kehamilan dengan grandemultigravida dapat menyebabkan beragam komplikasi selama hamil maupun saat persalinan yaitu perdarahan. Perdarahan salah satu risiko besar yang harus dialami ibu yang jumlah persalinannya empat kali atau lebih, dibandingkan ibu bersalin yang kurang dari empat kali.1 Salah satu penyebab lain kematian ibu secara tidak langsung adalah anemia sebesar 51%.2 Berdasarkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa angka kejadian anemia di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 48,9% dari yang sebelumnya sebesar 37,1% pada tahun 2013.3 Berdasarkan hasil dari Profil Kesehatan DIY menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia dalam 3 tahun terakhir pada ibu hamil di DIY yaitu sebesar 14,85 % pada tahun 2015 dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 yaitu sebesar 16,09 % dan kembali turun menjadi 14,32 pada tahun 2017.2 Salah satu ibu hamil yang mengalami kehamilan risiko tinggi dan anemia adalah Ny.S usia 34 tahun. Kontak pertama dilakukan pada tanggal 22 Juli 2021 saat usia kehamilan 36 minggu 5 hari. Berdasarkan pengkajian subjektif saat ini merupakan kehamilan kelimanya yang termasuk dalam kehamilan risiko tinggi. Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 29 Juli 2021 menunjukan bahwa Hb 9,6 gr% yang termasuk kategori anemia ringan. Persalinan pada tanggal 4 Agustus 2021 dilakukan secara spontan di RS Ummi Khasanah. Proses persalinan tidak ada komplikasi, pukul 02.00 WIB, bayi lahir menangis kuat, tonus otot dan gerakan aktif, kulit kemerahan dan bayi tidak ada komplikasi. Jenis kelamin laki-laki, dilakukan IMD, berat badan bayi 3800 gram, PB 50 cm, bayi sehat dan tidak ada penyulit. Pada kunjungan neonatus dan nifas dilakukan pemantauan melalui whatsapp sebanyak tiga kali dan 1 kali kunjungan rumah. Ibu memutuskan berencana menggunakan KB IUD. Kesimpulan dari asuhan ini adalah ibu hamil multigravida dengan kehamilan risiko tinggi dan anemia ringan. Pada persalinan dilakukan secara spontan dan bayi tidak ada penyulit. Masa nifas dan menyusui tidak ada komplikasi. Saran untuk bidan agar dapat meningkatkan asuhan berkesinambungan dengan cara memantau secara ketat ibu dan janin sehingga ketika ditemukan komplikasi dapat dilakukan tindakan tepat sesuai prosedur

    PENGARUH SIKLUS MENSTRUASI DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)TERHADAP KEJADIAN POLYCYSTIC OVARY SYNDROME(PCOS)PADA WANITA USIA SUBUR

    Get PDF
    Latar Belakang: Kejadian Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) masih menjadi masalah kesehatan reproduksi secara global. Prevalensi PCOS masih tinggi, dengan angka kejadian Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) yang disebutkan semakin tahun makin bertambah, tahun 2015 4-18% menjadi 6-21% pada tahun 2016, hal tersebut tidak lepas dari faktor risiko, pencetus atau pendorong. Ada cukup banyak penelitian tentang topik siklus menstruasi dan BMI dengan kejadian Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Maka dibutuhkan suatu kesimpulan dari berbagai penelitian yang sudah ada dengan menggunakan systematic review. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh siklus menstruasi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap kejadian Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) pada wanita usia subur. Metode: Penelitian ini menggunakan Systematic Review melalui penelusuran database penelitian kesehatan seperti Pubmed, google scholar, BMC dan Springerlink dengan kata kunci menstrual cycle, BMI and PCOS. Pencarian literatur berbatas waktu 5 tahun terakhir (2015-2020). Hasil: Gangguan menstruasi atau oligomenorea berisiko 2,8 kali terhadap gangguan pematangan folikel ovarium pada wanita PCO. Siklus menstruasi 26-31 hari berisiko 2 kali lipat pada usia 14-19 tahun. Terdapat korelasi kuat antara peningkatan IMT dengan kejadian PCOS, terutama dengan status kelebihan berat badan atau obesitas. Kelebihan berat badan berpengaruh 2,27 terhadap tingginya kejadian PCOS. Kesimpulan: Wanita usia subur dengan gangguan siklus menstruasi lebih berisiko terkena Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Dan wanita usia subur dengan kelebihan berat badan atau obesitas lebih berisiko terkena Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Kata Kunci: siklus menstruasi, IMT, PCOS, wanita usia subu

    Syariat Makan Dan Minum Dalam Islam: Kajian Terhadap Fenomena Standing Party Pada Pesta Pernikahan (Walīmatul ‘Ursy)

    Full text link
    One of the most succesfull wedding party (walimatul ‘ursy ) begin–somehow-with the meal serving. In line to this modern life style, standing party became part of recent trend of serving meal by–even-various muslim communities. At the same time, standing while eating and drinking raise several ulama's ideas in islamic jurisprudence (fiqh). While some outlawed the practice, another group of ulama said the contrary. Legal discussion about the concept of eating and drinking while standing require referral analysis, among others in getting from tradition. from analysis of the chain of transmission on a second source of Islam is found that both traditions allow or prohibit eating and drinking while standing; both are acceptable or valid (ṣaḥiḥ). While the verses of Qur'an describes the norms for prohibiting excessive eating and drinking, a narative analysis of the hadith regarding the prohibition of eating and drinking norms require in-depth study on the aspects of asbābul wurud. It is known from the latest aspect of study that hadith wich banned standing while consuming preserved moral or ethical reasons for Arab nations at that time, particularly a geographic reasons. Another study of asbābul wurud that allow consuming while standing prefers more for reasons of emergency circumstances. This paper, thus, ends the study with contextualization of those hadith from health issue. The study concludes that from the digestive concern, sitting while consuming was healthier than that of standing. Since the meal being digested will be swallowed softly and slowly, so the intestinal absorption function will run more optimally

    TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR (Dalam Pembelajaran di Kelas XI)

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) penerapan prinsip kesantunan dalam tindak tutur direktif yang digunakan guru SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar, (2) penerapan prinsip kerja sama dalam tindak tutur direktif yang digunakan guru SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data yang digunakan adalah peristiwa pembelajaran di kelas, rekaman ujaran yang muncul ketika pembelajaran, dan informan. Objek penelitian adalah Guru di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar, khususnya kelas XI ICT 1 dan XI IPS SK 2. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu observasi, transkip, dan wawancara. Validitas data diuji dengan menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode, yaitu menggunakan beberapa sumber dan metode untuk mengecek keabsahan data tersebut. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi, yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan: (1) dalam pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar ditemukan tuturan-tuturan yang mematuhi dan melanggar maksim-maksim dalam prinsip kerja sama. Seorang penutur tidak harus selalu mematuhi seluruh maksim dalam prinsip kerja sama dalam berkomunikasi. Maksim yang dilanggar dalam prinsip kerja sama adalah maksim kuantitas. Penutur memberikan keterangan lebih banyak daripada yang dibutuhkan dalam komunikasi. Hal ini terjadi karena dalam menyampaikan materi penutur cenderung mengemukakan sesuatu yang akan dipertuturkan secara panjang lebar. Hal ini wajar karena dalam berkomunikasi seorang penutur tidak hanya harus memperhatikan maksim-maksim dalam prinsip kerja sama saja, tetapi juga harus memperhatikan maksim-maksim dalam prinsip sopan santun. Maksim yang dipatuhi adalah maksim relevansi. Hal ini wajar mengingat keterangan yang diberikan dalam komunikasi haruslah sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta sesungguhnya. (2) dalam pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar ditemukan tuturan-tuturan yang mematuhi dan melanggar maksim-maksim dalam prinsip kesantunan. Secara konversasional seorang penutur dimungkinkan untuk tidak selalu mematuhi seluruh maksim dalam prinsip sopan santun. Ada kalanya seorang penutur melanggar salah satu atau lebih maksim dalam prinsip sopan santun. Hal ini terjadi karena dalam bertutur seorang penutur tidak hanya memperhatikan penerapan prinsip kesantunan saja tetapi juga memperhatikan penerapan prinsip kerja sama

    Leptospirosis Ditinjau dari Aspek Mikrobiologi

    Get PDF
    Leptospirosis is an acute infectious disease in humans caused by Leptospira sp. This disease is classified as a zoonosis that usually occurs during the flood and is commonly transmitted through rat urine. Leptospirosis occurs through humans contact with animals or the environment that have been contaminated by Leptospira. There are wide spectrum clinical manifestations of leptospirosis varying from self-limited to severe disease. Leptospira commonly enters human body  through conjunctiva or injured skin, food or beverage contaminated with urine’s rat containing Leptospira. This disease is very difficult to be distinguished from other diseases such as meningitis, malaria, dengue fever, hepatitis and enteric fever. Clinical symptoms of leptospirosis are nonspecific and due to the difficulties in conforming  the diagnosis so that resulted to the misdiagnosis of this disease. Microbiological examination is done by Rapid Diagnostic Test, Microscopic Agglutination Test, Polymerase Chain Reaction test and others. Prevention can be done by inhibiting the entry of Leptospira to human body via implementing clean and healthy life and surrounding environment.Leptospirosis merupakan penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun hewan yang disebabkan Leptospira sp.  Penyakit ini digolongkan sebagai zoonosis yang umumnya timbul saat banjir dan biasanya ditularkan melalui urin tikus. Leptospirosis terjadi karena manusia melakukan kontak dengan hewan atau lingkungan yang telah terkontaminasi.  Leptospira biasanya masuk ke tubuh manusia melalui konjungtiva atau kulit yang terluka, melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi urin tikus yang mengandung Leptospira. Secara klinis penyakit ini sangat sulit dibedakan dengan penyakit lain misalnya meningitis, malaria, demam berdarah, hepatitis dan demam enterik.  Manifestasi klinis Leptospirosis luas mulai dari self limited hingga sakit berat. Gejala klinis leptospirosis yang tidak spesifik dan sulitnya uji laboratorium untuk konfirmasi diagnosis mengakibatkan penyakit ini seringkali tidak terdiagnosis. Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan dengan uji diagnostik cepat, uji Aglutinasi mikroskopik, uji  PCR (Polymerase Chain Reaction) dan lainnya. Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah masuknya Leptospira ke dalam tubuh manusia dengan menerapkan pola hidup bersih, menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar

    SYARIAT MAKAN DAN MINUM DALAM ISLAM: KAJIAN TERHADAP FENOMENA STANDING PARTY PADA PESTA PERNIKAHAN (WALĪMATUL ‘URSY)

    Get PDF
    One of the most succesfull wedding party (walimatul ‘ursy ) begin–somehow-with the meal serving. In line to this modern life style, standing party became part of recent trend of serving meal by–even-various muslim communities. At the same time, standing while eating and drinking raise several ulama’s ideas in islamic jurisprudence (fiqh). While some outlawed the practice, another group of ulama said the contrary. Legal discussion about the concept of eating and drinking while standing require referral analysis, among others in getting from tradition. from analysis of the chain of transmission on a second source of Islam is found that both traditions allow or prohibit eating and drinking while standing; both are acceptable or valid (ṣaḥiḥ). While the verses of Qur’an describes the norms for prohibiting excessive eating and drinking, a narative analysis of the hadith regarding the prohibition of eating and drinking norms require in-depth study on the aspects of asbābul wurud. It is known from the latest aspect of study that hadith wich banned standing while consuming preserved moral or ethical reasons for Arab nations at that time, particularly a geographic reasons. Another study of asbābul wurud that allow consuming while standing prefers more for reasons of emergency circumstances. This paper, thus, ends the study with contextualization of those hadith from health issue. The study concludes that from the digestive concern, sitting while consuming was healthier than that of standing. Since the meal being digested will be swallowed softly and slowly, so the intestinal absorption function will run more optimally

    ASUHAN BERKESINAMBUNGAN NY. S USIA 34 TAHUN G5P3AB1AH2 DARI MASA KEHAMILAN SAMPAI KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL

    Get PDF
    Angka kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Faktor risiko pada kehamilan merupakan keadaan ibu hamil yang mempunyai risiko atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan dan persalinannya dibanding dengan ibu hamil dengan kehamilan atau persalinan normal. Faktor risiko grandemultigravida atau persalinan lebih dari empat bisa menjadi kehamilan yang berisiko tinggi, karena kehamilan dengan grandemultigravida dapat menyebabkan beragam komplikasi selama hamil maupun saat persalinan yaitu perdarahan. Perdarahan salah satu risiko besar yang harus dialami ibu yang jumlah persalinannya empat kali atau lebih, dibandingkan ibu bersalin yang kurang dari empat kali.1 Salah satu penyebab lain kematian ibu secara tidak langsung adalah anemia sebesar 51%.2 Berdasarkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa angka kejadian anemia di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 48,9% dari yang sebelumnya sebesar 37,1% pada tahun 2013.3 Berdasarkan hasil dari Profil Kesehatan DIY menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia dalam 3 tahun terakhir pada ibu hamil di DIY yaitu sebesar 14,85 % pada tahun 2015 dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 yaitu sebesar 16,09 % dan kembali turun menjadi 14,32 pada tahun 2017.2 Salah satu ibu hamil yang mengalami kehamilan risiko tinggi dan anemia adalah Ny.S usia 34 tahun. Kontak pertama dilakukan pada tanggal 22 Juli 2021 saat usia kehamilan 36 minggu 5 hari. Berdasarkan pengkajian subjektif saat ini merupakan kehamilan kelimanya yang termasuk dalam kehamilan risiko tinggi. Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 29 Juli 2021 menunjukan bahwa Hb 9,6 gr% yang termasuk kategori anemia ringan. Persalinan pada tanggal 4 Agustus 2021 dilakukan secara spontan di RS Ummi Khasanah. Proses persalinan tidak ada komplikasi, pukul 02.00 WIB, bayi lahir menangis kuat, tonus otot dan gerakan aktif, kulit kemerahan dan bayi tidak ada komplikasi. Jenis kelamin laki-laki, dilakukan IMD, berat badan bayi 3800 gram, PB 50 cm, bayi sehat dan tidak ada penyulit. Pada kunjungan neonatus dan nifas dilakukan pemantauan melalui whatsapp sebanyak tiga kali dan 1 kali kunjungan rumah. Ibu memutuskan berencana menggunakan KB IUD. Kesimpulan dari asuhan ini adalah ibu hamil multigravida dengan kehamilan risiko tinggi dan anemia ringan. Pada persalinan dilakukan secara spontan dan bayi tidak ada penyulit. Masa nifas dan menyusui tidak ada komplikasi. Saran untuk bidan agar dapat meningkatkan asuhan berkesinambungan dengan cara memantau secara ketat ibu dan janin sehingga ketika ditemukan komplikasi dapat dilakukan tindakan tepat sesuai prosedur

    ASUHAN BERKESINAMBUNGAN NY. S USIA 34 TAHUN G5P3AB1AH2 DARI MASA KEHAMILAN SAMPAI KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL

    Get PDF
    Angka kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Faktor risiko pada kehamilan merupakan keadaan ibu hamil yang mempunyai risiko atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan dan persalinannya dibanding dengan ibu hamil dengan kehamilan atau persalinan normal. Faktor risiko grandemultigravida atau persalinan lebih dari empat bisa menjadi kehamilan yang berisiko tinggi, karena kehamilan dengan grandemultigravida dapat menyebabkan beragam komplikasi selama hamil maupun saat persalinan yaitu perdarahan. Perdarahan salah satu risiko besar yang harus dialami ibu yang jumlah persalinannya empat kali atau lebih, dibandingkan ibu bersalin yang kurang dari empat kali.1 Salah satu penyebab lain kematian ibu secara tidak langsung adalah anemia sebesar 51%.2 Berdasarkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa angka kejadian anemia di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 48,9% dari yang sebelumnya sebesar 37,1% pada tahun 2013.3 Berdasarkan hasil dari Profil Kesehatan DIY menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia dalam 3 tahun terakhir pada ibu hamil di DIY yaitu sebesar 14,85 % pada tahun 2015 dan mengalami kenaikan pada tahun 2016 yaitu sebesar 16,09 % dan kembali turun menjadi 14,32 pada tahun 2017.2 Salah satu ibu hamil yang mengalami kehamilan risiko tinggi dan anemia adalah Ny.S usia 34 tahun. Kontak pertama dilakukan pada tanggal 22 Juli 2021 saat usia kehamilan 36 minggu 5 hari. Berdasarkan pengkajian subjektif saat ini merupakan kehamilan kelimanya yang termasuk dalam kehamilan risiko tinggi. Hasil pemeriksaan laboraturium tanggal 29 Juli 2021 menunjukan bahwa Hb 9,6 gr% yang termasuk kategori anemia ringan. Persalinan pada tanggal 4 Agustus 2021 dilakukan secara spontan di RS Ummi Khasanah. Proses persalinan tidak ada komplikasi, pukul 02.00 WIB, bayi lahir menangis kuat, tonus otot dan gerakan aktif, kulit kemerahan dan bayi tidak ada komplikasi. Jenis kelamin laki-laki, dilakukan IMD, berat badan bayi 3800 gram, PB 50 cm, bayi sehat dan tidak ada penyulit. Pada kunjungan neonatus dan nifas dilakukan pemantauan melalui whatsapp sebanyak tiga kali dan 1 kali kunjungan rumah. Ibu memutuskan berencana menggunakan KB IUD. Kesimpulan dari asuhan ini adalah ibu hamil multigravida dengan kehamilan risiko tinggi dan anemia ringan. Pada persalinan dilakukan secara spontan dan bayi tidak ada penyulit. Masa nifas dan menyusui tidak ada komplikasi. Saran untuk bidan agar dapat meningkatkan asuhan berkesinambungan dengan cara memantau secara ketat ibu dan janin sehingga ketika ditemukan komplikasi dapat dilakukan tindakan tepat sesuai prosedur

    Invitro Susceptibility Test of Candida spp. Isolates From Pulmonary Tuberculosis Suspected Patients to Antifungal Agents in Jakarta

    Get PDF
    Pulmonary infection is still a major health concern in Indonesia, and fungal infection is emerging. This may be related to widely used broad spectrum antibiotics, steroids, oral contraceptive, cytostatic, and chronic diseases.The aim of this study was to describe Candidaspp sensitivity pattern to various antifungal agents from pulmonary tuberculosis suspected patients. In this study, we used 176 sputum samples from tuberculosis suspected patients. The samples were cultured 3 times in Sabouraud dextrose agar. Yeast was identified by API 20 C AUX, while antifungal susceptibility test used ATB FUNGUS 3. There were 85 samples infected by yeast. As many as 74 isolates were identified as C. albicans (87.1%), 9 isolates were C. tropicalis (10.6%) and 2 were C. dubliniensis (2.4%). The susceptibility test showed six isolates of C. albicans and one isolate of C. tropicalis were intermediate against itraconazole. Only three isolates of C. albicans were resistant against itrazonazole, fluconazole, and voriconazole. Fortunately, they were still sensitive to amphotericine B and flucytosine. Almost half of tuberculosis suspected patients were infected by Candida spp. Most of them were still sensitive to various antifungal agents, although few C. albicans isolates were resistant against fluconazole, itraconazole, voriconazole
    corecore